Menghentikan Kecanduan Kita Bergosip
24 November 2023
Pentingnya Pluralitas (Kemajemukan) Penatua
29 November 2023
Menghentikan Kecanduan Kita Bergosip
24 November 2023
Pentingnya Pluralitas (Kemajemukan) Penatua
29 November 2023

Orang Kristen dan Vokasi

Alkitab menegaskan bahwa orang-orang Kristen harus menjadi garam dan terang dunia. Namun, bagaimana tepatnya kita akan mewujudkan hal itu?

Meski kita tidak diselamatkan melalui perbuatan baik kita, Alkitab mengajarkan bahwa Allah mengharapkan perbuatan baik dari orang Kristen. Apa tepatnya yang Allah ingin kita lakukan, dan di manakah Ia ingin kita melakukannya? Menurut Alkitab, Allah dalam providensia-Nya memerintah dan memelihara seluruh ciptaan-Nya. Bagaimana hal itu terlaksana dalam masyarakat kita, dengan realitas dosa?

Di dalam dunia kita yang sangat sekuler saat ini, orang Kristen juga menghadapi pertanyaan lain: Haruskah orang Kristen terlibat dalam politik? Bagaimana orang Kristen dapat menemukan kembali pernikahan yang kristiani? Bagaimana seharusnya orang tua Kristen membesarkan anak-anak mereka? Bagaimana orang Kristen menghidupi iman mereka di tempat kerja? Salah satu tema utama Reformasi sangat bermanfaat dalam menjawab pertanyaan ini: doktrin vokasi.

Hidup Seperti Waktu Anda Dipanggil

Sama seperti istilah teologis yang lain, kata vokasi telah diambil alih oleh bahasa sekuler dan diberikan makna yang jauh lebih terbatas, menjadi sinonim dengan pekerjaan atau profesi. Orang Kristen pun telah menyerap makna sekuler tersebut sehingga sering menganggap bahwa doktrin vokasi berkaitan dengan bagaimana orang Kristen memuliakan Allah melalui pekerjaannya.

Konsep teologisnya memang mencakup hal itu, tetapi doktrin vokasi—sebagaimana yang dikembangkan oleh Martin Luther, John Calvin, kaum Puritan, dan para teolog Reformasi lainnya—jauh lebih luas dari itu. Doktrin vokasi merupakan sebuah teologi tentang kehidupan orang Kristen, atau dengan kata lain, sebuah teologi tentang bagaimana kita hidup di dunia ini.

Kata vokasi secara sederhana berarti “memanggil” atau “panggilan”, dengan demikian perikop yang memakai istilah ini mengajarkan kita tentang vokasi. Sebagai contoh, di dalam 1 Korintus 7, Rasul Paulus memakai berbagai turunan dari kata “panggilan”, yang memuncak pada ayat kunci ini, “Hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat” (1 Kor. 7:17).

Allah merancangkan bagi kita sebuah kehidupan, lalu Ia memanggil kita untuk menjalani hidup itu. Inilah inti dari doktrin vokasi. Perhatikan bahwa tidak ada yang dikatakan tentang memilih sebuah pekerjaan atau menemukan pekerjaan Anda yang sejati atau mendapat kepuasan dalam pekerjaan Anda. Kita mungkin mengalami atau bergumul dengan semua itu, tetapi vokasi pada dasarnya adalah perbuatan Allah.

Secara konteks, di dalam 1 Korintus 7 Rasul Paulus terutama sedang berbicara tentang vokasi pernikahan. Apakah lebih baik menikah atau tetap melajang? Ia juga membahas soal identitas etnis dan bangsa, apakah lebih baik menjadi orang Yahudi atau non-Yahudi. Ia juga membahas tentang sistem ekonomi Greko-Romawi, apakah seseorang bisa menjadi seorang Kristen dan seorang budak, atau apakah diperbolehkan untuk mencari kebebasan. Berdiri di balik semua “panggilan” ini adalah panggilan kepada keselamatan, di mana Firman Allah memanggil individu-individu melalui Injil dan menciptakan iman di hati mereka.

Dengan demikian perikop-perikop tersebut membahas apa yang disebut Luther sebagai “keadaan” (estate) beragam yang Allah rancangkan bagi kehidupan manusia, di mana kita memiliki berbagai panggilan kita: di keluarga, negara, dan gereja.

Pada setiap kasus, terkait semua pertanyaan yang diajukan di dalam 1 Korintus 7, jawaban Paulus tetap sama: “Hiduplah dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah.”

Apa yang sedang Allah Kerjakan melalui Hidup Anda

Kita mungkin bertanya, “Apa yang sedang Allah kerjakan di dalam hidup saya?” Vokasi mendorong kita untuk bertanya pertanyaan lain, “Apa yang sedang Allah kerjakan melalui hidup saya?”

Allah dalam providensia-Nya memerintah dan memelihara manusia ciptaan-Nya, di antara cara-cara lainnya, melalui vokasi. Ia memberi makanan kita setiap hari melalui vokasi petani, penggiling, dan tukang roti (lihat 2 Kor. 9:10). Ia melindungi kita melalui vokasi pejabat pemerintah, termasuk orang-orang yang “menyandang pedang”, seperti polisi, tentara, dan hakim (lihat Rm. 13:1-7). Ia menciptakan dan memelihara anak-anak melalui vokasi ayah dan ibu (lihat Mzm. 127). Ia memberitakan dan mengajarkan Firman-Nya melalui vokasi dalam pelayanan (Rm. 10:14-17).

Luther menggambarkan vokasi sebagai “topeng Allah”. Pikirkan setiap orang yang melakukan sesuatu untuk Anda—orang-orang yang membangun rumah Anda, membuat baju Anda, memproduksi mobil Anda, membersihkan sampah Anda, menyajikan makanan Anda, mengobati penyakit Anda, dan sebagainya. Di balik orang-orang biasa ini Allah bersembunyi, dan Ia memberkati Anda melalui mereka.

Anda juga adalah topengnya Allah. Ia memberkati orang lain melalui Anda, meskipun Anda mungkin tidak menyadarinya: pasangan Anda, anak-anak Anda, rekan kerja Anda, pelanggan Anda, dan saudara seiman Anda.

Tujuan Allah untuk Semua Vokasi

Allah ingin kita mengasihi Dia dan sesama manusia seperti diri sendiri (Mat. 24:34-40). Karena itu, tujuan dari setiap vokasi—dalam pernikahan, menjadi orang tua, di tempat kerja, di pemerintahan, dan di gereja—adalah agar kita mengasihi dan melayani sesama kita (lihat Gal. 5:13-15).

Setiap vokasi membawa sesama kita masuk ke dalam hidup kita. Pernikahan memberi kita pasangan, menjadi orang tua membawa anak-anak, vokasi di tempat kerja membawa rekan-rekan kerja dan pelanggan, vokasi di pemerintahan membawa rekan warga negara, vokasi di gereja membawa anggota jemaat. Semua ini adalah sesama kita yang Allah ingin kita kasihi dan layani. Ketika kita melakukannya, kasih dan pelayanan kita menjadi saluran bagi kasih dan pelayanan Allah.

Pastinya, kita sering kali gagal mengasihi sesama kita ini. Terkadang kita memanfaatkan bahkan memperlakukan mereka dengan buruk. Alih-alih melayani mereka, kita ingin agar mereka melayani kita. Inilah akar dari segala konflik dalam pernikahan, bisnis, dan jemaat. Dengan kata lain, kita berdosa di dalam vokasi kita. Allah bisa saja terus bekerja melalui kita, tetapi kita menentang-Nya.

Kita harus mengakui dosa-dosa tersebut, menerima pengampunan, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ketika kita melakukannya, kita bertumbuh dalam iman dan kasih. Pengudusan juga ditemukan dalam vokasi.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Gene Edward Veith
Gene Edward Veith
Dr. Gene Edward Veith adalah provost dan profesor emeritus bidang literatur di Patrick Henry College di Purcellville, Virginia. Ia adalah penulis dari beberapa buku, termasuk God at Work dan Reading between the Lines.