
Apakah Teologi Sistematika Bermanfaat?
29 Mei 2025
Bagaimana Cara Membaca Literatur Hikmat
05 Juni 2025Bagaimana Cara Membaca Puisi Ibrani

Samuel Taylor Coleridge pernah mendefinisikan puisi sebagai “kata-kata terbaik dalam susunan yang terbaik.” Di masa ketika kebanyakan orang mencemooh dan mengabaikan puisi, kita sebagai orang Kristen perlu mengembalikan kecintaan kita pada puisi, terutama karena sepertiga dari Perjanjian Lama adalah puisi.
Namun, membaca puisi sering kali sulit. Puisi meregangkan batasan-batasan bahasa dan sangat menuntut pembaca untuk mengisi celah-celah yang ada. Namun, jika Allah berpikir bahwa menyatakan begitu banyak isi Alkitab dalam bentuk puisi adalah cara terbaik, maka kita harus menjadi pembaca puisi yang handal. Berikut ini adalah empat saran untuk membaca puisi Perjanjian Lama dengan baik.
1. Rangkullah nuansa dari paralelisme.
Puisi bahasa Inggris sering kali menggunakan rima, menyelaraskan bunyi-bunyi yang sama di akhir baris. Puisi Ibrani menggabungkan baris-baris dengan menggunakan paralelisme. Ada dua jenis paralelisme yang paling sering dijumpai. Yang pertama adalah paralelisme sinonim, di mana kedua barisnya memiliki arti yang sangat mirip, dan yang kedua adalah paralelisme kontras, di mana dua baris menyandingkan perspektif yang berlawanan (misalnya, Mzm. 1:6 dan banyak Amsal, seperti Ams. 10:1). Salah satu kesalahpahaman umum tentang paralelisme sinonim adalah bahwa kedua barisnya hanya mengatakan hal yang sama dua kali. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Baris kedua selalu menambahkan sesuatu yang baru. Sebagai contoh:
Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana,
terimalah pengajaran, hai hakim-hakim dunia! (Mzm. 2:10)
Pada baris kedua, pemazmur memperluas pesannya tidak hanya kepada para raja, tetapi juga kepada semua penguasa di bumi, termasuk para hakim yang berkedudukan lebih rendah. Ia juga menjelaskan apa artinya bertindak bijaksana: memperhatikan peringatan dari penunjukan Allah atas anak-Nya sebagai Raja yang Mahatinggi (Mzm. 2:5-9).
Bersiaplah untuk segala jenis paralelisme. Beberapa rangkaian baris-baris paralel menampilkan sebuah perbandingan (Mzm. 103:11), beberapa mengisahkan sebuah kisah yang terdiri dari dua bagian (Mzm. 3:5), dan beberapa lainnya sekadar melengkapi kalimat yang dimulai pada baris pertama (Mzm. 111:6). Pertanyaan yang selalu kita tanyakan adalah, bagaimana baris kedua melengkapi atau memperkuat baris pertama?
2. Nikmatilan metafora.
Metafora adalah jiwa dari puisi. (Perhatikan metaforanya.) Metafora memberikan cara yang kuat untuk melihat realitas. Perhatikan Yeremia 2:13:
Sebab, umat-Ku melakukan kejahatan ganda:
mereka meninggalkan Aku, sumber air hidup,
dan menggali tempat penampung air bagi mereka sendiri, penampung yang bocor, yang tidak dapat menahan air.
Untuk memahami metafora, kita perlu membayangkan gambarannya. Sumber air adalah mata air di mana air secara alami menyembur keluar dari dalam tanah. Air yang jernih dan segar secara gratis. Seperti itulah kebaikan Allah yang melimpah. Sebaliknya, sebuah penampung air adalah sebuah lubang galian dengan bukaan kecil yang harus dipahat dari batu dan kemudian diplester untuk mencegah kebocoran (kerja keras). Bahkan ketika penampung air menyimpan air, airnya tidak mengalir dan membusuk. Berhala-berhala itu seperti penampung air yang bocor: mereka bahkan tidak dapat menampung air; yang tersisa hanyalah lumpur. Tragedi dosa adalah bahwa kita menukar sumber air hidup dengan penampung air yang bocor. Sebuah kamus Alkitab yang baik atau Alkitab studi dapat membantu Anda memahami gambaran dalam Timur Dekat kuno dengan lebih baik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa metafora sering kali muncul secara berumpun. Dalam Mazmur 1:3, kita membaca:
[Orang saleh] seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
tidak pernah layu daunnya;
apa saja yang dilakukannya berhasil.
Dalam metafora ini, orang Israel yang saleh adalah sebuah pohon. Namun, metafora lain juga muncul: Tuhan adalah petani yang menanam pohon di tempat yang demikian subur ini, dan buah dari pohon itu adalah perbuatan-perbuatan baik dari orang kudus. Sungguh menguatkan melihat Tuhan sebagai Dia yang memelihara kita. Ketika Anda menjumpai sebuah metafora, biarkanlah metafora itu meresap ke dalam diri Anda. Ajukan pertanyaan, metafora apa lagi yang disiratkan oleh metafora utama?
3. Kenalilah siapa yang berbicara.
Kadang-kadang kita dibingungkan oleh puisi Perjanjian Lama karena kita lalai untuk mengajukan sebuah pertanyaan penting: Siapa yang berbicara? Para penyair Perjanjian Lama sering mendramatisasi dialog antara Tuhan dan umat-Nya, dan terkadang pergantian pembicara terjadi tanpa pemberitahuan. Contoh yang mencolok adalah Yeremia 8:18-20, di mana pembicara berganti tiga kali. Berikut ini adalah teksnya, dengan keterangan siapa pembicaranya:
[Yeremia]
Tidak tersembuhkan kedukaan yang menimpa diriku,
betapa sakitnya hatiku.
Dengarlah seruan minta tolong putri bangsaku dari tempat-tempat yang jauh di negeri ini,
[Umat]
“Tidak adakah TUHAN di Sion?
Tidak adakah Rajanya di sana?”
[TUHAN]
Mengapa mereka membangkitkan murka-Ku dengan patung-patung mereka, dengan berhala-berhala asing yang sia-sia?
[Umat]
Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir musim kemarau, tetapi kita belum diselamatkan juga!
Dalam setiap kasus, kita dapat mengenali pembicaranya berdasarkan konteks dan petunjuk dalam percakapan itu sendiri. Belajar untuk menanyakan siapa yang berbicara dapat membantu mengungkap teks yang membingungkan.
4. Nikmatilah firman Allah yang dirancang dengan seni yang tinggi.
Allah tidak memberikan begitu banyak isi Alkitab dalam bentuk puisi dengan maksud agar kita menjadi bingung. Dia memberi kita puisi agar dapat kita menikmati Firman-Nya sepenuh-penuhnya. Kelilingilah diri Anda dengan orang Kristen lain yang dapat membantu Anda menghargai puisi Alkitab. Bacalah puisi yang bagus dalam bahasa Anda. Anda akan segera mendapati diri Anda menikmati puisi Alkitab lebih dan lebih lagi.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Hermeneutics.