Hari Raya dan Perayaan Yahudi
07 Maret 2024
Penerimaan terhadap Mesias Yahudi
14 Maret 2024
Hari Raya dan Perayaan Yahudi
07 Maret 2024
Penerimaan terhadap Mesias Yahudi
14 Maret 2024

Pengharapan Mesianik Orang Yahudi

Kata mesias berasal dari bahasa Ibrani/Aram mashiach, yang berarti “yang diurapi”. Padanan kata dalam bahasa Yunani adalah christos, yang juga berasal dari kata “mengurapi,” chri. Pada abad pertama, “Mesias” dan “Kristus” pada hakikatnya adalah sinonim (Yoh. 1:41).

EKSPEKTASI MESIANIK PADA PERIODE BAIT SUCI KEDUA

Pada periode bait suci kedua (516 SM – 70 M), mesias secara umum menunjukkan hak untuk memerintah. Teks-teks bait suci kedua menunjukkan kurangnya konsep mesias yang seragam dalam Yudaisme kuno. Kadang, ekspektasi berpusat pada era mesianik ketimbang sosok yang spesifik (Yes. 2:1-5; Mik. 4:1-5). Sebagian orang menganggap mesias sebagai makhluk surgawi yang mirip dengan figur misterius yang disebutkan dalam Daniel 7:13. Lainnya, seperti orang Samaria, menganggap mesias terutama sebagai seorang guru (Yoh. 4:25). Namun, sebagian besar orang memahami figur yang akan datang itu sebagai imam, nabi, atau raja (atau kombinasi dari jabatan-jabatan ini).

Ekspektasi akan seorang mesias yang adalah imam ditemukan dalam komunitas Qumran, yang kemungkinan besar berawal dari penolakan terhadap keimaman besar yang korup di Bait Suci Yerusalem oleh sekelompok imam pada pertengahan abad kedua SM. Beberapa tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mempertentangkan pendiri komunitas tersebut, Sang Guru Kebenaran, dengan Sang Imam Jahat. Oleh sebab itu, selain memahami mesias dalam istilah raja, para pengikat perjanjian Qumran menganggapnya sebagai figur imam, seorang “mesias dari Harun”, meskipun secara keseluruhan komunitas ini terutama peduli dengan kemurnian ritual, bukan ekspektasi mesianik.

Ekspektasi yang lebih umum adalah ekspektasi akan seorang nabi yang akan datang. Ketika Yohanes Pembaptis muncul, para imam dan orang Lewi bertanya apakah dia Elia atau sang Nabi (Yoh. 1:21, 24). Ekspektasi akan Elia berakar pada janji Allah untuk “mengutus Nabi Elia ” (Mal. 4:5). Ketika Yesus memberi makan lima ribu orang, orang-orang menduga bahwa Dia adalah “benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia” (Yoh. 6:14; lihat juga 7:40; Ul. 18:15, 18). Terkait dengan hal ini adalah ekspektasi bahwa Mesias yang akan datang akan melakukan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat seperti yang dilakukan Musa pada waktu keluaran (Yoh. 6:30-31; 7:31). Pada saat kedatangan-Nya yang dielu-elukan di Yerusalem, orang banyak berseru, “Inilah Nabi Yesus dari Nazaret di Galilea” (Mat. 21:11, 46).

Mungkin ekspektasi yang paling umum adalah seorang raja atau penguasa, seorang mesias yang adalah raja dari garis keturunan Daud, yang akan lahir di Betlehem (Yoh. 7:42). Mazmur Salomo (The Psalms of Solomon, sebuah kitab intertestamental yang bukan ditulis oleh Salomo) menggambarkan seorang mesias keturunan Daud yang akan menaklukkan Yerusalem, menundukkan orang-orang non-Yahudi, dan memerintah dalam damai dan kebenaran. Komunitas Qumran juga mengharapkan seorang mesias yang adalah raja, seperti halnya banyak orang yang sezaman Yesus.

EKSPEKTASI MESIANIK ABAD PERTAMA

Selain sumber-sumber pada masa bait suci kedua, keempat Injil menunjukkan ekspektasi mesianik pada masa Yesus. Keempat Injil memberikan kesaksian tentang kepercayaan orang Kristen mula-mula bahwa Yesus adalah Mesias. Bahkan, “Kristus” begitu sering digunakan untuk Yesus sehingga kata ini hampir dipahami sebagai “nama belakang” Yesus. Oleh karena itu, Matius memperkenalkan Injilnya dengan cara ini: “Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (Mat. 1:1-18).

Sebagai penggenapan dari nubuat nabi, Yesus lahir di Betlehem (2:4-6; lihat Mik. 4:14-5:2), tetapi Ia memulai pelayanan-Nya di Galilea (Mat. 4:12-16; lihat Yes. 8:23-9:1). Dia memanggil para pengikut-Nya, berjanji untuk menjadikan mereka penjala manusia (Mat. 4:19; lihat Yer. 16:16). Yesus adalah Musa yang baru dan lebih besar yang akan memimpin umat-Nya dalam sebuah eksodus yang baru (Mat. 5-7; Yoh. 6). Dia menyembuhkan orang sakit, membuka mata orang buta, mengusir roh-roh jahat, dan bahkan membangkitkan orang mati (Mat. 8:14-17; 11:2-6; lihat Yes. 29:18; 32:1-3; 33:17; 35:5; 42:7, 18; 53:4). Banyak orang mengenal Dia sebagai anak Daud, pewaris janji Allah akan sebuah dinasti yang kekal (Mat. 9:27; 12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9, 15; 22:42; lihat 2 Sam. 7:12-16).

Roh Allah mengurapi Yesus dan tinggal di atas-Nya selama pelayanan-Nya (Mat. 3:16; Yoh. 1:32-33). Walaupun misi-Nya terutama ditujukan kepada bangsa Israel, pada akhirnya misi ini akan meluas kepada seluruh umat manusia (Mat. 12:15-21; lihat Yes. 42:1-4; Yoh. 3:16; 10:16; 11:51-52). Bangsa Israel, yang diwakili oleh para pemimpinnya, menolak Yesus sebagai penggenapan Kitab Suci (Mat. 21:42; lihat Mzm. 118:22), meskipun sebagian orang Yahudi secara individu (terutama kedua belas Rasul) percaya kepada-Nya (Mat. 13:14-15; Yoh. 12:38-41; lihat Yes. 6:9; 53:1). Yesus juga mengajar dalam perumpamaan tentang kerajaan Allah (Mat. 13:35; lihat Mzm. 78:2) dan mengecam para pemimpin Israel karena legalisme mereka (Mat. 15:7-9; lihat Yes. 29:13).

Dalam keempat Injil, peristiwa yang sangat penting adalah pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Kristus (Mat. 16:13-20; Mrk. 8:27-30; Luk. 9:18-21; Yoh. 6:66-71). Ketika Yesus menginstruksikan Petrus bahwa Dia, sang Mesias, harus menderita, dibunuh, dan pada hari ketiga bangkit kembali, Petrus dengan keras menolak hal ini, menunjukkan bahwa pengakuannya akan Yesus didasarkan pada keyakinan bahwa Yesus akan menegakkan pemerintahan-Nya di Israel sebagai pembebas nasional, bukan sebagai seorang penderita yang benar yang akan menebus dosa dan “memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 16:21-23; 17:22-23; 20:17-19; Mrk. 10:45; lihat Mat. 20:28; Yoh. 1:29, 36).

Ketika Yesus memasuki Yerusalem sesaat sebelum penyaliban, orang banyak mengelu-elukan Dia sebagai raja yang akan datang, lagi-lagi tanpa kesadaran bahwa Yesus harus menderita dan mati untuk umat manusia (Mat. 21:8-9). Yesus juga menubuatkan kedatangan banyak mesias dan nabi palsu (24:5, 11, 23-24) dan menyatakan bahwa Dia, Anak Manusia, akan datang kembali dengan penuh kemenangan dan kemuliaan pada akhir zaman (ay. 30-31).

Keempat Injil mencapai klimaksnya dalam narasi penderitaan Yesus: penangkapan, pengadilan, penyaliban, penguburan, kebangkitan, dan pengutusan para pengikut-Nya (pasal 26-28; Mrk. 14-16; Luk. 22-24; Yoh. 18-20; lihat juga Kis. 1:6-8). Pada tahun 112 M, penulis Romawi Pliny menulis kepada Kaisar Trajan bahwa orang Kristen mula-mula menyanyikan lagu-lagu pujian “kepada Kristus, seperti kepada allah.” Orang percaya menganggap Yesus berbagi identitas ilahi dengan Yahweh, Allah Israel (Mat. 15:31; Yoh. 1:1, 18; 20:28). Kepercayaan bahwa Yesus adalah Mesias, Dia yang diurapi secara unik oleh Allah dan dikaruniai Roh Kudus, adalah penjelasan yang masuk akal bagi penyembahan awal terhadap Yesus sebagai Tuhan dan Allah (Rm. 9:5; 10:9; 1 Kor. 8:6; 12:3; Flp. 2:11; Tit. 2:13; Ibr. 1:8; 2 Ptr. 1:1).


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Andreas J. Köstenberger
Andreas J. Köstenberger
Dr. Andreas J. Köstenberger adalah profesor riset bidang Perjanjian Baru dan teologi biblika serta direktur Center for Biblical Studies di Midwestern Baptist Theological Seminary di Kansas City, Missouri. Ia adalah penulis dari beberapa buku, termasuk The Jesus of the Gospels dan Handbook on Hebrews through Revelation.