3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Imamat
22 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Ulangan
29 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Imamat
22 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Ulangan
29 April 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Bilangan

1. Kitab Bilangan bukan sebuah kitab yang hanya tentang angka

Di dalam bahasa Ibrani, judul kitab ini adalah “Di Padang Gurun”. Judul ini lebih deskriptif dan menarik perhatian. Kitab ini mendaftarkan pengalaman bangsa Israel sejak mereka meninggalkan Gunung Sinai setelah keluar dari Mesir sampai tiba di tepi Tanah Perjanjian. Seharusnya bangsa Israel hanya memerlukan waktu beberapa minggu untuk menempuh perjalanan dari Sinai ke Kanaan. Masalahnya, mereka mengutus dua belas pengintai untuk mengintai negeri itu, dan sebagian besar dari mereka pulang dengan laporan negatif: penduduk negeri itu terlalu besar dan kota-kota mereka memiliki benteng-benteng yang terlalu kuat. Tidak mungkin mereka bisa menang (Bil. 13-14). Yosua dan Kaleb memberi laporan yang berbeda dengan mengatakan bahwa jika Allah berperang bagi Israel, mereka pasti dapat merebut negeri itu. Namun, laporan mereka yang minoritas ditolak. Akibatnya, Tuhan menghukum umat mengembara di padang gurun selama empat puluh tahun, sampai semua orang dewasa telah mati. Baru setelah itu mereka dapat memasuki negeri tersebut dan menerima apa yang dijanjikan Allah.

2. Bilangan terpenting di dalam kitab Bilangan adalah angka dua

Ada banyak bilangan di dalam kitab Bilangan; begitu pula daftar panjang umat dalam dua sensus yang berbeda (Bil. 1; 26). Kita mudah kehilangan arah dalam daftar nama dan angka tersebut, yang tampak sama kaburnya dengan statistik olahraga bagi yang bukan penggemar olahraga atau daftar bisnis bagi yang bukan akuntan. Namun, semua nama dan angka itu memiliki peran tersendiri dalam mengisahkan tahun-tahun pengembaraan bangsa Israel.

Bilangan yang terpenting di seluruh kitab Bilangan adalah angka dua—maksudnya, dua generasi. Kitab Bilangan adalah tentang satu generasi yang tidak percaya yang gagal untuk percaya kepada Allah dan harus membayar harga dengan mengembara seumur hidup di padang gurun, diikuti dengan satu generasi yang berdiri di tepi/ambang memasuki Tanah Perjanjian. Akankah generasi baru itu meniru orang tua mereka dan sekali lagi jatuh ke dalam ketidak-percayaan? Atau, apakah mereka akan merintis jalan baru dengan beriman kepada Allah dan menerima negeri yang telah Ia janjikan kepada bapa-bapa leluhur mereka? Tanda-tanda yang diperlihatkan baik, dengan beberapa kemenangan awal atas orang-orang Kanaan (misalnya, Bil. 21). Namun, hasil akhirnya belum pasti. Hal ini memungkinkan bagi kisah-kisah di dalam kitab ini menantang kita juga: termasuk dalam generasi yang manakah kita—orang-orang yang tidak percaya, yang mayatnya berserakan di padang gurun, atau orang-orang percaya, yang akan terus maju dan mewarisi Tanah Perjanjian (lihat Ibr. 3:7-19)?

3. Bilangan terpenting kedua di dalam kitab Bilangan adalah angka empat puluh dua

Bilangan 33 sepintas tampak seperti sebuah pemborosan ruang: sebuah daftar panjang nama tempat di mana Israel pernah berkemah di padang gurun. Namun, Tuhan sendiri memerintahkan Musa untuk menuliskan daftar ini (Bil. 33:2), maka pastilah ini penting. Jika kitab tersebut benar-benar tentang masa pengembaraan Israel di padang gurun, daftar lokasi persinggahan mereka memberikan makna yang baru. Pertama, banyak tempat yang didaftarkan tersebut adalah lokasi-lokasi di mana Allah telah memelihara umat-Nya dengan cara yang spesial. Ini adalah tempat-tempat yang ada catatannya untuk mengingatkan bangsa Israel tentang apa yang pernah Tuhan lakukan: Ramses adalah tempat di mana bangsa Israel keluar dari Mesir dengan kemenangan (Bil. 33:3); Pi-Hahirot adalah tempat di mana Allah membelah Laut Teberau (Bil. 33:8); Elim adalah tempat di mana terdapat dua belas mata air dan tujuh puluh pohon kurma (Bil. 33:9). Semua ini adalah tempat-tempat yang mengingatkan kita kepada kesetiaan Allah.

Jenis lokasi yang kedua terdiri dari tempat-tempat di mana bangsa Israel memberontak melawan Allah: Mara, Padang Gurun Sin, Rafidim, dan seterusnya. Namun, tidak satu pun dari kegagalan-kegagalan tersebut disebutkan di dalam daftar perjalanan ini: seolah-olah Allah benar-benar telah melupakannya secara total (lihat Mzm. 130:3-4). Tempat-tempat ini mengingatkan kita kepada kemurahan hati Allah dalam melupakan.

Jenis lokasi yang ketiga adalah tempat-tempat yang, sejauh kita tahu, sama sekali tidak terjadi apa-apa. Beberapa darinya tidak disebutkan di tempat lain di dalam Pentateukh, tetapi dituliskan di sini untuk mengingatkan kita bahwa hidup bukan sekadar tentang progres kemenangan atau kegagalan rohani; hari-hari lain juga diperhitungkan, yaitu ketika kita melakukan hal-hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari: pergi ke kantor, merawat anak, memotong rumput, mencuci baju, dll. Nilai penting dari hari-hari yang “biasa” ini ditegaskan oleh kenyataan bahwa jumlah semua tempat persinggahan di dalam Bilangan 33 adalah empat puluh dua. Daftar ini tentu tidak lengkap—ada beberapa tempat lain di mana bangsa Israel pernah bersinggah—dan bukan pula hanya merupakan catatan tempat-tempat yang terpenting. Jadi, angka empat puluh dua itu sengaja dipilih. Mengapa? Sebab empat puluh dua adalah enam kali tujuh. Dengan kata lain, di akhir dari daftar tersebut—dan di akhir kitab Bilangan—bangsa Israel tiba di tepi/ambang tujuh kali tujuh, yaitu hari sabat perhentian, yang diwakili oleh masuknya mereka ke Tanah Perjanjian.

Tidak seorang pun dari kita tahu kita sedang berada di mana dalam daftar persinggahan dalam padang gurun kehidupan ini. Bagi beberapa orang, kita mungkin masih jauh dari tempat persinggahan yang keempat puluh dua. Namun, kita semua bisa memiliki keyakinan bahwa Tuhan Yesus dengan setia telah merintis jalan yang sempurna melalui padang gurun menggantikan kita, dan sekarang Ia berjalan melintasi padang gurun bersama kita, mengingatkan kita akan kesetiaan Allah dan kelupaan-Nya. Bila mana perlu, Ia mengangkat dan menggendong kita di tangan-Nya sebagai Gembala yang Baik, membawa kita menuju warisan surgawi yang ditunjuk oleh Tanah Perjanjian bagi bangsa Israel.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Iain Duguid
Iain Duguid
Dr. Iain Duguid adalah professor bidang Perjanjian Lama di Westminster Theological Seminary di Philadelphia. Ia adalah penulis beberapa buku, termasuk The Whole Armor of God: How Christ's Victory Strengthens Us for Spiritual Warfare dan merupakan kontributor The Triune God.