3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Yosua
01 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Rut
17 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Yosua
01 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Rut
17 Mei 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Hakim-Hakim

Di dalam kitab Hakim-hakim, terdapat dua pendahuluan (Hak. 1:1-2:5; 2:6-3:6), dua kesimpulan (Hak. 17:1-18:31; 19:1-21:25), catatan tentang dua belas hakim (enam hakim besar dan enam hakim kecil), dan catatan tentang seorang anti-hakim, yaitu Abimelekh (Hak. 9:1-57). Kitab ini adalah sebuah karya literatur yang canggih yang mencatat sebuah periode dalam sejarah Israel sejak kematian Yosua bin Nun (Hak. 1:1; 2:8) sampai sebelum berdirinya kerajaan Israel. Secara teologis, kitab Hakim-hakim mencatat kemerosotan bangsa Israel secara bertahap ke dalam ketidaksetiaan terhadap perjanjian dengan menyembah berhala dalam konteks kesetiaan Allah terhadap perjanjian yang sama. Berikut ini adalah tiga hal yang perlu Anda tahu ketika Anda membaca kitab Hakim-hakim.

1. Para hakim di dalam kitab Hakim-hakim adalah tipe Kristus

Hakim-hakim dibangkitkan Tuhan dan dimampukan oleh Roh-Nya untuk membebaskan umat-Nya, memberikan keamanan di negeri mereka, dan mendorong ketaatan kepada perjanjian (Hak. 2:16-19). Para penafsir modern umumnya memandang para hakim sebagai individu yang rusak moralnya dan terlibat dalam kebobrokan zaman mereka. Namun, ini bukanlah pandangan Perjanjian Baru atau penafsiran-penafsiran awal atas kitab tersebut.

Pertimbangkan penilaian di dalam surat Ibrani. Gideon, Barak, Simson, dan Yefta (beberapa dari mereka yang disebut pelanggar yang terburuk), bersama dengan Daud dan Samuel, digambarkan sebagai orang-orang “yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan, dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing” (Ibr. 11:33-34). Pujian terhadap hamba-hamba yang setia ini terus berlanjut sampai ayat 40, dan mereka lebih lanjut digambarkan sebagai orang-orang yang “dunia ini tidak layak bagi mereka” (Ibr. 11:38).

Hal ini sejalan dengan salah satu penilaian sejarah yang paling awal atas para hakim. Ben Sira menulis, “Para hakim itu juga, masing-masing ketika dipanggil, semuanya memiliki hati yang tidak pernah tidak setia, tidak pernah membangkang terhadap Tuhan—kiranya ingatan terhadap mereka diberkati! Kiranya tulang-tulang mereka bertumbuh kembali dari dalam kubur, dan kiranya nama dari orang-orang yang terhormat ini diteruskan dengan layak oleh anak-anak mereka” (Sir. 46:11-12).

Ketika Anda berjumpa dengan narasi tentang hakim-hakim tersebut, ingatlah bahwa itu dituliskan untuk mendidik (Rm. 15:4) agar kita dapat mengarahkan pandangan kita kepada Yesus (Ibr. 12:2), yang seperti Simson, dibangkitkan Allah untuk menyerahkan nyawa-Nya demi membebaskan umat-Nya (Hak. 16:30).

2. Struktur kitab Hakim-hakim bersifat teologis, bukan kronologis

Ketika Anda membaca kitab Hakim-hakim, Anda akan menemukan setidaknya tiga set angka: jumlah tahun penindasan oleh musuh, jumlah tahun negeri itu tenteram, dan jumlah tahun seorang hakim memerintah. Sebagai contoh, Tuhan membangkitkan Ehud setelah delapan tahun bangsa itu ditindas Eglon, raja Moab (Hak. 3:14-15) dan setelahnya, negeri itu tenteram selama delapan puluh tahun (Hak. 3:30). Serupa dengan itu, dua kali dicatat bahwa Simson memerintah sebagai hakim atas orang Israel selama dua puluh tahun (Hak. 15:20; 16:31).

Beberapa penafsir telah berusaha menghitung durasi periode hakim-hakim tersebut dengan menjumlahkan semua angka tersebut. Namun, beberapa narasi saling tumpang-tindih, dan terdapat jarak di antara periode-periode yang tercatat. Para hakim kebanyakan adalah pembebas lokal, tidak membebaskan seluruh Israel dalam saat apapun. Selain itu, dalam kesimpulan pertama dari dua kesimpulan kitab tersebut, Yonatan, cucu Musa, diangkat menjadi imam yang tidak sah di wilayah Dan (Hak. 18:30). Ini seharusnya telah terjadi di awal periode hakim-hakim, bukan di akhirnya. Dengan demikian, struktur kitab tersebut bersifat teologis, bukan kronologis.

Pendahuluan ganda dan kesimpulan ganda tersebut saling mencerminkan satu sama lain. Pendahuluan pertama dan kesimpulan yang kedua saling mencerminkan satu sama lain, dan mencatat krisis warisan Israel, khususnya kegagalan bangsa Israel menduduki negeri itu (Hak. 1:1-2:5), dan kepunahan yang hampir total atas suku Benyamin disebabkan dosa mereka yang mirip dosa Sodom (Hak. 19:1-21:25). Pendahuluan kedua dan kesimpulan pertama juga saling mencerminkan satu sama lain dan mencatat krisis iman orang Israel, yang dinyatakan melalui penyembahan berhala mereka yang terus menerus, memberikan alasan atas ketidakmampuan mereka menduduki negeri itu dan kerusakan moral mereka (Hak. 2:6-3:6; 17:1-18:31).

Di tengah-tengah pendahuluan dan kesimpulan ganda tersebut terdapat narasi para hakim. Enam hakim besar dikelompokkan dalam dua set yang masing-masing terdiri dari tiga hakim: Otniel, Ehud, dan Debora/Barak dan kemudian Gideon, Yefta, dan Simson. Apa yang disebut hakim-hakim kecil adalah catatan-catatan yang sangat singkat (tiga ayat atau kurang) dan tidak memiliki sebagian besar pola catatan yang terdapat pada hakim-hakim besar. Hakim-hakim kecil disertakan untuk mencapai jumlah dua belas, sesuai dengan jumlah suku Israel. Hakim-hakim kecil itu ditempatkan dan dikelompokkan untuk menandai catatan-catatan klimaks hakim-hakim besar. Samgar menandai kisah tentang Debora/Barak sebagai klimaks pertama dari narasi hakim. Lalu, Tola dan Yair menandai kisah tentang Yefta. Terakhir, Ebzan, Elon, dan Abdon menandai Simson sebagai klimaks yang terakhir dan paling memuncak dari narasi hakim.

Seiring catatan hakim-hakim besar berlanjut, begitu pula kerusakan Israel. Harga pembebasan oleh seorang hakim juga semakin meningkat, sebab hakim yang terakhir harus menyerahkan nyawanya untuk mengalahkan musuh (Hak. 16:30).

3. Kitab Hakim-hakim menyiapkan jalan untuk kerajaan Israel

Umumnya disadari bahwa empat pernyataan identik pada konklusi di dalam kitab tersebut mengantisipasi datangnya Kerajaan Israel: “Pada zaman itu, tidak ada raja di antara orang Israel” (Hak. 17:6; 18:1; 19:1; 21:25). Dua dari pernyataan-pernyataan tersebut diikuti oleh gambaran tentang natur zaman tersebut: “Setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hak. 17:6; 21:25). Israel membutuhkan seorang raja yang mengetahui hukum Allah, menaati hukum itu, dan menuntun bangsa itu dalam ketaatan yang sama (lihat Ul. 17:14-20).

Kitab Hakim-hakim dengan cara yang tidak terduga juga menyiapkan kita untuk melihat terungkapnya kerajaan yang akan tiba dengan kedatangan dua raja Israel yang pertama, Saul dan Daud. Di sepanjang kitab Hakim-hakim terdapat polemik antara pro-Yehuda (Daud) dengan anti-Benyamin (Saul). Sebagai contoh, pada pasal pertama kitab tersebut, terdapat sembilan belas ayat yang secara khusus membahas penaklukan yang relatif sukses oleh Yehuda atas wilayah mereka (Hak. 1:2-20). Catatan ini segera diikuti dengan satu ayat yang mencatat kegagalan Benyamin menduduki wilayah mereka sepenuhnya sehingga mereka terus hidup bersama dengan orang Kanaan. “Namun, orang Yebus, penduduk Yerusalem, tidak dihalau oleh bani Benyamin, sehingga orang Yebus itu masih tinggal di Yerusalem bersama bani Benyamin sampai hari ini” (Hak. 1:21). Kemudian akhirnya, di dalam Hakim-hakim 19, orang Benyamin di Gibea melakukan dosa Sodom (Kej. 19) sehingga seluruh suku menjadi dikhususkan untuk dimusnahkan (Hak. 20-21). Dengan demikian, ketika bangsa Israel meminta seorang raja, sama seperti semua bangsa lain (1 Sam. 8:5), Tuhan memberikan mereka persis seperti yang mereka minta, yaitu Saul, dari kota Gibea di wilayah suku Benyamin. Pastinya sebuah pemilihan yang menimbulkan firasat buruk, karena Saul gagal secara tragis dalam perannya sebagai raja.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Miles Van Pelt
Miles Van Pelt
Dr. Miles V. Van Pelt adalah Alan Hayes Belcher Professor bidang Perjanjian Lama dan Bahasa Alkitab dan direktur Summer Institute for Biblical Languages di Reformed Theological Seminary di Jackson, Mississippi. Ia adalah penulis banyak buku, termasuk Basics of Biblical Hebrew dan Judges: A 12-Week Study.