Kemahatahuan
20 Desember 2023Jangan Biarkan Seorangpun Merendahkan Kemudaanmu
25 Desember 2023Imam Besar Kita yang Penuh Belas Kasihan
Membaca Doa sang Imam Besar Yesus dalam Yohanes 17 berarti kita disambut ke balik tabir yang menyelubungi hubungan antara Allah Bapa dan Yesus Kristus sang Anak. Sebelum memulai perjalanan-Nya ke kayu salib, Yesus berhenti sejenak dan mengizinkan kita untuk menguping doa syafaat-Nya. Meski Yesus mengetahui bahwa kematian sudah di depan mata, Yesus tidak peduli dengan sistem dunia yang jahat. Sebaliknya, dalam Yohanes 17:20, Dia memusatkan perhatian-Nya yang tak terbagi kepada semua orang yang akan percaya kepada Injil-Nya. Kemudian dengan penuh kasih, Imam Besar kita yang penuh belas kasihan ini berdoa untuk dua hal khusus bagi umat-Nya: persatuan dan persekutuan.
Yesus berdoa “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau” (Yoh. 17:21). Sama seperti kesatuan yang kekal ada di antara Bapa, Anak, dan Roh, seharusnya ada kesatuan yang menjadi karakter gereja di hadapan dunia yang menyaksikan. Karena manusia duniawi tidak memahami hal-hal yang berasal dari Allah, Injil ditunjukkan melalui kesaksian akan kesatuan ilahi yang ada di dalam gereja. Jika persekutuan kita terpecah dan perpecahan menguasai hati kita, Injil menjadi kabur di hadapan dunia yang ingin kita menangkan. Yesus tidak membiarkan kita dengan strategi atau kecerdikan kreatif manusia kita sendiri untuk memupuk dan menghasilkan kesatuan seperti itu. Dia memandang ke surga dan berdoa, “Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu” (Yoh. 17:22). Kesatuan ini dimungkinkan hanya karena Kristus telah menanamkan kehidupan baru di dalam diri kita, yang dihidupkan oleh Roh Kudus yang berdiam di dalamnya. Semua orang percaya sekarang berada dalam kesatuan dengan Kristus, didiami oleh Roh Kudus, dan berbagi kesamaan sehingga sekarang memiliki kapasitas untuk bersama menikmati kasih, sukacita, damai sejahtera, dan kesatuan. Sementara kesatuan Injil menandakan kesalehan, perpecahan karena hal kecil menandakan kedagingan dan tidak seharusnya menjadi karakter anak-anak Allah. Yesus telah menyatukan gereja-Nya supaya dunia akan percaya, menerima, dan mengakui Dia sebagai Anak Tunggal Allah (Yoh. 17:23).
Yesus juga meminta agar Bapa membawa kita kepada kemuliaan untuk menikmati persekutuan yang kekal dengan-Nya: “Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana Aku berada, mereka juga berada bersama Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.” (Yoh. 17:24). Yesus berdoa agar Bapa pada akhirnya akan membawa kita ke hadirat-Nya yang mulia untuk bergabung dalam persekutuan kekal yang Dia nikmati terus-menerus dengan Bapa-Nya. Sebagai Imam Besar kita, Yesus telah melakukan penebusan yang tepat bagi dosa kita bukan hanya agar kita dapat menikmati kehidupan dalam kesatuan sekarang ini, tetapi juga agar kita dapat memiliki persekutuan yang lebih besar di kehidupan yang akan datang. Mengapa Dia ingin menghabiskan kekekalan dengan makhluk berdosa yang telah Dia selamatkan? “Agar mereka memandang kemuliaan-Ku.” Orang-orang percaya bukan hanya akan menghabiskan kekekalan tinggal bersama Kristus, tetapi kita juga diundang untuk masuk ke dalam Ruang Mahakudus dari kemuliaan-Nya yang bercahaya. Tidak ada bagian dari-Nya yang akan ditahan dari orang-orang yang dikasihi-Nya. Ini adalah penggenapan puncak dari penebusan kita—satu dengan sesama, satu dengan Kristus, untuk memandang kemuliaan-Nya.