3 Cara untuk Mengalami Kehidupan Doa yang Lebih Baik
30 September 2025
Apakah Calvinisme Itu?
07 Oktober 2025
3 Cara untuk Mengalami Kehidupan Doa yang Lebih Baik
30 September 2025
Apakah Calvinisme Itu?
07 Oktober 2025

Apakah Buah Roh Itu?

Buah Roh adalah sebuah daftar berisi sembilan kebajikan yang diberikan oleh Rasul Paulus di dalam Galatia 5:22-23. Daftar itu ditulis untuk menanggapi sebuah daftar panjang berisi perbuatan-perbuatan jahat (“keinginan daging”) yang menggambarkan keberadaan manusia yang suram dan mengerikan—hal-hal seperti kemarahan, perselisihan, dan iri hati (Gal. 5:19-21). Secara kontras, “buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri”. Daftar singkat ini terkait langsung dengan siapa kita secara utuh dan apa yang kita lakukan sebagai orang Kristen. Ada kebajikan yang menggambarkan hubungan kita dengan Allah (kasih, sukacita, damai sejahtera), ada yang berbicara tentang hubungan kita dengan sesama (kesabaran, kemurahan, dan kebaikan), dan bahkan kebajikan yang menggambarkan kecenderungan batiniah kita (kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri). Tentu saja, ada cukup banyak tumpang tindih di antara kategori-kategori ini. Meski demikian, akan bermanfaat bila kita mengingat bahwa kebajikan-kebajikan yang berbeda memiliki penekanan yang berbeda pula.

Singkatnya, buah Roh menyoroti cara kita merasa, berpikir, berbicara, dan bertindak yang berbeda dari dunia. Namun, pertanyaan yang lebih mendesak daripada apa sebenarnya kebajikan-kebajikan tersebut adalah bagaimana cara kerjanya. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus memeriksa secara lebih dekat dua kata kunci yang dipakai untuk menggambarkan karunia-karunia ini: Roh dan buah.

Yang pertama, dan yang terpenting, adalah kita harus menghargai bahwa Rasul Paulus menyebut kualitas-kualitas ini sebagai “buah Roh”. Ini adalah realitas-realitas yang dihasilkan Roh Allah di dalam diri kita, bukan tolok ukur yang diharapkan kita capai dengan kekuatan atau usaha kita sendiri. Buah Roh bukanlah sebuah daftar tugas yang harus dikerjakan. Itu bukan tuntutan Allah atas orang-orang percaya, melainkan lebih merupakan pernyataan Allah kepada mereka menyangkut apa yang merupakan kebenaran bagi mereka ketika memiliki Roh Kristus. Pernyataan ini bahkan lebih nyata di dalam ayat-ayat persis setelahnya, yaitu ketika Paulus menulis bahwa “Mereka yang menjadi milik Kristus Yesus telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Gal. 5:24). Dengan kata lain, buah Roh adalah sebuah panggilan untuk menikmati kemenangan yang telah diraih Kristus bagi kita di kayu salib, di mana Ia telah menghancurkan keinginan-keinginan daging kita dan membawa kita mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Roh Kudus menghidupkan dalam hati orang-orang percaya pengudusan yang hanya ditemukan dalam Kristus. Menafsirkan buah Roh dengan cara lain dapat menuntun kepada hubungan dengan Allah yang didasarkan pada perbuatan baik yang menyiksa. Daftar ini adalah buah Roh Kudus, bukan hasil pekerjaan orang Kristen.

Metafor “buah” juga mengajarkan kepada kita beberapa hal penting tentang pengudusan. Pertama, patut dicatat bahwa ketika Paulus memakai metafor “buah”, ia menghindari kata “buah-buah” dan sebaliknya, memakai kata benda kolektif (berbentuk tunggal tetapi bermakna jamak). Apakah signifikansi dari hal tersebut? Setiap karunia yang Allah tanamkan dan bentuk secara individu di dalam kita merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar, yaitu keserupaan dengan sang Anak Allah (Rm. 8:29). Karena itu, tidak ada orang Kristen yang memiliki beberapa kebajikan ini tetapi tidak memiliki yang lain. Meski kita mengenal orang-orang yang mungkin lebih mengasihi atau lebih baik daripada yang lain, orang-orang percaya memiliki semua karunia ini dalam derajat tertentu karena mereka memiliki Kristus, yang adalah kepenuhan dan penggenapan dari semua itu. Kita tidak memiliki Kristus yang parsial, melainkan Kristus yang utuh. Maka, mungkin akan menolong bila kita membayangkan kebajikan-kebajikan ini bukan sebagai permata-permata yang berbeda pada sebuah mahkota, melainkan sebagai faset-faset yang berbeda dari sebuah berlian, yang setiap sisi dan sudutnya menambah kemilau dan keindahan dari satu permata tersebut. Memiliki Roh Kudus berarti memiliki Kristus (Rm. 8:9), dan memiliki Kristus berarti mulai serupa seperti Dia—seluruh diri-Nya.

Setidaknya ada satu hal lain yang dapat dipelajari dari metafor ini. Jika Anda ingin menumbuhkan pohon apel, Anda tidak akan menanam benih di pekarangan belakang rumah Anda lalu esok harinya berharap akan menemukan sebatang pohon penuh dengan buah yang siap dipetik. Dengan cara yang sama, kita tidak seharusnya mengharapkan hasil pengudusan yang langsung terjadi, tetapi pertumbuhan yang stabil seiring dengan waktu. Gagasan tentang karunia-karunia Allah sebagai buah di dalam hidup kita seharusnya menanamkan dua hal pada orang percaya yang sungguh-sungguh: anugerah dan harapan.

Pertama, kita seharusnya beranugerah kepada diri sendiri dan orang-orang percaya lain ketika kita tidak melihat apa yang kita tahu Allah harapkan dari kita. Kita semua sedang berproses secara bertahap, dipanggil untuk “bertumbuhlah dalam anugerah dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita” (2Ptr. 3:18, penekanan ditambahkan). Ini membutuhkan waktu. Kedua, kita harus mengharapkan dengan yakin bahwa apa yang masih kurang di dalam hidup kita suatu hari nanti akan ada. Dengan bergantung pada Roh Allah dan sarana anugerah, kita akan berubah, sebab “Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai akhirnya selesai” (Flp. 1:6). Benih yang ditanam Allah akan selalu berbuah. Buah yang Dia hasilkan tidak akan dibiarkan mati di pohonnya.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Jonathan Landry Cruse
Jonathan Landry Cruse
Rev. Jonathan Landry Cruse adalah pendeta di Community Presbyterian Church (OPC) di Kalamazoo, Michigan, di mana ia hidup dengan istri dan anak-anaknya. Ia adalah penulis dari banyak buku, seperti Hymns of Devotion, What Happens When We Worship, dan The Character of Christ.