
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Hosea
17 April 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Daniel
24 April 20253 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Yehezkiel

Halaman halaman kitab Yehezkiel penuh dengan segala macam ketegangan: umat Allah yang dipisahkan ke pembuangan di Babel dan penduduk Yerusalem yang terkepung, seorang nabi yang gelisah dari garis keturunan imam yang berbaring di sisi kirinya selama 390 hari dan menolak meratapi kematian istrinya, serta penglihatan-penglihatan penuh simbolisme yang sulit, dikombinasikan dengan nubuat-nubuat yang grafis dan meresahkan (Yeh. 4:4-8; 24:15-24). Mungkin, ketegangan terbesar dalam kitab Yehezkiel terdapat pada penyingkapan karakter Allah: transenden tetapi imanen, kudus dan membenci dosa tetapi mengampuni, dan mengerikan dalam penghakiman-Nya tetapi menakjubkan dalam belas kasihan-Nya. Meski ketegangan-ketegangan ini berpotensi menggelisahkan atau membingungkan pembacanya, kitab Yehezkiel membuat nama dan kemuliaan Tuhan dikenal secara unik dan instruktif.
Ketiga hal berikut ini akan menolong Anda menguraikan ketegangan tersebut dan menyukai nubuat-nubuat Yehezkiel.
1. Penglihatan-penglihatan dan nubuat-nubuat aneh Yehezkiel menyingkapkan Allah yang mulia tetapi dapat dikenal.
Anda tidak perlu membaca jauh ke dalam kitab Yehezkiel untuk mengalami kebingungan. Penglihatan dan panggilan pelayanannya di awal menampilkan empat makhluk hidup (yang nanti diidentifikasikan sebagai “kerubim”) yang memiliki ciri-ciri seperti monster; sebuah teofani “rupa kemuliaan TUHAN” yang menggetarkan pancaindra yang fana, dan serangkaian aktivitas yang menyertai pengutusannya—termasuk memakan gulungan kitab dan menjadi bisu (Yeh. 1:1–3:27; 10:20). Semua ini baru permulaan dari kitab tersebut. Tindakan, gambaran, dan pernyataan secara simbolik, serta kunjungan Tuhan yang mulia beserta rombongan malaikat-Nya, berulang kali muncul di sepanjang kitab tersebut (lihat Yeh. 10:1-22; 40:1-4).
Akan tetapi, ketahuilah ini: Anda memang sepatutnya takjub. Berjumpa dengan kemuliaan Allah yang transenden menuntut respons kekaguman dan kerendahan hati. Setelah mendapat penglihatan itu, Yehezkiel jatuh bersujud (Yeh. 1:28). Sebagian dari tujuan ditulisnya pelayanannya yang dipenuhi Roh Allah adalah mendorong respons kekaguman yang sama pada kita. Manusia seperti Yehezkiel, seperti orang-orang buangan di Babel, dan seperti kita, tidak mungkin mengenal Allah dengan cara kita sendiri; Ia harus membuat diri-Nya dikenal. Namun, jangan salah, Yehezkiel menyingkapkan bahwa Allah kita yang berdaulat juga bersifat imanen dan menyatakan diri-Nya dikenal di seluruh dunia, sebagaimana ungkapan “kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN” muncul dalam nubuat-nubuat untuk bangsa Israel dan untuk bangsa-bangsa lain (Yeh. 7:4, 9; 11:10; 13:9, dll.).
Sedihnya, dosa dan kemurtadan manusia menuntut Allah yang kudus menyatakan diri-Nya pertama-tama melalui penghakiman, yang menuntun kita kepada poin berikutnya.
2. Garis keturunan imam Yehezkiel muncul dalam penekanan akan kekudusan Allah.
Yehezkiel memperkenalkan dirinya sebagai imam di awal kitab tersebut, tetapi ia mungkin belum pernah melayani dalam kapasitas sebagai imam di Yerusalem (Yeh. 1:3). Sebaliknya, Tuhan memanggil dia untuk melayani sebagai nabi-Nya, dengan pertama-tama menyampaikan nubuat penghakiman terhadap umat-Nya sendiri yang memberontak, lalu terhadap bangsa-bangsa fasik (Yeh. 1:1–24:27; 25:1–32:32). Terlepas dari perubahan karier ini, Yehezkiel sangat bergantung pada pengetahuan imamatnya, khususnya menyangkut kekudusan Allah dalam penghakiman.
Yehezkiel, dalam jabatannya sebagai penuntut yang dipenuhi Roh Kudus, tidak menahan diri ketika memaparkan pelanggaran jemaat perjanjian lama terhadap ketetapan perjanjian Allah dan pencemaran mereka melalui penyembahan berhala (Yeh. 5:6; 16:59). Perbuatan-perbuatan itu berisiko “menajiskan” nama Tuhan itu sendiri, mendorong Allah memelihara kekudusan nama-Nya dengan mengangkat kehadiran-Nya yang mulia (dilambangkan dengan takhta surgawi-Nya yang portabel) dari Yerusalem dan menetapkan hari kehancuran bagi Yerusalem (Yeh. 20:9, 14). Yehezkiel menunjukkan betapa mengerikannya pemberontakan Israel melalui berbagai ungkapan sastra—mungkin yang paling meresahkan adalah alegori tentang dua kakak-beradik yang tidak setia (Yeh. 23:1-49). Supaya bangsa-bangsa lain tidak bergembira atas runtuhnya Yerusalem dan menganggap diri mereka tidak rapuh, Yehezkiel membidik tujuh kerajaan di sekitar mereka, yang melambangkan semua bangsa di dunia, dengan nubuat-nubuat penghakiman yang serupa. Mereka pun harus bertanggung jawab atas kejahatan dan pemberontakan mereka terhadap Allah yang kudus, dan dunia akan mengetahui kemuliaan-Nya melalui hukuman mereka.
Akan tetapi, supaya Israel tidak berhenti berharap, Yehezkiel membangkitkan konsep imamat lain untuk mengantisipasi pemulihan: Bait Allah.
3. Yesus menggenapi nubuat-nubuat pemulihan Yehezkiel sebagai Bait Allah.
Bahkan, di tengah-tengah penghakiman, Allah Israel yang mulia dan kudus menubuatkan pemulihan. Ia pasti akan membangkitkan umat perjanjian-Nya sama seperti kepastian Yehezkiel telah menyaksikan dihidupkannya kembali tulang-tulang kering (Yeh. 37:1-14). Namun, Tuhan tidak akan sekadar memulihkan mereka seperti keadaan sebelum dihukum, melainkan Ia akan menahirkan mereka dan memberi hati yang baru kepada mereka, meneguhkan mereka kembali dalam kerajaan nenek moyang mereka, menempatkan atas mereka seorang raja keturunan Daud yang adil, dan tinggal di tengah-tengah mereka selamanya (Yeh. 36:22–37:28). Yehezkiel memperlihatkan keadaan yang diubahkan yang berupa kedamaian perjanjian ini terutama melalui penglihatannya tentang Bait Suci yang baru, yang melambangkan kehadiran Tuhan yang kekal, sebagaimana diperjelas oleh nama dari kota tersebut, “TUHAN Hadir di Situ” (lihat pasal 40-48).
Penggenapan nubuat Yehezkiel melampaui pembangunan kembali Bait Allah yang kedua, dan menemukan puncaknya pada Yesus. Tulisan-tulisan Rasul Yohanes yang diilhamkan Allah memberi kesaksian tentang hal ini. Kepenuhan kemuliaan Allah dimanifestasikan di dalam Anak Allah yang berinkarnasi, yang berkemah (LAI: tinggal) di antara umat-Nya dan membuat Allah dikenal (Yoh. 1:14-18). Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan Bait Allah, membandingkan trauma atas kehancurannya dengan penyaliban-Nya dan kemuliaan pemulihannya dengan kebangkitan-Nya (Yoh. 2:18-22). Selain itu, sebagaimana Yehezkiel menggambarkan sebuah sungai mengalir dari Bait Allah dan memberi hidup ke seluruh dunia, begitu pula Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber air hidup (Yoh. 4:1-43; 7:37-39). Dalam penglihatan terakhirnya sendiri, Yohanes memberi kesaksian tentang sungai yang sama mengalir dari takhta Allah dan Anak Domba, setelah membasuh dan menyembuhkan umat-Nya yang terserak di antara bangsa-bangsa (Why. 22).
Ketegangan hebat dalam kitab Yehezkiel telah berkembang menjadi potensi terbesar yang dapat dibayangkan: kehadiran kekal Allah dan Anak Domba.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.