3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Zefanya
20 Mei 2025
Bagaimana Membaca Hukum Allah
27 Mei 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Zefanya
20 Mei 2025
Bagaimana Membaca Hukum Allah
27 Mei 2025

Bagaimana Membaca Surat-Surat Pastoral

Ketiga Surat Pastoral unik di antara ketiga belas surat Paulus karena ditulis kepada rekan-rekan kerja Paulus, Timotius dan Titus, yang sedang menjalankan pengawasan pastoral atas jemaat-jemaat. Kedua orang ini sedang menghadapi guru-guru palsu dan ujian-ujian lain yang membuat tugas penggembalaan menjadi sangat menantang. Meskipun ditujukan kepada Timotius dan Titus, surat-surat tersebut diakhiri dengan ucapan berkat Paulus, “Anugerah menyertai kamu,” dengan kata “kamu” dalam bahasa Yunani aslinya berbentuk jamak. Dengan demikian, surat-surat ini dalam arti tertentu bersifat semi-publik. Paulus berharap surat-surat ini dibacakan kepada seluruh jemaat. Dengan mengingat hal ini, mari kita lihat empat saran untuk membaca Surat-Surat Pastoral.

1. Bacalah Surat-Surat Pastoral dengan mengacu pada tubuh Kristus dan partisipasi Anda di dalamnya.

Banyak orang Kristen saat ini telah kehilangan kepekaan akan pentingnya jemaat. Bagi mereka, kehidupan Kristen lebih terfokus pada hubungan pribadi mereka dengan Kristus daripada menjadi anggota aktif tubuh Kristus. Perhatian Paulus dalam Surat-Surat Pastoral adalah untuk kesehatan dan kesetiaan jemaat. Jemaat adalah tempat di mana umat Allah dibina dan bertumbuh dalam iman. Inilah sebabnya mengapa Paulus menghabiskan waktu untuk merinci kualifikasi untuk para pemimpin yang saleh, termasuk para penatua (1Tim. 3:1-7; Tit. 1:5-16) dan diaken (1Tim. 3:8-13). Itu juga yang menjadi alasan mengapa Paulus berulang kali menasihati Timotius untuk mengabdikan dirinya dalam pelayanan pengajaran dan khotbah kepada jemaat. Suatu jemaat yang sehat memerlukan umat Tuhan untuk diberi makan manna dari Firman Allah yang dibaca dan dikhotbahkan.

Surat-Surat Pastoral, meskipun ditulis untuk individu, bertujuan untuk membangun jemaat Kristus dan mendorong kehidupan bersama yang aktif. Hal ini mencakup beribadah bersama (1Tim. 2; 4:13), bekerja dan melayani bersama (2Tim. 2:21; Tit. 3:1), kemurahan hati terhadap sesama di dalam jemaat (1Tim. 6:17-19), dan melayani satu sama lain dengan setia. Dalam Surat-Surat Pastoral, Paulus menampilkan jemaat sebagai pusat dari kehidupan Kristen, bukan sebagai tambahan atau pelengkap.

2. Kenalilah bahaya ajaran sesat dan keharusan untuk melawannya.

Paulus menghabiskan lebih banyak waktu dalam Surat-Surat Pastoral untuk melawan pengajaran sesat dibandingkan dengan topik lainnya. Dalam 1 Timotius, ia mendedikasikan tiga perikop di  sepanjang surat ini untuk membahas guru-guru palsu. Bahkan, di awal surat ini, alih-alih menyampaikan ucapan terima kasih yang secara standar merupakan bagian yang mengikuti salam pembuka dalam surat-surat Paulus dan merupakan hal yang lazim pada zamannya, ia langsung membahas guru-guru palsu di Efesus (1Tim. 1:3-11). Paulus kembali membahas tentang guru-guru palsu dalam pasal 4 dan sekali lagi dalam pasal 6. Melawan pengajaran sesat juga merupakan hal yang menonjol dalam 2 Timotius dan Titus.

Mengapa Paulus begitu giat memerangi ajaran sesat, bahkan mengesampingkan kebiasaan sosial dalam penulisan surat untuk melakukannya? Karena ajaran sesat adalah urusan hidup dan mati. Keselamatan dan kehidupan kekal bergantung pada beriman dan berpegang teguh pada kebenaran yang dinyatakan oleh Allah di dalam Kristus. Karena itu, Paulus memperlakukannya dengan sangat serius. Seperti yang Paulus tuliskan tentang ajaran sesat di Galatia, “Sedikit ragi sudah membuat seluruh adonan mengembang” (Gal. 5:9).

Sisi sebaliknya dari melawan pengajaran sesat adalah pentingnya mengajarkan kebenaran. Hal ini membawa kita pada saran ketiga untuk membaca Surat-Surat Pastoral.

3. Perhatikanlah sentralitas dari pelayanan Firman.

Paulus memberikan instruksi untuk banyak pelayanan jemaat, tetapi satu yang paling ia tekankan adalah pelayanan khotbah dan pengajaran Firman Allah. Ia menasihati Timotius untuk “bertekunlah dalam membacakan Kitab Suci, membangun [berkhotbah], dan mengajar” (1Tim. 4:13). Pelayanan Firman sangat penting bagi iman. Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Allah. Selain itu, duduk di bawah Firman akan memperkuat iman umat Allah. Dalam 2 Timotius, Paulus menasihati rekannya yang lebih muda untuk “beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya …. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya” (2Tim. 4:2-3).

Pelayanan jemaat juga mencakup doa bersama—baik bagi mereka yang ada di dalam jemaat, maupun bagi para penguasa dan otoritas di luar jemaat (1Tim. 2:1-2). Hal ini melibatkan pelayanan langsung dari para penatua dan diaken. Penatua yang berkualitas dibutuhkan untuk memerhatikan umat Allah secara spiritual sebagai gembala. Diaken dipercayakan dengan pelayanan belas kasihan, memerhatikan kebutuhan fisik. Meskipun diaken sering kali melakukan pelayanan mereka di belakang layar, tidak terlihat oleh kebanyakan jemaat, Allah memberikan janji yang luar biasa bahwa “mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa” (1Tim. 3:13). Semua pelayanan sangat penting untuk berfungsinya jemaat secara tepat, namun Firman adalah yang menjadi pusat.

4. Bacalah Surat-Surat Pastoral dengan kepekaan terhadap hati seorang hamba Kristus yang saleh.

Secara historis, Paulus sering digambarkan secara negatif—bahkan oleh banyak orang di jemaat. Gambaran fisik Paulus yang populer adalah bahwa ia pendek, botak, dan berkaki bengkok, dengan hidung besar dan alis yang tidak terputus, biasanya dengan raut muka cemberut di wajahnya. Paulus juga digambarkan sebagai orang yang mudah marah dan tidak bisa bekerja sama dengan orang lain. Dari semua orang, ia berpisah dengan Barnabas, sang anak penghiburan. Dan dia menolak untuk memberikan Markus kesempatan kedua.

Namun, seperti yang ditampilkan dalam Kisah Para Rasul dan surat-suratnya yang lain, kasih dan belas kasihan Paulus kepada orang lain meluap dalam Surat-Surat Pastoral. Ia menyebut Timotius sebagai “anakku” dan “anakku yang terkasih”. Ia menyebut Titus sebagai “anakku yang sah menurut iman kita bersama.” Akan tetapi, kita secara khusus melihat hati Paulus untuk orang lain di akhir surat terakhirnya, 2 Timotius. Kita mendengar hatinya yang hancur atas orang-orang yang meninggalkannya. Namun kita juga melihat kasihnya kepada rekan-rekan dan sahabat-sahabatnya yang lain, seperti Timotius, Lukas, dan bahkan Markus, yang dengannya ia jelas telah berdamai. Surat-Surat Pastoral membuat jelas bahwa kasih Paulus yang mendalam kepada Kristus meluap dalam kasihnya kepada orang lain.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Hermeneutics.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
William B. Barcley
William B. Barcley
Dr. William B. Barcley adalah pendeta senior di Sovereign Grace Presbyterian Church dan adjunct professor dalam bidang Perjanjian Baru di Reformed Theological Seminary di Charlotte, North Carolina. Dia adalah penulis The Secret of Contentment.