3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Bilangan
24 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Yosua
01 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Bilangan
24 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Yosua
01 Mei 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Ulangan

Kitab Ulangan itu penting pada dirinya sendiri, tetapi juga karena seringnya kitab tersebut dikutip di dalam Perjanjian Baru. Pernyataan Yesus dan murid-murid-Nya mengutip langsung darinya. Yesus mengutipnya pada waktu Ia dicobai (Mat. 4:4, 7, 10) dan menegaskan penekanannya pada mengasihi Allah dengan keseluruhan diri (Mat. 22:37-38). Khotbah para rasul di dalam Kisah Para Rasul sering kali mengutip dari kitab Ulangan, khususnya ketika menunjuk kepada penggenapan firman berkenaan dengan jabatan kenabian pada pribadi Yesus (Ul. 18:15; Kis. 3:22). Setidaknya tujuh surat di dalam Perjanjian Baru mengandung kutipan-kutipan dari kitab Ulangan. Salah satu yang terpenting mungkin terdapat di dalam Galatia 3:10-14. Di sini Paulus menulis bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk yang dikatakan oleh kitab Ulangan (lihat Ul. 21:23) dengan menjadi kutuk bagi kita (Gal. 3:13). 

Nama dari kitab ini di dalam bahasa Inggris, Deuteronomy, berasal dari kata dalam bahasa Latin dan Yunani yang berarti “hukum yang kedua”, dengan asumsi bahwa rujukan di dalam Ulangan 17:18 memang berarti demikian. Namun, perikop tersebut sesungguhnya merujuk kepada seorang raja yang memiliki salinan hukum bagi dirinya sendiri. Isi dari kitab ini sendiri menunjukkan bahwa itu bukan hukum yang kedua, melainkan pembaruan atas perjanjian yang diadakan di Gunung Sinai (disebut “Horeb” di seluruh kitab Ulangan, kecuali di dalam Ul. 33:2). Ini dengan jelas terkait dengan janji-janji penuh anugerah yang diberikan Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub (lihat misalnya, Ul. 6:10-11; 7:7-9). Kitab ini juga menandai selesainya Pentateukh, dengan menekankan penggenapan sebagian atas janji-janji kepada bapa-bapa leluhur persis sebelum masuknya bangsa Israel ke negeri yang telah dijanjikan Allah kepada mereka.

Ada tiga hal khusus yang perlu diketahui oleh para pembaca tentang kitab Ulangan dan ajarannya.

1. Kitab Ulangan adalah sebuah dokumen perjanjian

Sebagai dokumen perjanjian, kitab Ulangan menaruh perhatian pada ikatan antara Allah dengan umat-Nya. Allah dengan penuh anugerah merendahkan diri dan menjalin hubungan khusus dengan mereka. Ia mengasihi umat-Nya dan menebus mereka dengan tangan-Nya yang kuat (lihat khususnya Ul. 7:7-9; 9:5-6; 14:2). Di Gunung Sinai Ia menjalin relasi yang formal dengan mereka. Ia datang mendekat dan berjanji, “Aku akan menjadi Allahmu, dan engkau menjadi umat-Ku.” Karena itu, perjanjian tersebut adalah ikatan antara Allah dengan manusia, yang secara berdaulat ditetapkan Allah dalam anugerah-Nya, di mana Ia dan umat-Nya menyatakan hubungan di antara mereka secara formal. Umat perjanjian-Nya harus merespons dalam ketaatan terhadap semua yang telah dilakukan oleh Allah penebus bagi mereka. Tidak boleh ada bagian dari kehidupan mereka yang dikecualikan dari tuntutan etis-Nya. Struktur dan isi kitab Ulangan disusun dengan cara yang sangat mirip dengan kesepakatan yang dikenal dalam kehidupan sekuler pada milenium kedua SM.

2. Kitab Ulangan adalah sebuah eksposisi terhadap Dekalog (Sepuluh Perintah)

Tidak ada eksposisi terhadap Sepuluh Perintah yang lebih lengkap ditemukan di seluruh Alkitab daripada kitab Ulangan. Ada sebuah perbedaan yang nyata antara Dekalog yang dijabarkan pada pasal 5 dan eksposisinya di dalam pasal 6-26. Perbedaannya tidak terletak di antara hukum ilahi dengan hukum manusia. Sebaliknya, perbedaannya terletak pada inti yang mendasar dari perjanjian tersebut, yaitu Dekalog, dengan eksposisinya, yang memberikan berbagai penerapannya. Eksposisi tersebut terdiri dari khotbah yang dimaksudkan untuk mencamkan klaim-klaim Allah pada hati nurani pendengarnya. Musa memperhadapkan kepada bangsa Israel kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk, dan ia menantang mereka dengan berkata, “Pilihlah kehidupan, supaya kamu hidup, baik kamu maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya” (Ul. 30:19-20).

Akan tetapi, ada lebih lagi yang dapat dikatakan mengenai eksposisi Dekalog. Di dalam kitab perjanjian yang terdapat dalam Keluaran 21-23, beberapa perintah dijabarkan, tetapi tidak dalam urutan sebagaimana yang ada dalam Keluaran 20. Namun, di dalam kitab Ulangan, perintah-perintah tersebut dibahas dengan urutan yang sama dengan Ulangan 5. Bentuk preskriptifnya terdapat di pasal 5, sedangkan bentuk deskriptifnya menempati pasal 6-26. Eksposisi tersebut tidak hanya mendetailkan inti mendasar dari perintah-perintah tersebut, tetapi juga menunjukkan lintasan dari setiap perintah. Ini berarti bahwa banyak dari perintah tersebut memiliki implikasi-implikasi yang lebih luas daripada yang muncul dalam pembacaannya yang pertama. Sebagai contoh, perintah kelima tidak hanya membahas hubungan antara orang tua dan anak, tetapi juga seluruh struktur otoritas di dalam Israel.

3. Kitab Ulangan menekankan konsep tanah

Dari lima kitab Pentateukh, tiga kitab yang pertama (Kejadian, Keluaran, dan Imamat) lebih memperhatikan aspek hubungan antara Allah dengan umat-Nya, sedangkan kitab Bilangan dan Ulangan memusatkan perhatian pada aspek tanah. Janji-janji lain kepada bapa-bapa leluhur digemakan di dalam kitab Ulangan, seperti misalnya, janji tentang sebuah keluarga besar (Ul. 1:10; 10:22; 28:62), tetapi janji tentang “tanah/negeri” mendominasi. Itu akan menjadi pemberian Allah, yang Ia telah bersumpah akan berikan kepada mereka jauh sebelum mereka benar-benar memilikinya. Umat-Nya akan mendapatkan “perhentian” di negeri tersebut (Ul. 3:20; 12:9-10; 25:19) dan menikmati berkat-berkat yang Ia akan sediakan. 

Konsep “perhentian” ini diangkat dalam Mazmur 95 dan dikembangkan lebih lanjut di dalam Ibrani 3:7-4:13. Sama seperti perhentian mendahului Israel di Kanaan, begitu pula perhentian menanti orang-orang Kristen yang percaya. Hal ini identik dengan “tanah air surgawi” yang mereka cari, yaitu kota yang akan terus bertahan yang akan datang (Ibr. 11:16; 13:14). Tidak mengherankan himnologi Kristen telah mengangkat tema tentang menyeberangi Sungai Yordan masuk ke Tanah Perjanjian sebagai lambang kematian dan jalan masuk ke dalam perhentian surgawi Allah.

Kitab Ulangan menutup Pentateukh, yang pada waktu itu janji-janji kepada bapa-bapa leluhur telah tergenapi sebagian. Dengan memasuki Kanaan, tema tanah menjadi terwujud, sedangkan janji-janji yang lain, misalnya yang terkait dengan raja dan nubuat, digenapi setelah mereka menduduki tanah yang baik itu, yaitu tanah yang berlimpah-limpah susu dan madu (Ul. 31:20).


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Allan Harman
Allan Harman
Dr. Allan M. Harman adalah profesor penelitian bidang Perjanjian Lama di Presbyterian Theological College di Melbourne, Australia, di mana ia sebelumnya melayani sebagai ketua. Ia adalah penulis banyak buku, termasuk Preparing for Ministry.