Penggembalaan adalah Pelayanan yang Bersifat Trinitarian
25 Maret 2024
Menjaga Persatuan di Tengah Ketidaksepakatan
29 Maret 2024
Penggembalaan adalah Pelayanan yang Bersifat Trinitarian
25 Maret 2024
Menjaga Persatuan di Tengah Ketidaksepakatan
29 Maret 2024

Apakah Orang Kristen Rusak Total?

John Newton pernah menulis ringkasan yang terkenal tentang pengalaman orang percaya sehubungan dengan dosanya:

Saya tidak seperti sebagaimana mestinya saya. Ah! Betapa tidak sempurna dan banyak kekurangan! Saya tidak seperti yang saya inginkan. Saya membenci apa yang jahat, dan saya akan memegang erat pada apa yang baik. Saya tidak seperti yang saya harapkan. Segera, segera, saya akan menanggalkan kefanaan, dan bersama dengan kefanaan semua dosa dan ketidaksempurnaan. Namun, meskipun saya tidak seperti sebagaimana semestinya saya, atau apa yang saya inginkan, atau apa yang saya harapkan, saya dapat benar-benar mengatakan, saya tidak seperti dulu lagi—seorang budak dosa dan Iblis. Dan saya dapat dengan sepenuh hati bergabung dengan sang rasul, dan mengakui, “Karena anugerah Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.”

Ini adalah sentimen yang indah tentang cara orang percaya sejati harus memandang diri mereka sendiri dalam terang anugerah kelahiran baru dari Allah dalam Injil. Kita tidak lagi seperti dulu (rusak total), tetapi kita juga bukan seperti diri kita kelak nantinya (sepenuhnya dibebaskan dari kerusakan yang masih tersisa). Memahami kebenaran-kebenaran ini sangat penting jika kita ingin bertumbuh dalam kehidupan Kristen.

Pengakuan Iman Westminster menjelaskan natur dari kerusakan total dari seluruh umat manusia: “Kita sepenuhnya tidak menghendaki, tidak mampu melakukan, dan dibuat melawan segala kebaikan, dan sepenuhnya condong kepada segala kejahatan” (PIW 6.4). John Gerstner ketika merenungkan doktrin kerusakan total (total depravity) dalam singkatan TULIP yang berasal dari Calvinisme menyatakan, “Kerusakan total adalah satu-satunya sumbangan orisinal kita kepada TULIP. Kita adalah tanah yang kotor di mana Allah menanam bunga-Nya, dan dari kekotoran kita, menghasilkan sesuatu yang indah secara ilahi.” Untuk melihat kebutuhan Anda akan anugerah penebusan Allah, Anda harus terlebih dahulu menerima ajaran Alkitab tentang apa natur Anda— rusak dan jahat dalam semua aspek.

Yesaya merangkum keluasan kerusakan itu dalam sebuah tuduhan terhadap Israel perjanjian lama: “Dari telapak kaki sampai kepala, tidak ada yang sehat” (Yes. 1:6). Yeremia menjelaskan kelicikan hati manusia yang penuh dosa ketika ia menulis: “Hati itu licik melebihi segala sesuatu, dan tak terpulihkan; siapa yang dapat mengetahuinya?” (Yer. 17:9). Mengutip pemazmur, Rasul Paulus bersaksi, “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Mzm. 14:1; 53:2; Rm. 3:10). Semua orang yang merupakan keturunan Adam melalui kelahiran yang biasa telah “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ef. 2:1). Pikiran, kehendak, emosi, perasaan, dan hati nurani kita telah sepenuhnya dicemari oleh dosa (Ef. 4:17; Tit. 1:15-16). Dalam naturnya, semua kemampuan kita adalah alat untuk melakukan kejahatan (Rm. 6:19).

Karena semua manusia (kecuali Tuhan Yesus kita) telah jatuh di dalam Adam dan rusak dalam seluruh aspek, semua orang membutuhkan Adam terakhir untuk membenarkan mereka secara cuma-cuma melalui kematian dan kebangkitan-Nya (Rm. 5:12-21; 2 Kor. 5:21; Gal. 3:10-14). Di dalam Kristus, Allah telah melepaskan umat-Nya dari “kuasa kegelapan dan memindahkan [mereka] ke dalam kerajaan Anak-Nya yang terkasih” (Kol. 1:13). Dia dengan penuh anugerah telah mentransformasi orang percaya melalui karya Roh-Nya, berdasarkan penebusan yang diperoleh oleh Anak-Nya. Dalam bukunya yang berjudul Human Nature in Its Fourfold State (Natur Manusia dalam Empat Tahapannya), Thomas Boston menjelaskan keluasan karya Allah yang melahirkan kembali:

Dosa asal menginfeksi keseluruhan diri manusia; dan anugerah yang melahirkan kembali, yang merupakan obatnya, menjangkau sejauh penyakitnya. . . . Ia tidak hanya mendapatkan kepala yang baru, untuk mengenal dan memahami agama yang benar; atau lidah yang baru, untuk membicarakannya; tetapi juga hati yang baru, untuk mengasihi dan merangkulnya, di sepanjang hidupnya.

Jauh dari berlanjut dalam keadaan “sepenuhnya condong kepada semua yang jahat,” orang percaya telah diperbarui oleh Roh Allah untuk melakukan apa yang “berkenan kepada-Nya” (Ibr. 13:21). Kita sekarang dapat “hidup layak di hadapan-Nya” (Kol. 1:10) dan sekarang dapat “berkenan kepada Allah” (1 Tes. 4:1). Dalam suratnya kepada Titus, Rasul Paulus menjelaskan bagaimana anugerah Allah memampukan mereka yang telah ditebus untuk hidup dengan benar:

Sebab, sudah nyatalah anugerah Allah yang menyelamatkan semua manusia dan mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan saleh di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh berkat dan penampakan kemuliaan Allah Yang Maha Besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat milik-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. (Titus 2:11–14)

Meskipun ini adalah kebenaran yang mulia, orang percaya masih memerangi dosa yang menetap setelah pertobatan sebagai bagian dari pengudusan mereka. Seperti yang Pengakuan Iman Westminster nyatakan, “Kerusakan natur ini, selama kehidupan ini, tetap ada di dalam diri mereka yang telah dilahirkan kembali; dan meskipun kerusakan tersebut, melalui Kristus, telah diampuni dan dimatikan, tetapi baik kerusakan itu sendiri maupun semua tindakannya adalah sesungguhnya dan benar-benar dosa” (PIW 6.5).

Roma 6-8 mengungkapkan dinamika pengudusan. Dalam 6:1-23, sang Rasul menjelaskan bahwa orang percaya telah mengalami suatu pemisahan yang radikal dengan kuasa dosa melalui persatuan mereka dengan Kristus. Dalam 7:13-25, ia menjelaskan peperangan yang terus berlangsung dengan dosa yang tetap ada. Dalam 8:1-11, ia menasihati orang percaya untuk mematikan dosa yang masih ada dengan kuasa Roh Kudus. Pada saat yang sama, sang Rasul mengajarkan bahwa orang percaya tidak lagi rusak total, dan bahwa “kerusakan natur” tetap ada di dalam diri mereka.

Ketika kita mempertimbangkan pengajaran Alkitab yang lengkap tentang hubungan orang percaya dengan dosanya, kita akan memiliki pemahaman yang benar tentang apa kita sebelumnya, apa kita sekarang, dan apa kita kelak suatu hari nantinya. Kemudian kita akan dapat berkata bersama Newton: Saya tidak seperti sebagaimana mestinya saya. Saya tidak seperti yang saya inginkan. Saya tidak seperti yang saya harapkan. Namun, saya dapat dengan sepenuh hati bergabung dengan sang Rasul, dan mengakui, “Karena anugerah Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.”


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Nick Batzig
Nick Batzig
Pdt. Nicholas T. Batzig (@Nick_Batzig) adalah pendeta senior di Church Creek PCA di Charleston, South Carolina, dan seorang associate editor untuk Pelayanan Ligonier. Ia menulis blog di Feeding on Christ