Apakah Buah Roh Itu?
02 Oktober 2025
Siapakah yang Menulis Alkitab?
09 Oktober 2025
Apakah Buah Roh Itu?
02 Oktober 2025
Siapakah yang Menulis Alkitab?
09 Oktober 2025

Apakah Calvinisme Itu?

Istilah Calvinisme

“Calvinisme” adalah sebuah istilah yang tidak disukai oleh John Calvin sendiri dan yang kerap menimbulkan kesan keliru. Itu muncul sebagai istilah penghinaan dari kaum Lutheran yang mencoba memisahkan diri dengan tegas dari doktrin Reformed mengenai Perjamuan Kudus. Meski Calvin menjauhkan dirinya dari istilah tersebut—sama seperti Martin Luther memprotes istilah “Lutheran”— namun istilah itu terus bertahan.

Calvinisme melibatkan lebih banyak hal daripada sekadar teologi Calvin. Pertama, ada banyak pengaruh teologi Luther dan Huldrych Zwingli dalam ajaran Calvin, dan cukup banyak teolog lain berkontribusi terhadap apa yang disebut Calvinisme, termasuk Philip Melanchthon, Martin Bucer, dan Theodore Beza. Maka, akan lebih akurat jika kita menyebutnya “Protestanisme Reformed”. Namun, karena istilah Calvinisme dikenal dan dipakai secara luas, istilah ini masih berguna.

Teologi Calvinisme

Unsur-unsur dasar dari doktrin Calvinis mencakup kedaulatan Allah (sebagaimana ditunjukkan dalam kuasa penciptaan-Nya dan pemeliharaan providensial-Nya), otoritas Alkitab sebagai sumber dan norma seluruh kehidupan, serta keberdosaan dan tanggung jawab manusia. Calvinisme dikenali lewat fungsi hukum yang tetap berlaku bagi kehidupan orang Kristen. Dalam pikiran Calvin, hukum Allah, sebagaimana terangkum dalam Sepuluh Perintah, memiliki makna yang berkesinambungan dan dianggap sebagai aturan kehidupan bagi orang Kristen. Bersama dengan fokus pada pribadi dan karya Roh Kudus, Calvinisme membedakan antara pembenaran dan pengudusan sembari menegaskan bahwa keduanya sangat penting dan menekankan pentingnya gaya hidup yang saleh, komitmen kepada belas kasihan, dan perenungan terus-menerus atas hukum dan keadilan sebagai bukti dari iman yang menyelamatkan yang sejati, yang semata-mata olehnya kita dibenarkan.

Secara budaya, Calvinisme (di dalam gereja) menghasilkan penolakan akan kultus gambar-gambar sebagai ancaman terhadap pemberitaan Firman dan (di luar gereja) akan dorongan untuk menggunakan seni dan budaya sebagai sarana menyembah Allah. Fokus pada Firman tentang pentingnya mengenal Allah menghasilkan “budaya membaca” cara Calvinis di sekolah, rumah, dan gereja, yang pada gilirannya menjadikan Calvinisme “rumah” bagi banyak cendekiawan selama berabad-abad. Keterbukaan Calvinisme terhadap ilmu pengetahuan berasal dari pandangan Calvin bahwa Allah juga dinyatakan di dalam ciptaan. Penelitian ilmiah berkontribusi terhadap pengakuan akan Allah, dan pandangan ini memberi dorongan besar bagi dunia akademis.

Frasa lima pokok Calvinisme merujuk kepada lima doktrin yang dirumuskan oleh sidang sinode Reformed yang diselenggarakan di kota Dordrecht, Belanda (1618-19), yaitu total depravity (kerusakan total), unconditional election (pemilihan tanpa syarat), limited atonement (penebusan secara terbatas), irresistible grace (anugerah yang tak dapat ditolak), dan the perseverance of the saints (ketekunan orang-orang kudus). Doktrin-doktrin ini terangkum dalam akronim TULIP. Namun, huruf “L” di dalam akronim tersebut bisa menyesatkan. Karya penebusan Kristus sama sekali tidak terbatas dalam kuasanya—karya tersebut sepenuhnya menebus semua yang kepadanya karya tersebut diterapkan. Namun, jumlah orang-orang yang beroleh manfaat dari penebusan itu bersifat terbatas, hanya diberikan kepada orang-orang yang memiliki iman yang menyelamatkan yang sejati, yaitu “orang-orang pilihan” Allah. Lebih penting lagi, teologi Calvin dan Calvinisme jauh lebih luas dari lima poin ini. Bahkan, bukan predestinasi yang menjadi tema utama Calvinisme, melainkan kemuliaan Allah.

Gaya Hidup Calvinisme

Pandangan Calvinisme menyangkut pembenaran, pengudusan, dan praktik disiplin gereja menghasilkan sebuah cara hidup di antara kaum Calvinis yang sangat dibentuk oleh Alkitab. Prinsip sola scriptura dan fungsi hukum menghasilkan tatanan gereja yang menekankan pentingnya khotbah, kebutuhan akan disiplin gereja, dan perbedaan antara otoritas sipil dan pemerintahan gereja. Pemahaman tentang kesatuan Alkitab menyebabkan gereja memiliki identifikasi yang kuat dengan bangsa Israel di Perjanjian Lama. Identifikasi ini dinyatakan dalam kegemaran akan kitab Mazmur, baik dalam khotbah maupun liturgi. Pujian dari mazmur-mazmur ini makin menguatkan identifikasi ini, dan juga dikarenakan sebuah ciri lain dari Calvinisme, yaitu motif ziarah. Sikap yang tertangkap dalam perkataan “dunia ini bukanlah rumah kita; kita hanya melintasinya” mereduksi pengaruh nasionalisme dan materialisme, serta membangkitkan sebuah etika dalam bekerja dan melayani.

Penyebaran Calvinisme

Penyebaran Calvinisme pada abad ke-16 layak disebut mengesankan secara waktu dan cakupannya. Pada tahun 1554 hanya ada sekitar setengah juta orang Kristen Reformed di Eropa, tetapi pada tahun 1600 jumlahnya menjadi kurang lebih sepuluh juta jiwa. Sejak awal sekali, Calvinisme sangat berorientasi internasional dan tetap seperti itu. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebaran yang cepat dan luas ini terutama adalah Akademi Calvin di Jenewa, universitas Heidelberg dan Leiden, dan banyak lembaga akademis Reformed lainnya di mana para teolog, ahli hukum, dan para penguasa dari seluruh Eropa dididik. Calvinisme memiliki dampak yang sangat besar terhadap masyarakat Barat, dan juga memengaruhi perkembangan gereja dan teologi di Amerika Utara, Timur Jauh (Indonesia, Korea Selatan, Jepang), dan Afrika Selatan. Calvinisme memberi pengaruh besar dalam ilmu Sosiologi, Politik, Ekonomi, dan Hukum. Calvin, misalnya, mengembangkan teori tentang pemulihan suku bunga menurut kebenaran Alkitab, yang memberikan dorongan penting bagi perdagangan. Namun, selama berabad-abad Calvinisme terutama berpengaruh dalam gereja dan teologi.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Herman Selderhuis
Herman Selderhuis
Dr. Herman Selderhuis adalah professor bidang Sejarah Gereja di Theological University Apeldoorn di Belanda, presiden Reformation Research Consortium (REFORC) dan presiden dari European Academy of Religion. Ia adalah penulis beberapa buku, di antaranya John Calvin: A Pilgrim’s Life dan Martin Luther: A Spiritual Biography.