Bagaimana Cara Membaca Kitab Nabi-Nabi
10 Juni 2025
Bagaimana Cara Membaca Narasi Historis
17 Juni 2025
Bagaimana Cara Membaca Kitab Nabi-Nabi
10 Juni 2025
Bagaimana Cara Membaca Narasi Historis
17 Juni 2025

Mengingat dan Mempraktikkan Alkitab

Mempelajari Alkitab sama seperti mempelajari sebuah bahasa. Cara terbaik untuk mempelajari keduanya adalah dengan cara membenamkan diri. Ketika anak-anak kita belajar berbicara, membaca, dan menulis, mereka belajar suatu bahasa melalui pengulangan, latihan, dan penggunaan. Jadi, ketika kita membaca Firman Allah, beberapa cara terbaik untuk mengingat Alkitab adalah dengan membacanya secara teratur, mendoakannya masuk ke dalam hati, merajutnya ke dalam kehidupan keluarga, dan mendengarnya dikhotbahkan. Dengan kata lain, semakin kita memasukkan Alkitab ke dalam kehidupan dan praktik sehari-hari, semakin kita akan mengingat dan menghargai isinya.

1. Membaca keseluruhan Alkitab dengan teratur.

Pertama, kita perlu membaca keseluruhan Alkitab dengan teratur. Hal-hal pertama yang kita perlukan dalam mempelajari sebuah bahasa adalah kosakata, tata bahasa, dan isi. Menariknya, Mazmur 1 tidak menganjurkan orang percaya untuk merenungkan Taurat Allah siang dan malam; Mazmur 1 mengasumsikan kita melakukannya (Mzm. 1:2). Akan tetapi, banyak orang percaya tidak tahu bagaimana merenungkan Kitab Suci. Dari mana mereka harus memulai? Jelas sekali, langkah pertama adalah dengan membacanya.

Sepertinya banyak orang Kristen tidak membaca keseluruhan Alkitab. Dengan memperhatikan berapa banyak yang sudah kita baca, apakah kita menemukan bahwa kita cenderung kembali pada teks-teks favorit seperti misalnya Injil atau Roma 8? Akan tetapi, kita seharusnya menghargai setiap bagian dari Firman Allah, meski tanpa alasan lain selain karena itu adalah Firman Allah. Mazmur 119 mengungkapkan kasih dengan segenap jiwa pada Taurat Tuhan karena pemazmur memiliki tujuan pada kasih sepenuh hati pada Tuhan dari Taurat tersebut. Kita perlu keseluruhan Kitab Suci untuk memperoleh gambaran utuh tentang seperti apakah Allah itu dan siapakah Dia. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan memiliki sebuah rancangan.

Sementara ada banyak rancangan pembacaan Alkitab yang beredar, membaca tiga hingga empat pasal sehari akan membuat Anda membaca keseluruhan Alkitab dalam waktu kurang-lebih satu tahun. Semakin sering kita membaca dengan hati-hati setiap bagian Alkitab, semakin setiap bagian menjelaskan satu sama lain, sementara kita mulai memahami kosakata, tata bahasa, dan pola pikir Alkitab. Jika kita tidak meluangkan waktu khusus bagi ibadah pribadi setiap hari, menggali Kitab Allah dengan tekun, maka bagaimana kita, seperti Apolos, dapat “sangat menguasai Kitab Suci” (Kis. 18:24)?

2. Berdoa melalui pembacaan Alkitab.

Membaca Kitab Suci tidak seharusnya hanya merupakan sebuah ekspresi “saat teduh” pribadi. Ini adalah sebuah tindakan penyembahan yang melaluinya kita mencari Allah, yang kita ungkapkan terutama melalui doa. Kita seharusnya bukan hanya berdoa agar Allah membuka mata kita untuk melihat keajaiban-keajaiban dari Taurat-Nya (Mzm. 119:18), melainkan kita juga perlu memasukkan ungkapan-ungkapan Kitab Suci ke dalam doa-doa kita. Dengan bertanya, “Apa yang teks ini tunjukkan kepada saya tentang Allah?” dapat membuat bagian yang mudah maupun yang sulit menjadi bermanfaat.

Sebagai contoh, Mazmur 90:1-2 mengatakan bahwa Allah adalah tempat perteduhan kita turun-temurun, dan bahwa “dari dahulu kala sampai selama-lamanya” Dialah Allah. Tidak bisakah kita berdoa, “Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu bahwa anak-anakku dan aku tinggal bersama-Mu dan Engkau bersama kami, dan karena Engkau kekal, Engkau dapat menepati janji-janji-Mu kepada keluarga kami selamanya”? Mencari kemuliaan Allah melalui doa juga dapat menarik kita datang kepada Allah dalam penyembahan, bahkan melalui sembilan pasal silsilah dalam 1 Tawarikh, karena kita akan melihat kesetiaan perjanjian Allah kepada umat-Nya dan bukan hanya sekadar sebuah daftar nama.

3. Merajut Kitab Suci ke dalam rutinitas keluarga kita.

Kita tahu bahwa mengasihi Tuhan mencakup membicarakan Firman-Nya kepada anak-anak kita ketika kita duduk, ketika kita berdiri, dan ketika kita berjalan (Ul. 6:6-7). Cara yang paling jelas untuk melakukan hal ini adalah dengan memperluas ibadah pribadi kita menjadi ibadah keluarga, dengan membaca, berdoa, dan bernyanyi melalui Kitab Suci bersama-sama. Melakukan ibadah keluarga singkat dan sederhana membuat waktu-waktu ini menjadi bermanfaat dan lebih baik daripada tidak melakukannya sama sekali.

Membaca dan berdoa melalui Alkitab secara pribadi, dan di dalam rumah tangga kita, secara alamiah menuntun pada percakapan tentang Alkitab sepanjang hari. Ketika suami-isteri membenamkan diri mereka dalam Firman Allah, melibatkan anak-anak jika mereka memilikinya, mereka membangun kebiasaan saat teduh yang menolong mereka mengetahui dan mengingat Kitab Suci, yang secara natural meluber ke dalam pembicaraan sehari-hari. Semakin banyak Kitab Suci yang kita masukkan ke dalam hati, semakin banyak pula yang akan diucapkan oleh mulut sebagai luapan dari hati.

4. Sering mendengar khotbah Alkitabiah.

Dalam khotbah yang setia pada Alkitab, kita mendengar suara Kristus (Rm. 10:14–17; Ef. 2:17). Kuasa Roh menyertai para pengkhotbah yang memproklamasikan kesaksian Allah tentang Anak-Nya (1Kor. 2:1-5). Meskipun mendengarkan pengajaran dan khotbah dari Alkitab secara daring adalah baik, berjumpa dengan Kristus dan umat-Nya dalam ibadah umum adalah jauh lebih baik. Syukurlah, Tuhan telah memberi kita Sabat mingguan untuk mengarahkan kembali hati kita ke surga, di mana Kristus yang bangkit dan naik ke surga berada. Ibadah pribadi dan keluarga menolong untuk membenamkan diri kita dalam Kitab Suci sepanjang hidup kita. Namun, ibadah umum adalah batu penjuru dari proses ini, di mana Roh secara khusus membuat kita memahami Firman, memampukan kita untuk mempraktikkan Firman Allah dan mengingatnya dengan cara mempraktikkannya.

Seperti yang Agustinus nasihatkan dalam bukunya Tentang Doktrin Kristen (On Christian Doctrine), cara terbaik untuk membaca Alkitab adalah dengan mencari dan menikmati Allah melaluinya. Kata-kata dalam lembarannya adalah “tanda” yang menunjuk pada Tuhan, tetapi Allah Tritunggal adalah “apa” yang sesungguhnya kita dambakan ketika kita membaca dan mendengar Firman Allah. Mempelajari Kitab Suci adalah sebuah aktivitas yang melibatkan segenap jiwa. Apakah kita berdoa agar Roh memuliakan Anak ketika kita mempelajari Firman-Nya? Apakah kita memiliki tujuan untuk memuliakan Allah dalam tubuh dan jiwa sebagai anak-anak-Nya yang terkasih? Apakah kita berusaha untuk mengingat Alkitab dengan menggunakan sarana meresapi keseluruhannya dan melalui mendoakannya menjadi praktik dalam hidup kita?

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Hermeneutics.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Ryan McGraw
Ryan McGraw
Dr. Ryan M. McGraw adalah Profesor Morton H. Smith bidang Teologi Sistematika di Greenville Presbyterian Theological Seminary dan seorang pendeta di Orthodox Presbyterian Church. Ia adalah penulis dari beberapa buku, termasuk The Day of Worship, The Ark of Safety dan A Divine Tapestry.