Kitab-Kitab Sejarah dan Kitab Mazmur
26 Agustus 2024
Kitab-Kitab Sejarah dan Kitab Mazmur
26 Agustus 2024

Kristologi Perjanjian Baru

Kontribusi Perjanjian Baru terhadap pemahaman kita akan Pribadi Kristus dapat (dan telah) mengisi berjilid-jilid karya tulisan. Perjanjian Baru telah menjadi sumber meditasi teologis yang kaya dan mendalam selama berabad-abad. Dalam tulisan ini, kita hanya dapat menggores permukaannya saja. Dalam tulisan blog singkat ini, kita akan melihat jawaban untuk dua pertanyaan: Siapakah Yesus menurut pengakuan-Nya dan siapakah Yesus menurut pengakuan murid-murid-Nya?

Kesaksian Pribadi Yesus

Tidak diragukan lagi bahwa Yesus memahami diri-Nya sebagai Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dia menggunakan gelar “Kristus” (yang merupakan terjemahan Yunani dari kata Ibrani “Mesias”) untuk diri-Nya sendiri (misalnya Yoh. 4:25-26; 17:3), dan Dia menerima penggunaan gelar tersebut oleh orang lain untuk menyebut-Nya (misalnya Mat. 16:16; Yoh. 11:25-27). Apa yang dijanjikan oleh Perjanjian Lama, Yesus mengklaim Dia menggenapinya.

Meskipun Yesus menggunakan gelar “Kristus” untuk diri-Nya sendiri, sebutan favorit-Nya untuk diri-Nya sendiri adalah gelar “Anak Manusia.” Gelar ini muncul sekitar 69 kali dalam Injil Sinoptik dan 13 kali lagi dalam Injil Yohanes. Hampir setiap kali gelar ini muncul, Yesus menggunakannya untuk merujuk kepada diri-Nya sendiri. “Anak Manusia” itu sendiri adalah gelar Mesianik, yang makna penuhnya hanya dapat diapresiasi dengan memeriksa latar belakangnya dalam Daniel 7, di mana digambarkan seseorang yang datang kepada Yang Lanjut Usia dan diberi kekuasaan atas segala sesuatu. Dengan menyebut diri-Nya sebagai “Anak Manusia,” Yesus pada dasarnya mengatakan, “Akulah yang dikatakan oleh Daniel.”

Yesus tidak hanya memahami diri-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan, Dia juga mengatakan dan melakukan hal-hal di sepanjang kitab-kitab Injil yang membuat jelas bahwa Dia memahami diri-Nya sebagai Allah yang berinkarnasi. Di banyak bagian, Yesus membuat klaim yang menyiratkan keberadaan ilahi-Nya yang kekal sebelum inkarnasi-Nya (misalnya, Yoh. 3:13; 6:62; 8:42). Pernyataan-Nya dalam Matius 11:27 menyiratkan kedaulatan bersama yang Ia miliki bersama Bapa. Beberapa perkataan “Akulah” yang terkenal di dalam Injil Yohanes mengklaim atau menyiratkan keilahian (Yoh. 8:58; 13:19). Pengajaran dan karya-Nya juga menyiratkan bahwa Dia adalah Allah yang berinkarnasi. Dia mengajarkan Taurat sebagaimana yang hanya dapat dilakukan oleh Allah (Mat. 5:22, 28, 32, 34, 39, 44). Dia mengampuni dosa (Mat. 9:6; Mrk. 2:10; Luk. 5:24), suatu tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Dia mendengar dan menjawab doa (Yoh. 14:13-14) dan menerima penyembahan dan pujian (Mat. 21:16). Seseorang tidak dapat membaca Injil dengan jujur tanpa mengakui bahwa Yesus memahami diri-Nya sebagai Sang Mesias, Anak Allah yang berinkarnasi.

Yesus memahami diri-Nya sebagai Anak Allah dan Mesias yang ilahi, tetapi menurut para murid, siapakah Dia? Meskipun para murid membutuhkan waktu untuk memahami sepenuhnya siapakah Yesus, ketika mereka menyadari kebenarannya, mereka tidak ragu-ragu untuk menyatakannya dengan berani. Natanael menyebut Yesus sebagai Anak Allah dan Raja orang Israel (Yoh. 1:49). Petrus memanggil-Nya “Tuhan” (Luk. 5:8) dan “Yang Kudus dari Allah” (Yoh. 6:69). Kemudian, Petrus menyatakan Yesus sebagai “Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat. 16:16). Paulus juga menyatakan bahwa Yesus adalah Kristus (Kis. 17:2-3) dan Tuhan (1Kor. 1:2-3) dan mengakui keilahian Kristus (Kol. 1:15-20; 2:9; Flp. 2:6-11). Ketika kita mengingat kembali pengakuan dasar orang Yahudi Perjanjian Lama bahwa Tuhan itu esa, pernyataan-pernyataan tentang Yesus ini, yang keluar dari mulut orang-orang Yahudi, menjadi semakin mengejutkan.

Beberapa bagian dalam Perjanjian Baru secara eksplisit menyebut Yesus sebagai Allah. Injil Yohanes, misalnya, dibuka dengan pernyataan tentang keilahian Kristus:

Pada mulanya sudah ada Firman, Firman itu bersama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan melalui Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.… Namun, semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, mereka yang dilahirkan bukan dari darah atau dari hasrat manusia, bukan pula oleh hasrat seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran. (Yoh. 1:1–5, 12–14)

Di sini Firman, yang diidentikkan dengan Yesus (ay. 14), disebut sebagai “Allah” (ay. 1). Terlepas dari penyimpangan-penyimpangan eksegesis dari Saksi-Saksi Yehuwa, perikop ini sangat jelas dalam deklarasinya tentang keilahian Kristus.

Rasul Paulus juga secara eksplisit menyebut Yesus sebagai Allah di beberapa tempat. Dalam Roma 9:5, ia menulis: “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias secara jasmani, yang ada di atas segala sesuatu. Dialah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.” Yesus Kristus, katanya, adalah Allah atas segala sesuatu. Dalam Titus 2:13, Paulus berbicara tentang penampakan “kemuliaan Allah yang Maha Besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” Kata “Allah” dan “Juruselamat” menjelaskan “Yesus Kristus.” Artinya, Yesus Kristus adalah Allah dan Juruselamat. Petrus juga mengaku bahwa Yesus adalah Allah dan Juruselamat dalam ayat pertama dari suratnya yang kedua. Memikirkan implikasi-implikasi dari pernyataan-pernyataan ini sejenak saja sudah sangat mencengangkan.

Perjanjian Lama dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan Allah kita itu esa (Ul. 6:4). Perjanjian Baru melanjutkan menekankan bahwa Allah itu esa (Mrk. 12:29). Namun, pada saat yang sama, Perjanjian Baru juga menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Apakah Perjanjian Baru bertentangan dengan Perjanjian Lama? Bagaimana orang Kristen memahami klaim-klaim ini? Bagaimana Gereja dapat mengaku bahwa Allah itu “esa” dan pada saat yang sama mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Allah? Gereja membutuhkan waktu beberapa abad untuk menyelesaikan isu-isu ini dan menjelaskan pengajaran Perjanjian Baru dengan cara yang memperhitungkan semua bukti yang ada. Dalam tulisan kita berikutnya, kita akan mulai melihat pengajaran gereja mula-mula tentang Pribadi Kristus.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Pengantar Kristologi Ortodoks.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Keith A. Mathison
Keith A. Mathison
Dr. Keith A. Mathison adalah profesor teologi sistematika di Reformation Bible College di Sanford, Florida. Ia adalah penulis dari banyak buku, termasuk The Lord’s Supper: Answers to Common Questions.