3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Keluaran
19 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Bilangan
24 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Keluaran
19 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Bilangan
24 April 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Imamat

Setiap orang Kristen seharusnya berusaha duduk mendengarkan seluruh ajaran Allah. Hal ini sebagiannya berarti kita merenungkan seluruh cakupan firman di dalam Alkitab. Demi tujuan ini, kita semua secara alami mendapati diri kita tertarik kepada kitab-kitab tertentu dan, sejujurnya, tidak tertarik kepada kitab-kitab yang lain. Satu kitab yang umumnya dihindari di dalam Alkitab adalah kitab Imamat. Terletak persis di tengah Pentateukh, kitab Imamat ditulis dengan cara yang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dipahami oleh banyak pembaca modern. Namun, terlepas dari ketertarikannya yang samar-samar kepada ibadah Israel kuno di Kemah Suci, kita seharusnya tidak melewatkan apa yang diajarkan oleh kitab ini.

Berikut ini adalah tiga pelajaran yang dapat diambil oleh setiap pembaca Alkitab dari kitab Imamat.

1. Allah melakukan banyak hal untuk berjumpa dengan umat-Nya

Kemah Suci Tuhan adalah persis sebagaimana yang dikatakan Alkitab; rumah Allah. Itu adalah tempat kudus-Nya, istana-Nya, dan karenanya, itu adalah tempat di mana Ia menerima tamu-tamu-Nya (Kel. 25:8-9). Rumah Allah mencerminkan karakter Allah, kekudusan-Nya, kemuliaan-Nya, kebenaran-Nya yang sempurna, dan peran-Nya sebagai Pencipta yang utama. Karena itu, orang-orang yang masuk ke dalam Kemah Suci harus disiapkan untuk berjumpa dengan sang Raja. Tanpa persiapan seperti itu, jangan harap mereka bisa bertahan dalam kunjungan tersebut. Namun, kitab Imamat mengingatkan kita bahwa tidak ada pelanggaran atau keterbatasan sebanyak apa pun yang dapat menjauhkan Allah dari kita. Ia membuat kita tinggal dalam persekutuan dengan-Nya, dan kehendak-Nya diarahkan kepada persekutuan itu. Tentu saja keinginan untuk pendamaian dan pemulihan ini adalah latar belakang dari seluruh kisah penebusan di dalam Alkitab.

2. Allah peduli dengan cara kita ketika berjumpa dengan-Nya

Hal lain yang menarik hati kita ketika membaca kitab Imamat adalah betapa rincinya Musa menuliskan perintah-perintah bagi para imam dan orang Lewi. Tata ibadah Israel memperlihatkan betapa Allah menghargai cara dalam beribadah sebagaimana objek ibadah itu sendiri. Ia tidak sekadar mencari pikiran yang memiliki afeksi, kecenderungan untuk mengagumi-Nya, atau praktik bangsa pagan yang diubahkan. Bangsa Israel tidak dipanggil untuk menyembah sesuka hati mereka, melainkan untuk menyesuaikan cara ibadah mereka dengan karakter Allah. Perintah-perintah, aturan-aturan dalam mempersembahkan kurban, ketetapan soal waktu dan musim, dan perayaan-perayaan hari besar dalam kitab Imamat, semuanya memperlihatkan bagaimana orang Israel dipanggil untuk mengatur hidup dan ibadah mereka sesuai dengan rancangan sang Pencipta. Kita diciptakan menurut gambar Allah, maka ibadah kita dituntun oleh agenda-Nya, bukan sebaliknya. 

3. Persembahan kurban menyingkapkan tujuan Allah atas rencana penebusan-Nya

Ketika umat manusia jatuh ke dalam dosa di Taman Eden, hubungan kita dengan Allah terputus secara fatal sedemikian rupa sehingga berimplikasi bagi seluruh keberadaan umat manusia. Untuk dapat memasuki hadirat Allah, kita sekarang harus dijadikan tahir, yaitu layak secara seremonial untuk hadirat Allah. Kekudusan Allah harus diimbangi dengan ketahiran manusia. Karena itu, kitab Imamat memerintahkan agar ruang-ruang yang paling kudus di dalam Kemah Suci dikhususkan hanya bagi mereka yang telah dipersiapkan khusus untuk tugas itu: para imam, dan pada puncaknya, imam besar (Im. 16:1-5; 21).

Sistem persembahan kurban juga mencerminkan bagaimana hubungan manusia dengan Allah telah mengalami perubahan yang mengerikan. Setiap persembahan kurban menggambarkan cara yang berbeda bagaimana Allah ingin diperdamaikan dengan umat-Nya melalui karya penebusan. Kurban bakaran (Im. 1:2-17; 6:8-13), yang mencakup pembakaran habis seluruh hewan kurban, menyediakan penutupan, atau penebusan, atas dosa manusia di hadapan Allah. Kurban sajian (Im. 2:1-16; 6:14-23) dikaitkan dengan hadiah atau upeti, seperti yang diberikan kepada seorang raja untuk menjamin sebuah aliansi. Kurban keselamatan (Im. 3:1-17; 7:11-21) melibatkan perjamuan makan sakramental antara umat yang beribadah dengan para imam, mencerminkan hubungan yang dipulihkan. Kurban pemurnian atau penghapus dosa (Im. 4:1-5:13; 6:24-30) menyoroti kecemaran, atau kenajisan dosa orang percaya dan kebutuhan untuk pemurnian. Kurban penebus salah (Im. 5:14-6:7; 7:1-10) menunjukkan utang yang harus dibayar kepada Allah supaya hubungan antara Allah dengan manusia dapat menjadi utuh.

Masing-masing dari lima persembahan kurban tersebut menyoroti aspek-aspek yang berbeda dari rencana Allah untuk penebusan umat manusia. Perhatian kita sering kali diarahkan kepada ayat-ayat tentang kebutuhan akan penebusan—baik melalui kurban yang dipersembahkan maupun perintah-perintah terkait perayaan Hari Pendamaian yang dijabarkan dengan jelas di dalam Imamat 16:1-34—tetapi ibadah orang Kristen dapat diperdalam oleh pemahaman dari kelimpahan cara yang dengannya Kristus memulihkan kita dengan Allah, menyediakan jalan bagi kita untuk masuk ke dalam hadirat-Nya (Yoh. 14:6). Dosa-dosa kita telah ditebus, aliansi kita dengan sang Raja telah dipulihkan, kita menikmati jamuan makan yang ramah antar-sahabat, kecemaran telah dimurnikan, dan utang kita telah dibayar melalui pribadi dan karya Tuhan dan Juru Selamat kita, Kristus Yesus. Kita dapat bersukacita bahwa Imam Besar kita sedang bekerja untuk mewujudkan semua berkat penebusan ini (Ibr. 10:1-18).


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Scott Redd
Scott Redd
Dr. Scott Redd adalah presiden dan associate professor Perjanjian Lama di Reformed Theological Seminary, di Washington, D.C. Ia adalah penulis dari buku The Wholeness Imperative.