Kristologi Perjanjian Baru
28 Agustus 2024
Apa Artinya “Katolik”?
28 Januari 2025
Kristologi Perjanjian Baru
28 Agustus 2024
Apa Artinya “Katolik”?
28 Januari 2025

Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik

“Satu bangsa, di bawah Allah, tak terpisahkan, dengan kebebasan …” Kita mengucapkannya. Kita memperdebatkannya (terutama bagian “di bawah Allah”). Akan tetapi, apakah itu benar? Pada kenyataannya, seberapa bersatukah Amerika Serikat? “Persatuan yang lebih sempurna” yang diinginkan oleh Lincoln jauh dari sempurna dalam hal keharmonisan. Kita adalah sebuah bangsa yang sangat terpecah secara moral, filosofis, dan religius. Namun, masih ada tempurung luar dari kesatuan formal dan organisasi. Kita memiliki persatuan tanpa kesatuan.

Seperti halnya dengan Amerika “Serikat”, demikian pula dengan kesatuan gereja Kristen. “Kesatuan” gereja adalah salah satu dari empat istilah deskriptif klasik untuk mendefinisikan gereja. Menurut konsili Nicea (325 M), Gereja adalah satu, kudus, katolik (Am), dan apostolik.

Hanya sedikit tubuh-tubuh gereja pada masa kini yang memberikan perhatian yang besar untuk menjadi Apostolik. Lebih sedikit lagi yang tampaknya peduli dengan dimensi kekudusan. Ketika kedua kualitas ini menjadi tidak relevan dalam pikiran orang-orang gereja, maka berbicara tentang katolisitas dan kesatuan hanyalah ilusi belaka.

Gereja, secara organisasi, sangat terpecah-pecah. Sejak lahirnya “Gerakan Ekumenis,” gereja telah mengalami lebih banyak perpecahan daripada penggabungan. Krisis perpecahan menjadi berita utama menyusul keputusan Gereja Episkopal untuk menahbiskan seorang homoseksual yang aktif, yang tidak bertobat, untuk memegang jabatan uskup.

Apakah kesatuan adalah harapan palsu? Apakah kesatuan itu, dalam ekspresi historisnya, hanyalah sebuah ilusi?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus memikirkan natur dari kesatuan gereja.

Pertama-tama, kesatuan Gereja yang paling dalam dan paling signifikan adalah kesatuan spiritualnya. Meskipun kita tidak akan pernah dapat memisahkan yang formal dari yang material sehubungan dengan kesatuan Gereja, kita dapat dan harus membedakannya.

Agustinuslah yang mengajarkan paling mendalam tentang pembedaan antara Gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dengan pembedaan klasik ini, Agustinus tidak membayangkan adanya dua tubuh gereja yang terpisah, yang satu dapat dilihat dengan mata telanjang dan yang lainnya berada di luar lingkup persepsi visual. Nah, apakah ia membayangkan satu gereja yang “di bawah tanah” dan gereja yang lain di atas tanah, yang terlihat jelas?

Tidak, ia sedang menggambarkan sebuah gereja di dalam sebuah gereja. Agustinus mengambil petunjuknya dari ajaran Tuhan kita bahwa sampai Dia memurnikan Gereja-Nya dalam kemuliaan, Gereja akan terus ada di dunia ini sebagai sebuah tubuh yang akan memiliki “lalang” bersama dengan “gandum”. Lalang adalah rumput liar yang tumbuh bersama dengan bunga-bunga di taman Kristus.

Karena adanya gandum dan lalang secara bersamaan di dalam gereja, kita tahu bahwa orang-orang percaya hidup berdampingan dengan orang-orang yang tidak percaya, yang lahir baru berdampingan dengan yang tidak lahir baru. Situasi inilah yang mendorong Agustinus untuk menjelaskan gereja sebagai sebuah “tubuh yang bercampur” (corpus permixtum). Gereja yang tidak kelihatan adalah Gereja yang terdiri dari orang-orang percaya yang sejati. Ini adalah Gereja yang terdiri dari orang-orang yang lahir baru, atau seperti yang diamati oleh Agustinus, “orang-orang pilihan.”

Yesus membuat jelas bahwa ada beberapa, bahkan banyak orang yang mengaku beriman tetapi tidak memilikinya. Peringatan-Nya yang menusuk ini merupakan klimaks dari Khotbah di Bukit:

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata:  Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku, hai Kamu yang melanggar perintah Allah! (Mat. 7:21–23)

Di bagian lain Yesus memperhatikan bahwa orang-orang menghormati Dia dengan bibir mereka, tetapi hati mereka jauh dari-Nya. Klaim di bibir lalang adalah bahwa mereka bekerja untuk Kristus. Akan tetapi, Yesus akan mengusir mereka. Dia akan meminta mereka (atau lebih tepatnya, memerintahkan mereka) untuk pergi. Dia akan menyatakan bahwa mereka tidak pernah sedetikpun menjadi bagian dari Gereja-Nya yang sejati. “Aku tidak pernah mengenal kamu.” Mereka ini bukan dulunya domba yang kemudian berubah menjadi kambing. Mereka adalah putra-putri Yudas yang merupakan orang-orang tidak percaya sejak awal.

Kita juga melihat bahwa Yesus berkata bahwa jumlah orang yang menyatakan diri sebagai orang percaya, yang sebenarnya tidak lahir baru, dikatakan “banyak”. Hal ini seharusnya menimbulkan kewaspadaan kita dalam mengasumsikan keberhasilan metode dan teknik penginjilan kita. Kita cenderung cukup optimis dengan “statistik penginjilan” kita ketika kita mengasumsikan pertobatan semua orang yang menjawab panggilan altar, membuat “keputusan bagi Kristus”, atau melafalkan “doa orang berdosa”. Alat-alat ini dapat membantu mengukur pengakuan iman yang external, tetapi mereka tidak memberi kita pandangan sekilas ke dalam hati. Apa yang dapat kita lihat dari pengakuan iman seseorang hanyalah buahnya. Namun bahkan buahnya pun dapat menipu. Allah, dan hanya Allah sajalah yang dapat membaca hati manusia. Pandangan kita tidak dapat menembus melampaui tampilan luar.

Agustinus juga menyatakan bahwa Gereja yang tidak kelihatan secara substansial berada di dalam gereja yang kelihatan. Mungkin ada beberapa kasus langka di mana seorang percaya yang sejati tidak pernah tergabung dengan gereja yang kelihatan akibat terhalang oleh situasi dan kondisi. Penjahat yang disalibkan tidak pernah memiliki kesempatan untuk menghadiri kelas-kelas anggota baru di sebuah gereja lokal.

Namun, dalam kebanyakan kasus, anggota-anggota sejati dari Gereja Kristus yang tidak kelihatan ditemukan di dalam gereja yang kelihatan. Meskipun gereja yang kelihatan di mana seseorang yang benar-benar telah lahir baru berada mungkin berbeda dengan gereja di mana seorang yang telah lahir baru lainnya berada, kedua orang percaya itu, pada kenyataannya, telah disatukan di dalam satu Gereja yang sejati, yang tidak kelihatan.

Kesatuan orang-orang percaya didasarkan pada kesatuan mistis antara Kristus dan Gereja-Nya. Alkitab berbicara tentang transaksi dua arah yang terjadi ketika seseorang dilahirbarukan. Setiap orang yang telah bertobat menjadi “di dalam Kristus” pada saat yang sama ketika Kristus masuk ke dalam diri orang percaya tersebut. Jika saya di dalam Kristus dan Anda di dalam Kristus, dan jika Dia di dalam kita, maka kita mengalami kesatuan yang mendalam di dalam Kristus.

Doa Yesus sebagai Imam Besar dalam Yohanes 17 bagi kesatuan para pengikut-Nya bukanlah sebuah permohonan yang gagal atau tidak tergenapi. Allah telah berkenan untuk memastikan sebuah kesatuan di antara orang-orang percaya yang, meskipun tidak terlihat, namun tetap nyata. Ini adalah sebuah ikatan bersama yang berlandaskan pada satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
R.C. Sproul
R.C. Sproul
Dr. R.C. Sproul mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Allah dan kekudusan-Nya. Sepanjang pelayanannya, Dr. R.C. Sproul membuat teologi dapat diakses dengan menerapkan kebenaran mendalam dari iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Ia terus dikenal di seluruh dunia untuk pembelaannya yang jelas terhadap ineransi Alkitab dan kebutuhan umat Allah untuk berdiri dengan keyakinan atas Firman-Nya.