Imam Besar Kita yang Penuh Belas Kasihan
22 Desember 2023
Natur Penggembalaan yang Beragam
27 Desember 2023
Imam Besar Kita yang Penuh Belas Kasihan
22 Desember 2023
Natur Penggembalaan yang Beragam
27 Desember 2023

Jangan Biarkan Seorangpun Merendahkan Kemudaanmu

Menjadi muda adalah satu hal. Adalah hal lain jika direndahkan karena masih muda. Di Efesus, Timotius menghadapi tantangan ganda: orang-orang yang lebih tua dalam jemaat mungkin meremehkan pelayanan Timotius yang masih muda karena kesombongan mereka, dan Timotius sendiri mungkin menghambat tujuan Kristus karena dia sendiri kurang bijaksana sebagai seorang muda. Tuhan kita, melalui Paulus rasul-Nya, mendorong Timotius agar “jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda” (1 Tim. 4:12). Daripada mundur dari pelayanan atau terhambat karena usianya, Timotius dipanggil untuk secara positif mengejar kehidupan yang patut diteladani di dalam Kristus.

Mengupayakan perkataan yang baik dan bijak akan membawa berkat bagi orang-orang percaya di Efesus. Timotius harus berjaga-jaga agar perkataannya, baik di mimbar maupun dalam percakapan biasa, dibentuk oleh Firman. Dengan cara demikian, perkataannya akan mencerminkan perkataan Tuhan dan Juruselamatnya. Ketika Yesus mengajar di rumah ibadat di Nazaret, “semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan perkataan penuh rahmat yang diucapkan-Nya” (Luk. 4:22). Matius mencatat bahwa “takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka” (Mat. 7:28-29). Kita membaca hal yang serupa tentang perkataan para Rasul di hadapan Mahkamah Agama, khususnya dalam hal bobot otoritas yang terlihat dalam pemberitaan Firman yang mereka lakukan: “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka. Mereka mengenali keduanya sebagai pengikut Yesus” (Kis. 4:13).

Realitas sebagai seorang yang bersekutu dengan Allah haruslah membentuk Timotius secara menyeluruh. Dia tidak hanya harus menjadi teladan dalam perkataan, ia juga harus tidak bercela dalam perilakunya. Perkataan tanpa perbuatan adalah kemunafikan. Bagaimana Timotius memperlakukan orang lain melalui tindakannya, gerak-geriknya, sikapnya, juga akan menunjukkan kehidupan yang berasal dari Kristus.

Ketika sang Rasul membimbing Timotius muda dalam ayat ini, ia memberikan tiga karakteristik hati yang seharusnya mendorong, mengisi, dan melingkupi perkataan dan perilaku Timotius. Ia harus menjadi “teladan bagi orang-orang percaya … dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kemurnianmu” (1 Tim. 4:12). Timotius harus hidup dalam kasih sebagaimana Kristus telah mengasihi dan sungguh mengasihi dia. Ia harus menjadi seorang yang percaya kepada Firman Allah, hidup dengan pengharapan dan keyakinan di dalam Tuhan. Ia harus menjadi seorang yang hidup dalam kemurnian, mengawasi hati dan pikirannya, cepat bertobat dari dosa, mengendalikan diri, dan bertumbuh dalam kekudusan. Bahkan sekalipun Timotius masih muda dibandingkan dengan banyak orang lainnya di dalam gereja, ketika ia menerima panggilan dari Juruselamatnya melalui sang Rasul, ia akan menghasilkan buah yang baik. Kehidupan Timotius akan menjadi kesaksian yang indah dan kredibel dari Kristus yang bekerja dalam dirinya. Hal yang sama juga berlaku bagi kita, berapa pun usia kronologis kita: pengejaran akan kehidupan di dalam Kristus akan, oleh anugerah-Nya, mentransformasi kita dan orang-orang di sekitar kita.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
William VanDoodewaard
William VanDoodewaard
Dr. William VanDoodewaard adalah profesor bidang sejarah gereja di Greenville Presbyterian Theological Seminary di South Carolina. Ia adalah penulis atau editor dari beberapa buku, termasuk The Quest for the Historical Adam dan Charles Hodge’s Exegetical Lectures and Sermons on Hebrews.