


Kristologi Perjanjian Baru
28 Agustus 2024


Apa Artinya “Katolik”?
28 Januari 2025Apa Artinya Kudus?


Di dalam trem di Philadelphia saat masa kecil saya, para penganut Katolik Roma yang saleh akan melakukan gestur tanda salib ketika trem melewati Gereja the Most Blessed Sacrament di Chester Avenue. Kekudusan yang mereka akui bukan hanya pada bangunannya, tetapi terutama pada elemen-elemen sakramental yang disimpan di sana. Sebagian besar orang Irlandia di Philadelphia Barat beragama Katolik Roma. Sisanya berasal dari Irlandia Utara dan beribadah di Gereja Westminster Presbyterian.
Namun, ketika orang Protestan berbicara tentang pergi ke gereja, mereka tidak berpikir tentang sebuah bangunan melainkan sebuah jemaat. Jemaat, bukan bangunannya, yang adalah kudus. Penyair Skotlandia, Robert Burns, mengetahui bahwa Alkitab menyebut umat Allah sebagai “orang-orang kudus”, meskipun ia tidak dapat mengabaikan kutu yang ia lihat sedang berjalan-jalan di atas topi seorang kudus yang duduk di depannya di dalam gereja.
Ketika jemaat begitu mudah terdistraksi, mereka melupakan ketakjuban dari nama Allah yang kudus.
Mereka bukan sekadar penonton; mereka adalah jemaat yang dihimpun oleh panggilan dari Yang Kudus. Gereja adalah kudus karena jemaat adalah rumah Allah. Dalam Perjanjian Lama, Allah memberi Musa sebuah simbol akan kediaman-Nya di tengah-tengah umat-Nya. Ketika bangsa Israel melakukan perjalanan dari Mesir ke Tanah Perjanjian, Allah menempatkan Kemah Suci-Nya di tengah-tengah perkemahan Israel. Kedua belas suku Israel, dalam kaum dan keluarga mereka, mendirikan panji-panji mereka di sekeliling kemah Allah. Namun, bahkan ketika Musa di Gunung Sinai sedang menerima Sepuluh Perintah Allah dan rancangan Allah untuk kemah suci, umat Israel melanggar perintah kedua dengan membuat patung anak lembu emas. Mereka kemudian menyembah berhala itu. “Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan Musa,” kata mereka. “Inilah Allah kami, untuk memimpin kami kembali ke Mesir.”
Apa yang dapat Allah lakukan dengan umat yang demikian? Allah berkata bahwa Dia tidak dapat tinggal di tengah-tengah umat yang “tegar tengkuk” ini. Dia kudus, dan kekudusan-Nya adalah ancaman yang terlalu besar bagi mereka. Penghakiman-Nya bisa saja menghanguskan mereka dalam sekejap. Dia akan berjalan di depan mereka tetapi tidak akan tinggal di tengah-tengah mereka. Allah akan berjumpa dengan Musa di kemah di luar perkemahan, tempat Yosua tinggal. Namun, Musa mengulang perkataan Tuhan kembali kepada-Nya. Dia berdoa agar Tuhan akan tinggal di tengah-tengah mereka dan menjadi Allah mereka persis karena mereka adalah orang-orang berdosa yang tegar tengkuk. Mereka membutuhkan kehadiran-Nya dalam anugerah pengampunan.
Karena Allah itu kudus, umat Allah haruslah umat yang kudus. Bagaimanakah hal itu mungkin terjadi? Untuk menunjukkan jalannya, Allah memberi mereka hukum-Nya dan sarana-Nya untuk penebusan dan penahiran. Dosa membawa rasa bersalah dan kecemaran. Upah dosa adalah maut. Seekor anak domba dikurbankan setelah seorang berdosa mengakui dosanya dengan meletakkan tangannya di atas kepala kurban pengganti. Dosa juga mencemari. Bejana berisi air di pintu masuk Kemah Suci digunakan oleh imam untuk melambangkan pembasuhan kecemarannya saat ia masuk ke hadapan Allah dalam tempat kediaman-Nya yang kudus.
Orang-orang Farisi mengkritik murid-murid Yesus karena mereka tidak mencuci tangan sebelum makan. Masalahnya bukanlah soal kebersihan melainkan kemurnian secara seremonial. Yesus membela murid-murid-Nya. Apa yang mereka masukkan ke dalam mulut mereka tidak membuat mereka tidak tahir; daging itu akan masuk dalam perut mereka. Apa yang keluar dari mulut merekalah yang menajiskan mereka. Perkataan mulut mereka mengungkapkan kejahatan hati mereka.
Yesus mentransformasi hukum seremonial ketika Ia menunjukkan penggenapan-Nya atas hukum itu. Ia tidak mengesampingkan Taurat. Dia berkata bahwa tidak ada satu huruf terkecil atau satu titik pun dari Taurat yang akan lenyap sampai semuanya terjadi. “Huruf terkecil,” “y” (yodh) adalah huruf terkecil dalam abjad Ibrani, terletak di bagian atas baris, tidak mengambil tempat dari huruf-huruf lainnya. “Titik” bahkan bukan sebuah huruf, melainkan adalah garis kecil yang menjorok keluar dari bagian bawah abjad Ibrani “k” yang membuatnya berbunyi seperti huruf “b”.
Yesus meneguhkan doktrin inspirasi Perjanjian Lama, tidak hanya sebagai “penuh” atau “plenary“, tetapi bahkan “literal” dalam arti bahwa huruf-huruf dari kata-kata tersebut diinspirasikan. Para ahli Taurat Yahudi memeriksa keakuratan salinan Kitab Suci mereka dengan menghitung semua huruf dan menandai huruf yang ada di tengah-tengah teks. Namun, apa yang Yesus katakan tidak mendukung penafsiran literal terhadap teks, karena Ia mengatakan bahwa bukan hanya setiap huruf tidak akan lenyap, tetapi juga bahwa setiap huruf akan digenapi. Penggenapan Kitab Suci berbicara tentang aspek nubuat dari Teks Sakral. Sepuluh Perintah Allah telah ditransformasi oleh pengajaran Yesus. Yesus, tentu saja, menaati Taurat dengan sempurna. Kebenaran-Nya yang sempurna diperhitungkan kepada kita, sama seperti dosa kita diperhitungkan kepada-Nya. Lebih dari itu, Yesus mentransformasi Taurat dalam pengajaran-Nya dan juga dalam kehidupan-Nya. Yesus memberitakan kedatangan kerajaan-Nya.
Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menunjukkan bahwa kebenaran sejati harus dimulai dari hati yang murni. Perintah pertama adalah mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan jiwamu. Perintah kedua, yang serupa dan mengalir darinya, adalah mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri. Kesimpulan-Nya adalah: “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna.”
Kekudusan yang dituntut oleh Yesus tidak lain adalah kekudusan Bapa-Nya. Yesus, Yang Kudus dari Allah, menunjukkan kekudusan Bapa-Nya. Kekudusan itu membakar pemberontakan dosa. Namun, kekudusan yang sama menyala-nyala dalam kasih yang mengorbankan Anak-Nya di kayu salib. Dalam kegelapan Kalvari, Bapa meninggalkan Anak-Nya ketika Kristus menanggung murka yang layak kita terima. Ketika kita masih merupakan musuh-musuh Allah, Kristus mati bagi kita. Dalam kasih kepada kita, musuh-musuh-Nya, Bapa tidak menyayangkan Anak-Nya melainkan menyerahkan-Nya bagi kita semua.
Pemisahan Bait Suci oleh Allah dalam Perjanjian Lama melambangkan kediaman Allah di antara umat-Nya. Yesus mentransformasi Taurat saat Ia menggenapinya. Figur kemah suci dan bait suci digenapi di dalam Yesus. Tuhan tinggal di antara kita sebagai Kristus yang berinkarnasi karena Dia adalah Yang Kudus dari Allah. Merujuk pada tubuh-Nya sendiri, Yesus berkata, “Runtuhkan Bait Suci ini, dan dalam tiga hari Aku akan membangunnya” (Yoh. 2:19).
Kesatuan dengan Kristus adalah doktrin inti tentang bagaimana Allah tinggal bersama kita. Kesatuan itu adalah karya Roh Kudus, yang diutus dari takhta Kristus dalam kemuliaan. Kita tidak hanya disatukan dengan Kristus sebagai perwakilan kita, yang hidup, mati, dan bangkit bagi kita; kita juga disatukan dengan Kristus secara vital oleh kehadiran Roh-Nya. Ia tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Ia datang kepada kita, dan Ia tinggal di antara kita di dalam hati kita, dan di dalam pertemuan-pertemuan kita sebagai jemaat-Nya.
Kita berkumpul untuk mendengarkan Firman-Nya, untuk merespons dalam penyembahan, untuk menyanyikan puji-pujian kepada-Nya, untuk bergabung dalam doa bagi gereja dan dunia, untuk mendukung pekerjaan kerajaan-Nya, dan untuk menyapa satu sama lain dalam damai sejahtera-Nya ketika kita datang untuk roti dan anggur di meja-Nya. Semuanya berasal dari Sang Juru Selamat, oleh Roh-Nya, dan untuk kemuliaan Bapa-Nya. Seperti para murid yang melihat awan di atas gunung, kita melihat bukan seorang manusia biasa, melainkan hanya Yesus.