Apa itu Pengertian?
29 Juli 2024Siapakah Iblis?
02 Agustus 2024Pertukaran-Pertukaran Agung dalam Surat Roma
Ketika keajaiban Injil menerobos ke dalam hidup Anda, Anda merasa seolah-olah Anda adalah orang pertama yang menemukan kuasa dan kemuliaannya. Di manakah Kristus telah disembunyikan selama ini? Dia tampak begitu segar, begitu baru, begitu penuh anugerah. Kemudian datanglah penemuan kedua—Andalah yang selama ini buta, tetapi sekarang Anda telah mengalami hal yang sama persis dengan orang-orang yang tak terhitung jumlahnya sebelum Anda. Anda berdiskusi dengan orang lain. Benar sekali, Anda bukanlah yang pertama! Syukurlah, Anda tidak akan merupakan yang terakhir.
Jika pengalaman saya sendiri dapat dijadikan contoh, menemukan surat Roma dapat menjadi pengalaman yang serupa. Saya masih ingat, sebagai seorang remaja Kristen, kemunculan pemikiran ini secara perlahan di benak saya: seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat bagi saya, tetapi tampaknya Kitab Suci juga memiliki bentuk dan struktur, sebuah pusat dan batasan sekelilingnya. Jika memang demikian, maka beberapa kitab dalam Alkitab mungkin merupakan kitab-kitab dasar; kitab-kitab ini harus dimengerti terlebih dahulu.
Kemudian muncullah kesadaran bahwa (bersama teologi sistematika) komentari Biblika harus menjadi fondasi dari koleksi buku saya. Karena saya diberkati di Skotlandia pada masa itu dengan biaya kuliah gratis dan tunjangan mahasiswa, maka saya membeli kajian-kajian yang luar biasa tentang surat Roma oleh Robert Haldane dan John Murray. (Baru kemudian saya tersadar bahwa prasangka etnis tertentu mungkin telah ada dalam diri saya, karena keduanya adalah orang Skotlandia!)
Ketika saya mempelajari kitab Roma, bergumul dengan beberapa kebenarannya yang agung, bergumul dengan beberapa perikopnya yang sulit (2 Petrus 3:14-16 pasti merujuk kepada mereka!), jelaslah bahwa sudah banyak orang yang telah menempuh jalan ini sebelumnya. Saya baru saja mulai bergabung dengan mereka dalam menemukan kuasa yang memperbarui akal budi, yang mengubah hidup, dari apa yang Paulus sebut sebagai “Injil Allah” (Rm. 1:1; 15:16), “Injil Kristus” (Rm. 1:16; 15:19), dan “Injil-Ku” (Rm. 2:16; 16:25). Tidak perlu waktu lama untuk melihat mengapa Martin Luther menyebut kitab Roma sebagai “Injil yang paling jelas dari semuanya.” Injil Roma dapat diringkas dalam satu kata: pertukaran. Sesungguhnya, ketika Paulus merangkum pengajaran dari Roma 1:18-5:11, ia menyimpulkan bahwa orang Kristen “bermegah dalam Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus, sebab melalui Dia kita sekarang telah menerima pendamaian itu” (Rm. 5:11, penekanan ditambahkan). Makna dasar dari kata Yunani katallagē, yang diterjemahkan menjadi “pendamaian”, adalah perubahan (atau pertukaran) yang terjadi. Injil Paulus adalah kisah tentang serangkaian pertukaran.
Pertukaran pertama digambarkan dalam 1:18-32: meskipun mengetahui Allah Pencipta yang telah disingkapkan dengan jelas, yang telah menyatakan kemuliaan-Nya dalam alam semesta yang telah Ia ciptakan, umat manusia telah “menukar (LAI: menggantikan) kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran … menukar (LAI: menggantikan) kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya … menukar (LAI: menggantikan) persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar …” (1:23-26, penekanan ditambahkan)—semuanya merupakan variasi dari akar kata yang sama.
Pertukaran kedua adalah konsekuensi langsung yang ditetapkan Allah dari hal ini: Allah menukarkan hak istimewa persekutuan-pengenalan manusia akan Dia dengan murka-Nya yang adil terhadap manusia (Rm. 1:18 dst.). Alih-alih mengenal, memercayai, dan dengan penuh kasih memuliakan Allah, manusia dengan kefasikan dan kelalimannya (urutannya signifikan) mendatangkan penghakiman Allah.
Dengan demikian, persekutuan dengan Allah ditukar dengan penghukuman oleh Allah. Hal ini bukan hanya bersifat eskatologis, jauh di masa depan; hal ini bersifat invasif secara kontemporer. Manusia meninggalkan Allah dan memamerkan otonomi semu mereka di hadapan-Nya. Mereka berpikir, “Kami membenci hukum-Nya dan melanggarnya dengan bebas, tetapi tidak ada ancaman petir penghakiman yang menyentuh kami.” Namun, sesungguhnya, mereka telah dibutakan dan dikeraskan secara yuridis. Mereka tidak dapat melihat bahwa pengerasan hati nurani dan penghancuran tubuh yang merupakan dampak dari pemberontakan mereka adalah penghakiman Allah. Penghakiman-Nya adalah adil—jika kita akan memilih kefasikan, maka hukuman akan datang melalui instrumen kejahatan kita terhadap-Nya itu sendiri. Pada akhirnya, kita telah menukar terang hadirat-Nya dengan kegelapan batin saat ini dan kegelapan eksternal di masa depan.
Pertukaran ketiga adalah pertukaran yang penuh anugerah, bukan hasil usaha (sesungguhnya, hasil yang merugikan), yang Allah sediakan di dalam Kristus. Tanpa mengkompromikan kebenaran-Nya yang disingkapkan dalam murka, Allah dengan adil membenarkan orang-orang berdosa melalui penebusan yang Dia sediakan dalam darah Kristus – propisiasi/pendamaian bagi dosa-dosa kita. Hal ini Paulus nyatakan dalam kata-kata yang kaya dan padat dalam Roma 3:21-26.
Baru belakangan dalam surat ini, ia memberi kita cara yang berbeda, dan dalam beberapa hal lebih mendasar, cara untuk melihat hal ini: Anak Allah mengambil natur kita dan datang “serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Rm. 8:3) untuk bertukar tempat dengan Adam, sehingga ketaatan dan kebenaran-Nya dapat ditukar dengan ketidaktaatan dan dosa Adam (dan kita) demi kita (Rm. 5:12-21).
Pertukaran keempat adalah apa yang ditawarkan kepada orang-orang berdosa dalam Injil: kebenaran dan pembenaran sebagai ganti dari ketidakbenaran dan penghakiman. Terlebih lagi, kebenaran yang berbentuk Kristus ini terdiri dari keseluruhan hidup ketaatan-Nya dan pengorbanan-Nya yang menanggung murka di kayu salib, di mana Ia dijadikan sebagai korban penghapus dosa (Ia datang, kata Paulus dalam Roma 8:3, “karena dosa”, atau “untuk menjadi korban penghapus dosa”; NIV).
Selain berikeras bahwa pertukaran ilahi ini konsisten dengan kebenaran absolut Allah (Rm. 3:21, 22, 25, 26), Paulus menekankan bahwa jalan keselamatan ini konsisten dengan ajaran Perjanjian Lama (“seperti yang disaksikan dalam Taurat dan Nabi-nabi,” ay. 21; bdk. 1:1-4). Ia juga bersikeras bahwa kita tidak berkontribusi apa pun untuk keselamatan kita. Semuanya adalah anugerah semata-mata. Kejeniusan strategi ilahi ini sungguh menakjubkan.
Pertukaran kelima muncul di sini. Dalam Institutes of the Christian Religion, ketika John Calvin melanjutkan dari Buku II (tentang karya Kristus) ke Buku III (tentang penerapan penebusan), ia menulis:
Sekarang kita harus meneliti pertanyaan ini. Bagaimanakah kita menerima manfaat-manfaat yang Bapa berikan kepada Anak-Nya yang tunggal itu—bukan untuk kepentingan pribadi Kristus, melainkan untuk memperkaya orang-orang yang miskin dan membutuhkan? Pertama, kita harus memahami bahwa selama Kristus masih berada di luar diri kita, dan kita terpisah dari-Nya, segala sesuatu yang telah Dia derita dan lakukan untuk keselamatan umat manusia tetap sia-sia dan tidak ada nilainya bagi kita … kita memperolehnya dengan iman.
Sebagai respons atas pertukaran agung yang telah digenapkan bagi kita di dalam Kristus, ada pertukaran yang digenapkan di dalam diri kita oleh Roh Kudus: ketidakpercayaan berubah menjadi iman, pemberontakan ditukar dengan menjadi percaya. Pembenaran—kita dinyatakannya sebagai orang benar dan ditempatkan dalam hubungan yang benar dengan Allah—tidak menjadi milik kita melalui perbuatan, ibadah atau lainnya, melainkan melalui tindakan iman kepada Kristus.
Cuplikan ini diadaptasi dari In Christ Alone: Living the Gospel-Centered Life oleh Sinclair Ferguson.