


3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Maleakhi
10 April 2025


3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Hosea
17 April 20253 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Hagai



1. Sekarang adalah waktunya memprioritaskan ketaatan kepada Tuhan.
Kitab Hagai ditulis untuk sebuah bangsa yang sudah sangat patah semangat. Penduduknya, yang telah kembali dari Babel ke Yehuda, mendapati kehidupan di kampung halaman begitu sulitnya. Membangun kembali kampung halaman dan kehidupan sebelumnya sementara dikepung oleh musuh di semua sisi ternyata jauh lebih sulit daripada yang dibayangkan, dan janji-janji mulia dari Yesaya 40-66 tampaknya sangat jauh dari pengalaman mereka. Akibatnya, mereka menghentikan proyek pembangunan kembali Bait Suci sampai hidup menjadi lebih mudah. Sangat jelas bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk rencana ambisius seperti itu (Hag. 1:2).
Akan tetapi, perspektif Tuhan berbeda. Ia mengungkapkan bahwa mereka memiliki sumber daya untuk membangun rumah-rumah berlapis papan mereka (Hag. 1:4; lihat juga 1Raj. 6:9; 7:3, 7). Sementara ini, aktivitas mereka yang lain berada di bawah hukuman Allah karena ketidaktaatan mereka (Hag. 1:5-6). Mereka seharusnya merenungkan cara hidup mereka, berhenti membuat alasan, dan memprioritaskan ketaatan kepada Tuhan (Hag. 1:8). Dipimpin oleh gubernur mereka, Zerubabel, dan imam besar mereka, Yosua, bangsa itu mendengarkan perkataan Hagai dan mulai bekerja (Hag. 1:12). Tuhan menyertai mereka, dan Ia membangkitkan semangat mereka untuk bekerja sama membangun kembali Rumah TUHAN (Hag. 1:14), yaitu lambang hadirat Tuhan yang secara nyata terlihat di tengah-tengah umat-Nya.
2. Hal yang terbaik belum tiba.
Sementara bangsa itu bekerja membangun kembali Bait Suci di Yerusalem, sumber lain yang berpotensi mematahkan semangat muncul. Bait yang baru sama sekali tidak memiliki kemuliaan yang menyertai bait sebelumnya (Hag. 2:2-3). Meski ukurannya sama dengan Bait Suci yang dibangun Salomo, bukan saja bait itu kekurangan kelimpahan emas dan perak, tetapi juga bait tersebut bukan lagi simbol utama dari sebuah kerajaan seperti pada zaman Salomo. Lebih parah lagi, kemuliaan Tuhan telah meninggalkan bangunan tersebut sebelum dihancurkan oleh bangsa Babel (Yeh. 10). Tanpa janji kembalinya hadirat Allah (lihat Yeh. 43), bait tersebut akan tetap menjadi sebuah cangkang yang tidak berharga dan kosong. Namun, firman Tuhan melalui sang nabi mendorong bangsa itu untuk melihat bahwa Ia benar-benar telah kembali ke tengah-tengah mereka, meskipun buahnya belum terlihat (Hag. 2:4-5). Mereka harus tetap kuat dan bekerja—perintah yang persis sama diberikan pada zaman Yosua dan Salomo sendiri (Yos. 1:6; 1Raj. 2:2). Allah yang sama, yang menyertai Israel ketika mereka meninggalkan Mesir, masih menyertai mereka, dan Ia akan memastikan jerih payah mereka tidak sia-sia (Hag. 1:13).
Akan tetapi, apa yang dapat mereka lihat dengan mata mereka bukanlah ukuran terakhir dari pekerjaan Tuhan. Mereka dapat memandang ke belakang dan beroleh penghiburan dari apa yang pernah Ia kerjakan di masa lalu, tetapi mereka juga perlu mengingat apa yang akan Tuhan lakukan di masa depan (Hag. 2:6-9). Suatu hari nanti Tuhan akan mengubah tatanan dunia zaman ini, menjungkirbalikkannya, dan menempatkan bangsa-bangsa pada tempatnya masing-masing, sembari Ia menyediakan berkat bagi umat-Nya, dengan damai sejahtera (shalom) yang mengalir dari Bait-Nya.
3. Janji-janji Tuhan mengaitkan masa kini dan masa depan.
Janji Tuhan bahwa Ia akan tinggal di tengah-tengah umat-Nya, yang terwujud secara nyata pada Bait Suci di Yerusalem, dan janji-Nya tentang kedatangan Mesias, yang terwujud melalui garis keturunan Daud, terjalin seperti benang merah di seluruh nubuat Hagai (baca 2Sam. 7). Pada awal pelayanan sang nabi, kedua hal tersebut sepertinya dipertanyakan: Bait Suci di Yerusalem masih dalam reruntuhan, ditinggalkan oleh kemuliaan Tuhan, dan garis keturunan Daud sepertinya terputus, ditolak Tuhan seperti cincin meterai yang dicabut (baca Yer. 22:24-26). Memang ada bukti-bukti pemulihan yang nyata pada bagian akhir dari kitab tersebut—Bait Suci sedang dibangun kembali, dan sang gubernur, Zerubabel, seorang keturunan Daud, diteguhkan sebagai cincin meterai yang dipilih Allah (Hag. 2:24). Namun, bait tersebut masih kekurangan kemuliaan, dan sang gubernur bukanlah seorang raja, bukan pula Mesias yang dijanjikan. Bangsa itu harus hidup dengan iman, memercayai bahwa hal-hal baik yang sedang Allah kerjakan di tengah-tengah mereka akan menjadi tergenapi pada hari terakhtir.
Kedua janji tersebut mengarah kepada Yesus Kristus. Ia adalah Bait Allah yang sejati (Yoh. 2:19), yang di dalam-Nya kemuliaan Allah telah datang untuk tinggal bersama kita (Yoh. 1:14). Sebagai Imanuel (“Allah beserta kita”), Yesus secara fisik mewakili hadirat Allah di tengah-tengah umat-Nya. Sekarang setelah Yesus naik ke surga dan mencurahkan Roh-Nya kepada Gereja, hadirat Allah di dunia diwakili oleh kita, umat-Nya. Sebagai tubuh Kristus, Gereja adalah bait yang baru, terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi, yang dibangun bersama sebagai tempat kediaman yang kudus bagi Allah (Ef. 2:16-22; lihat 2Kor. 6:16-7:1).
Kita pun memandang kepada keturunan Zerubabel yang lebih agung, sebagai Dia yang di dalam-Nya kita beroleh harapan, yaitu Yesus Kristus (Mat. 1:13). Ia tidak memiliki rupa atau keagungan untuk menarik orang datang kepada-Nya, tetapi mengambil rupa seorang hamba, dan merendahkan dirinya sampai mati di kayu salib (Flp. 2:5-8). Namun, sebagai hasil dari ketaatan tersebut, Allah telah mengaruniakan kepada Dia yang diurapi-Nya nama yang di atas segala nama (Flp. 2:9-11). Pada masa kini, sementara kita menantikan pengguncangan terakhir atas langit dan bumi, panggilan kita adalah menjadi setia, dan menyadari bahwa dalam terang kematian dan kebangkitan Kristus, jerih payah kita di dalam Tuhan tidak akan sia-sia (1Kor. 15:58).
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.