Apakah Orang Kristen Rusak Total?
27 Maret 2024
Via, Veritas, Vita (Jalan, Kebenaran, Hidup)
01 April 2024
Apakah Orang Kristen Rusak Total?
27 Maret 2024
Via, Veritas, Vita (Jalan, Kebenaran, Hidup)
01 April 2024

Menjaga Persatuan di Tengah Ketidaksepakatan

Dampak dosa terhadap dunia dapat diibaratkan sebagai sebuah granat fragmentasi. Ketika sumbu peledak disulut, granat tersebut terpecah-pecah menjadi pecahan-pecahan kecil yang menyebar dari pusatnya ke segala arah, menyebabkan kerusakan di mana-mana. Demikianlah yang terjadi sejak Adam memakan buah terlarang. Hal-hal yang Allah maksudkan untuk bersatu telah diledakkan. Persekutuan manusia yang penuh kasih dengan Allah sendiri telah dihancurkan; persekutuan manusia yang penuh kasih satu sama lain jadi tercabik-cabik (dimulai dengan pernikahan); hubungan manusia dengan ciptaan dan hubungan ciptaan dengan dirinya sendiri runtuh. Dalam hal-hal utama ini dan dalam hal-hal lainnya, dosa telah meledakkan alam semesta Allah yang indah ini.

Kristus datang untuk menyatukan semuanya kembali menjadi satu kesatuan yang sempurna. Dia berkata, “Siapa yang tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Mat. 12:30). Yohanes berkata bahwa Yesus mati “untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai” (Yoh. 11:52). Paulus mengatakan bahwa tujuan kekal Allah adalah untuk mempersatukan segala sesuatu yang ada di surga dan di bumi di dalam Kristus (Ef. 1:9-10). Karena ini adalah rencana Allah, Kristus berdoa sesuai dengan hal itu dalam Yohanes 17, tiga kali meminta kepada Bapa agar semua orang pilihan menjadi satu sebagaimana Bapa dan Anak adalah satu (ay. 11, 21, 26). Ini sangat mengejutkan. Di surga, semua orang tebusan akan menjadi satu secara sempurna, serupa dengan kesatuan Tritunggal dalam segala hal.

Terdiri dari apakah kesatuan yang sempurna dari Tritunggal ini? Ada tiga pribadi dalam Allah—Bapa, Anak dan Roh Kudus. Terdiri dari satu substansi dan memiliki satu kehendak, Mereka sepenuhnya bersatu dalam misi Mereka. Kesatuan semacam ini serupa dengan kesatuan yang akan dinikmati oleh orang tebusan di surga.

Akan tetapi, kita belum sampai di sana. Di dalam pekerjaan Injil, khususnya di dalam kehidupan gereja lokal atau pelayanan Kristen, pasti akan ada ketidaksepakatan. Para saudara dan para saudari akan melihat hal-hal secara berbeda dan harus mengatasi perbedaan-perbedaan itu dengan cara yang meminimkan kerusakan demi kemuliaan Allah dan kemajuan Injil. Tampaknya hampir setiap gereja lokal yang disebut dalam Perjanjian Baru memiliki masalah serius dengan perpecahan. Yakobus bertanya, “Dari mana datangnya perkelahian dan pertengkaran di antara kamu?” (Yak. 4:1-3). Paulus harus menangani perpecahan yang berdosa di gereja Korintus sebagai prioritas utamanya (1 Kor. 1:10-12). Bahkan Rasul Paulus sendiri memiliki pertengkaran hebat dengan Barnabas (Kis. 15:37-39). Dengan cara yang sama, sejarah gereja dibuat heran dengan orang-orang saleh yang memiliki perselisihan serius satu sama lain—Martin Luther dan Huldrych Zwingli; George Whitefield dan John Wesley; John Stott dan Martyn Lloyd-Jones. Ini adalah masalah yang tidak dibatasi waktu yang masih mengganggu kita. Mari kita pertimbangkan lima motivasi dan lima metode untuk menjaga persatuan.

MOTIVASI UNTUK MENJAGA PERSATUAN

Realitas spiritual sekarang dan kekal. Orang Kristen sejati benar-benar satu di dalam Kristus secara spiritual. Sejak momen pertobatan, kita menjadi satu secara spiritual dengan Kristus (Rm. 6:1-4) dan, dengan demikian, dengan semua orang Kristen lainnya. Di surga, kita akan menjadi satu sebagaimana Bapa dan Anak adalah satu, sebagai jawaban langsung terhadap Doa Imam Besar Yesus dalam Yohanes 17. Realitas ini memberi kita dasar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang lebih kecil.

Ketaatan. Paulus memerintahkan orang-orang Kristen untuk “berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera” (Ef. 4:3).

Kesaksian. Yesus berdoa agar para pengikut-Nya “menjadi satu dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku” (Yoh. 17:23, penekanan ditambahkan). Perjalanan menuju kesatuan yang lebih sempurna di antara orang Kristen di dunia ini adalah kesaksian yang penuh kuasa tentang Kristus. Sebaliknya, ketika orang Kristen bertengkar, hal itu mempengaruhi kemampuan mereka untuk membagikan berita Injil (Flp. 2:14-16). Konflik orang Kristen yang berdosa adalah kesaksian yang buruk bagi dunia yang mengamati.

Hikmat. Dalam setiap konflik yang keras di antara orang Kristen sejati, kita perlu mengantisipasi bahwa biasanya ada unsur-unsur kebenaran dan hikmat di kedua sisi. Saya berharap solusi untuk setiap masalah yang memecah-belah adalah seperti sebuah resep dengan banyak bahan, dan kedua belah pihak harus memasukkan bahan-bahan mereka agar resep tersebut lengkap.

Pertumbuhan. “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (Ams. 27:17). Allah menggunakan konflik untuk mempertajam kita, mengikis kepingan dari diri kita yang berdosa dan mengasah kita untuk pelayanan yang lebih baik.

METODE UNTUK MENJAGA PERSATUAN

Saling mengasihi satu sama lain. Tinjaulah kembali deskripsi tentang kasih dalam 1 Korintus 13:4-7. Mulailah dengan ini: “Kasih itu sabar; kasih itu baik hati.” Marilah kita senantiasa mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita akan menghabiskan kekekalan di surga bersama-sama, saling mengasihi dengan sempurna.

Kerendahan hati. Tinjau kembali pelajaran-pelajaran dari Filipi 2:1-11. Sadarilah bahwa konflik menjadi semakin panas karena keegoisan yang setiap kita bawa ke dalam masalah. Paulus memerintahkan kita untuk menganggap orang lain lebih utama daripada diri kita sendiri dan kepentingan orang lain lebih penting daripada kepentingan kita.

Firman. Semua masalah pada akhirnya harus diselesaikan melalui penafsiran yang benar terhadap bagian Alkitab yang relevan. Dengan “secara tepat menjelaskan perkataan kebenaran itu” (2 Tim. 2:15), kita akan bertumbuh dalam segala hal ke dalam kedewasaan yang serupa dengan Kristus (Ef. 4:15) dan dapat memahami hikmat Allah dalam segala situasi.

Pedoman Roma 14. Roma 14 adalah buku pedoman untuk menangani masalah-masalah yang dapat diperdebatkan. Salah satu prinsip utamanya adalah tidak menghakimi hamba orang yang lain (ay. 4).

Doa. Doa yang tulus sangatlah penting ketika terjadi perpecahan. Memohon kepada Allah untuk persatuan serta hikmat, kerendahan hati, dan kasih di antara semua orang yang terlibat, mengikuti pola yang jelas yang diberikan Kristus kepada kita dalam Yohanes 17.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Andrew M. Davis
Andrew M. Davis
Dr. Andrew M. Davis adalah pendeta senior di First Baptist Church di Durham, North Carolina, dan pendiri Two Journeys Ministry. Dia adalah penulis beberapa buku, termasuk Revitalize.