3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Ester
15 Mei 2025
Bagaimana Membaca Surat-Surat Pastoral
22 Mei 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Ester
15 Mei 2025
Bagaimana Membaca Surat-Surat Pastoral
22 Mei 2025

3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Zefanya

Zefanya adalah sebuah kitab yang sangat kompleks yang penuh dengan pembalikan yang rumit, puisi yang indah, janji-janji yang serius, dan peringatan-peringatan yang keras. Bernubuat menjelang akhir Kerajaan Selatan, pesan Zefanya sebagian besar adalah tentang penghakiman bahwa Tuhan akan bertindak pertama-tama terhadap Yehuda melalui pembuangan (Zef. 1:4-6), tetapi juga secara universal pada hari terakhir terhadap seluruh umat manusia (Zef. 1:2-3), yang merupakan isi dari sebagain besar kitab ini (Zef. 1:2-3:8). Namun, meskipun Zefanya berfokus pada penghakiman, pada akhirnya ia membawa pembacanya untuk berharap pada janji-janji Allah untuk menebus umat-Nya (Zef. 3:9-20). Ada tiga hal yang dapat membantu kita untuk lebih memahami bagaimana Zefanya menggambarkan pesan nubuatnya tentang penghakiman dan pengharapan.

1. Zefanya sarat dengan alusi terhadap kitab-kitab Perjanjian Lama sebelumnya.

Jika Anda ingin memahami Zefanya, saran terbaik yang dapat saya berikan adalah kenalilah Alkitab Anda dengan baik. Pelayanan nubuat Zefanya penuh dengan alusi kepada perikop Perjanjian Lama sebelumnya yang menyediakan kunci untuk memahami pesannya. Beberapa contoh berikut mengilustrasikan hal ini:

  • Dalam Zefanya 1:2-3, kita melihat pembalikan dari Kejadian 1, di mana Zefanya merujuk kepada penciptaan dengan urutan yang terbalik sebagai gambaran penghakiman dan kehancuran. Sementara Kejadian 1 mencatat asal-usul segala sesuatu dalam karya penciptaan Allah, Zefanya menubuatkan tentang “penyapuan” universal atas segala sesuatu dalam penghakiman. Sembari merujuk kepada Kejadian 1, sang nabi juga membangun di atasnya dalam referensi terakhirnya mengenai penyapuan “batu-batu sandungan (yaitu, berhala-berhala) bersama dengan orang-orang fasik.” Manusia dalam penyembahan berhalanya yang jahat itulah yang memicu penghakiman.
  • Dalam Zefanya 1:9, terdapat referensi tentang Allah yang menghukum mereka yang “melompati ambang pintu.” Di sini, Zefanya mengambil dari penyembahan orang Filistin di kuil Dagon (1Sam. 5:5) dan menggambarkan umat Allah yang menyembah Dia dengan cara yang sama, menggabungkan penyembahan kepada satu-satunya Allah yang sejati dengan praktik penyembahan pagan. Alusi ini tidak hanya menginformasikan penyembahan sinkretis Israel sebagai alasan penghakiman Allah, tetapi juga mengidentifikasi penyebutan berikutnya tentang “rumah tuan” sebagai kuil yang dipenuhi dengan “kekerasan dan penipuan” melalui penyembahan palsu.
  • Dalam Zefanya 2:15, Asyur berkata, “Hanya Aku yang ada, tidak ada yang lain,” yang berasal dari refrain dalam Yesaya 40-48 di mana Allah adalah satu-satunya yang “ada” dan “tidak ada yang lain” (lihat Yes. 44:6; 45:5, 6, 14, 18, 21; 46:9). Dosa Asyur adalah peninggian diri yang sombong dan menghujat, di mana mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai Allah.
  • Dalam Zefanya 2:4-15, cukup banyak dari “nubuat Zefanya terhadap bangsa-bangsa” diambil dari tabel bangsa-bangsa dalam Kejadian 10.
  • Dalam Zefanya 3:9-12, penebusan adalah pembalikan dari peristiwa Menara Babel (Kej. 11:1-9).

Alusi-alusi ini, bersama dengan banyak alusi lainnya, menunjukkan bahwa Zefanya dipenuhi dengan perikop-perikop Perjanjian Lama lainnya.

2. Hari Tuhan adalah hari penghakiman dan pemulihan.

Salah satu tema yang paling penting dalam kitab Zefanya adalah “hari TUHAN,” sebuah frasa yang muncul enam belas kali dalam Perjanjian Lama, tiga di antaranya dalam kitab Zefanya (Zef. 1:7, 14). Frasa-frasa lain juga membawa pembaca kembali ke ungkapan yang persis sama tentang “hari TUHAN,” seperti rujukan ke “hari” (dua puluh rujukan), “pada waktu itu” (empat rujukan), atau hanya dengan “saat itu” (dua rujukan), sehingga total ada dua puluh sembilan rujukan eksplisit ke hari Tuhan. Para ahli telah lama bertanya-tanya tentang apa itu hari Tuhan, dengan teori-teori utama yang menyatakan bahwa itu adalah hari ritual keagamaan, perang suci, teofani, perjanjian, atau beberapa kombinasinya.

Zefanya berkontribusi kepada diskusi ini dengan memberikan kepada kita gagasan yang lebih mendasar tentang “hari” ini. Meskipun setiap fitur dari teori para ahli ada dalam kitab Zefanya, ia menggambarkan konsep ini sebagai realitas yang lebih mendasar tentang kedatangan Allah. Hari Tuhan dalam kitab Zefanya adalah hari ketika Allah surgawi membangunkan diri-Nya dari bait suci surgawi-Nya dengan menggunakan motif-motif religius (Zef. 1:7, 9), datang sebagai pejuang ilahi yang mengepalai bala tentara surgawi-Nya (Zef. 1:7, 14, 16), menerapkan kutuk dan berkat perjanjian (Zef. 1:13, 18; 3:19-20), dan datang mendekat dengan kemuliaan teofani (Zef. 1:15). Hari Tuhan secara paling mendasar adalah hari kedatangan-Nya. Hari itu adalah pengharapan yang penuh berkat bagi mereka yang beriman saat mereka dibawa ke atas gunung Allah (Zef. 3:11) di mana mereka akan tinggal dengan aman untuk selama-lamanya (Zef. 3:9-20), tetapi merupakan hari kemurkaan yang mengerikan bagi orang fasik (Zef. 1:2-18; 2:4-3:8).

3. Kerendahan hati dan kesombongan adalah tema-tema utama.

Akhirnya, motif hari Tuhan dalam Zefanya digabungkan dengan ide teologis utamanya tentang pembalikan tujuan akhir bagi yang sombong dan yang rendah hati. Peninggikan diri dengan sombong adalah alasan utama untuk penghakiman pada hari Tuhan. Setelah menjabarkan kutukan terhadap Moab sebagai tanggapan atas ejekan mereka yang sombong terhadap umat Allah, Zefanya secara eksplisit menyatakan:

Inilah yang akan mereka peroleh sebagai ganti kecongkakan mereka,
sebab mereka telah menghina dan memegahkan diri
atas umat TUHAN Semesta Alam. (Zef. 2:10)

Orang-orang yang congkak adalah mereka yang akan “disingkirkan” dari gunung kudus Tuhan (Zef. 3:11). Orang-orang yang congkak bukan hanya meninggikan diri sendiri, tetapi kecongkakan mereka juga disertai dengan sikap bersukaria atas diri yang penuh hujatan dan pemegahan diri. Bangsa Asyur digambarkan sebagai “kota yang bersukaria” yang menyematkan atas diri mereka refrain yang disebutkan di atas dari Yesaya 40-48 tentang Allah yaitu—Dia “yang ada, tidak ada yang lain” (Zef. 2:15). Peninggikan diri yang sombong terwujud dalam pujian diri yang menghujat. Namun pada hari Tuhan, mereka yang meninggikan diri dan bersukaria atas diri sendiri akan direndahkan.

Akan tetapi, penebusan dalam Zefanya adalah peninggian orang-orang yang rendah hati yang bersukacita di dalam Tuhan. Perubahan dari penghakiman kepada keselamatan dalam Zefanya 3:9 adalah dalam pertemuan para penyembah dari segala bangsa, yang digambarkan oleh Zefanya sebagai “umat yang hina dina dan rendah hati” (Zef. 3:12). Mereka tidak meninggikan diri, melainkan “memanggil nama TUHAN” untuk keselamatan mereka (Zef. 3:9). Orang yang rendah hati tidak bersukaria atas diri, tetapi menyembah Tuhan dan bersukaria di dalam Dia (Zef. 3:14). Terlebih lagi, dalam sebuah gambaran keajaiban kasih dan peninggian Tuhan terhadap orang yang rendah hati, Tuhan bersorak-sorak atas orang yang rendah hati dalam Zefanya 3:17!

Meskipun untuk sementara waktu umat Allah digambarkan sebagai “lumpuh” atau “tercerai-berai” (Zef. 3:19), yang dihina oleh bangsa-bangsa (Zef. 2:8) dan dipermalukan (Zef. 3:19), janji Allah adalah bahwa Ia akan meninggikan orang-orang yang rendah hati dan membuat mereka “ternama dan terpuji di antara segala bangsa di bumi” (Zef. 3:19, 20). Sesungguhnya, nasihat utama terdapat dalam 2:3 di mana Zefanya memanggil kita untuk “carilah keadilan, carilah kerendahan hati,” yang secara umum merupakan panggilan untuk “mencari TUHAN.”

Kesimpulannya, kita dapat mengatakan bahwa pesan teologis Zefanya, yang disajikan melalui berbagai hubungan dengan teks-teks Perjanjian Lama lainnya, adalah bahwa pada hari Tuhan, “siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat. 23:12).

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
William Wood
William Wood
Dr. William M. Wood adalah associate professor bidang Perjanjian Lama di Reformed Theological Seminary Atlanta dan seorang penatua pengajar yang ditahbiskan di Christ Orthodox Presbyterian Church di Marietta, Georgia.