Ajarlah Kami Menghitung Hari-Hari Kami
25 Juli 2024Pertukaran-Pertukaran Agung dalam Surat Roma
31 Juli 2024Apa itu Pengertian?
Seseorang yang saya kenal baru-baru ini mengungkapkan pendapat yang mengejutkan dan dalam beberapa hal mengecewakan saya. Saya berkata dalam hati, “Saya pikir dia akan memiliki pengertian yang lebih dari itu.”
Pengalaman tersebut membuat saya merenungkan pentingnya pengertian dan kurangnya pengertian di dunia kita. Kita tahu bahwa orang sering kali tidak melihat masalah dengan jelas dan mudah disesatkan karena mereka tidak berpikir secara alkitabiah. Namun, sayangnya, kita mau tidak mau harus merenungkan betapa hal ini juga terjadi di dalam komunitas gereja.
Sebagian besar dari kita pasti ingin menjauhkan diri dari apa yang dapat dianggap sebagai “kaum ekstrim” dari kekristenan kontemporer. Kita berjaga-jaga agar tidak disesatkan oleh guru-guru palsu. Akan tetapi, diperlukan pengertian lebih dari sekadar itu. Pengertian yang sejati tidak hanya berarti membedakan yang benar dari yang salah; namun juga berarti membedakan yang utama dari yang sekunder, yang penting dari yang tidak penting, dan yang permanen dari yang sementara. Dan, ya, itu berarti membedakan antara yang baik dan yang lebih baik, dan bahkan antara yang lebih baik dan yang terbaik.
Dengan demikian, pengertian adalah seperti indra jasmani; bagi beberapa orang, pengertian ini diberikan dalam ukuran yang tidak biasa sebagai anugerah pemberian yang istimewa (1Kor. 12:10), tetapi takaran tertentu dari pengertian tersebut sangat penting bagi kita semua dan harus senantiasa ditingkatkan. Orang Kristen harus menaruh perhatian untuk mengembangkan “indra keenam” dari pengertian spiritualnya. Inilah sebabnya sang pemazmur berdoa, “Ajarilah aku pengetahuan dan pertimbangan yang benar” (Mzm. 119:66).
Natur dari Pengertian
Namun, apakah yang dimaksud dengan pengertian ini? Kata yang digunakan dalam Mazmur 119:66 berarti “rasa”. Ini adalah kemampuan untuk membuat penilaian yang teliti, untuk membedakan dan mengenali implikasi moral dari berbagai situasi dan tindakan yang berbeda. Ini mencakup kemampuan untuk “menimbang” dan menilai status moral dan spiritual individu, kelompok, dan bahkan gerakan. Oleh sebab itu, ketika Yesus memperingatkan kita untuk tidak memiliki sikap menghakimi, Yesus mendorong kita untuk memiliki pengertian dan kemampuan untuk membedakan, agar kita tidak melemparkan mutiara kepada babi (Mat. 7:1, 6).
Sebuah contoh yang luar biasa dari pengertian yang demikian dijelaskan dalam Yohanes 2:24-25: “Namun, Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka … sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.
Ini adalah pengertian tanpa sikap menghakimi. Hal ini melibatkan pengetahuan Tuhan kita akan Firman Allah dan pengamatan-Nya akan cara-cara Allah berurusan dengan manusia (Dia, terutama, telah berdoa, “Ajarilah aku … pertimbangan yang benar, sebab aku percaya akan perintah-perintah-Mu,” Mzm. 119:66). Tidak diragukan lagi, pengertian-Nya bertumbuh ketika Ia mengalami konflik dengan, dan menang atas, pencobaan, dan ketika Ia menilai setiap situasi dalam terang Firman Allah.
Pengertian Yesus menembus hingga ke lubuk hati yang terdalam. Orang Kristen dipanggil untuk mengembangkan pengertian yang serupa, karena satu-satunya pengertian yang berharga yang kita miliki adalah apa yang kita terima dalam kesatuan dengan Kristus, oleh Roh Kudus, melalui Firman Allah.
Jadi, pengertian adalah belajar untuk memikirkan pikiran Allah sebagaimana Allah berpikir, baik secara praktis maupun spiritual; ini berarti memiliki gambaran tentang bagaimana segala sesuatu terlihat di mata Allah dan, dalam taraf tertentu, melihat segala sesuatu “telanjang dan terbuka” (Ibr. 4:13).
Dampak dari Pengertian
Bagaimana pengertian ini mempengaruhi cara kita hidup? Dalam empat cara:
- Pengertian berfungsi sebagai sarana perlindungan, menjaga kita agar tidak tertipu secara spiritual. Pengertian melindungi kita agar tidak tertiup oleh angin pengajaran yang menjadikan elemen periferal/pinggiran sebagai elemen sentral dari Injil atau memperlakukan penerapan tertentu dari Alkitab seolah-olah itu adalah pesan utama dari Alkitab.
- Pengertian juga berfungsi sebagai alat pemulihan, ketika digunakan dalam anugerah. Saya telah mengenal sejumlah kecil orang yang kemampuannya untuk mengenali kebutuhan spiritual orang lain sangat luar biasa. Orang-orang seperti itu tampaknya mampu menembus ke dalam masalah hati yang dihadapi orang lain dengan lebih baik daripada yang dapat dilakukan oleh orang tersebut. Tentu saja, dalam hal tertentu, ini merupakan karunia berbahaya yang telah Allah percayakan kepada mereka. Namun, ketika digunakan dalam kasih, pengertian dapat menjadi pisau bedah dalam pembedahan spiritual yang memungkinkan pemulihan.
- Sekali lagi, pengertian berfungsi sebagai kunci bagi kebebasan orang Kristen. Orang Kristen yang berapi-api tetapi tidak memiliki pengertian akan diperbudak—oleh orang lain, oleh hati nuraninya sendiri yang tidak terlatih, dan oleh pola hidup yang tidak alkitabiah. Pertumbuhan dalam pengertian membebaskan kita dari perbudakan semacam itu, memampukan kita untuk membedakan praktik-praktik yang mungkin berguna dalam situasi tertentu dengan praktik-praktik yang diharuskan dalam semua situasi. Namun, di sisi lain, pengertian yang sejati memampukan orang Kristen yang telah merdeka untuk menyadari bahwa pelaksanaan kebebasan tidaklah penting untuk kenikmatan itu sendiri.
- Terakhir, pengertian berfungsi sebagai katalis bagi perkembangan spiritual: “Pencemooh mencari hikmat, tetapi sia-sia, sedangkan bagi orang berpengertian, pengetahuan itu mudah” (Ams. 14:6). Mengapa? Karena orang Kristen yang memiliki pengertian akan mencari inti masalah. Ia mengetahui sesuatu tentang semua hal, yaitu bahwa segala sesuatu memiliki sumber yang sama di dalam Allah. Oleh karena itu, bertambahnya pengetahuan tidak menyebabkan bertambahnya rasa frustrasi, melainkan pengenalan yang lebih dalam akan keselarasan dari semua karya dan firman Allah.
Bagaimanakah pengertian seperti itu dapat diperoleh? Kita menerimanya seperti yang dilakukan Kristus—dengan pengurapan Roh Kudus, melalui pemahaman kita akan Firman Allah, melalui pengalaman kita akan anugerah Allah, dan melalui penyingkapan yang progresif akan kondisi hati kita yang sebenarnya.
Itu sebabnya kita juga harus berdoa, “Aku ini hamba-Mu, berilah aku pengertian” Mzm. 119:125).
Telah dipublikasikan sebelumnya dalam In Christ Alone: Living the Gospel-Centered Life oleh Sinclair Ferguson.