5 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Pengudusan
07 Agustus 2024
5 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Rasul Petrus
12 Agustus 2024
5 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Pengudusan
07 Agustus 2024
5 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Rasul Petrus
12 Agustus 2024

5 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Marthin Luther

1. Martin Luther membaca seluruh kitab Mazmur kira-kira setiap tiga minggu sekali ketika dia dewasa.

Sola Scriptura. Ungkapan dalam bahasa Latin ini berarti hanya Alkitab saja. Ini berarti bahwa hanya Alkitab yang menjadi otoritas final kita untuk doktrin, praktik gereja, dan kehidupan Kristen. Pada tahun-tahun awal Reformasi, Luther memperjuangkan hal ini. Dia berpendapat bahwa gereja Katolik Roma memberitakan injil yang salah tentang perbuatan dan upah. Sebaliknya, ia memperjuangkan pembenaran hanya oleh iman: Sola Fide. Dalam perdebatan-perdebatan awal dengan para pejabat Katolik Roma, seperti yang terjadi dengan Johann Eck di Leipzig pada tahun 1519 atau di Worms pada tahun 1521, Luther dipaksa untuk menjelaskan sumber posisinya. Jika ia menentang gereja, atas dasar apa ia berdiri? “Alkitab,” ia bergemuruh. Luther berdiri di atas Alkitab.

Luther menghabiskan hidupnya untuk membela, membaca, mempelajari, menghayati, dan mencintai Alkitab. Dia membaca seluruh Alkitab dua atau tiga kali setiap tahun, sambil juga mempelajari bagian-bagian atau kitab-kitab tertentu secara mendalam. Ia terutama mencintai kitab Mazmur. Ia mempertahankan jadwal membaca harian yang menghabiskan seluruh kitab Mazmur dalam waktu tiga minggu. Luther mengajarkan dan menghidupi Sola Scriptura.

 

2. Setelah ia menempelkan Sembilan Puluh Lima Dalilnya di pintu gereja, Luther juga menulis rangkaian Dua Puluh Delapan Dalil untuk Perdebatan Heidelberg.

Sembilan Puluh Lima Dalil Luther, yang ditempelkan pada tanggal 31 Oktober 1517, menyulut Reformasi Protestan. Pada saat itu ia adalah seorang biarawan Agustinian dan kepala ordo biara di wilayah tersebut, Johannes Staupitz, bersimpati pada kritik Luther. Staupitz mengundang Luther untuk mempresentasikan argumentasinya pada pertemuan ordo Agustinian pada bulan April 1518 di Heidelberg.

Dalam Dalil Heidelberg nomor 16, ia berargumen, “Orang yang percaya bahwa ia dapat memperoleh anugerah dengan melakukan apa yang ada di dalam dirinya, menambah dosa pada dosa sehingga ia menjadi berdosa dua kali lipat.” Ia melanjutkan dalam nomor 17, “Perkataan seperti ini juga bukan menjadi alasan untuk berputus asa, melainkan untuk membangkitkan keinginan untuk merendahkan diri dan mencari anugerah Allah.” Meskipun kita putus asa karena ketidakmampuan kita sendiri, namun masih ada harapan. Harapan itu tidak terdapat di dalam diri kita, melainkan di dalam Kristus dan Injil.

Dalil Heidelberg nomor 28 mungkin merupakan kalimat terindah yang pernah ditulis oleh Luther: “Kasih Allah tidak menemukan, tetapi menciptakan, apa yang berkenan kepada-Nya.” Allah mengasihi kita dan mengutus Kristus bagi kita ketika kita masih menjadi musuh-Nya. Itulah anugerah.

 

3. Luther, seorang mantan biarawan, menikahi seorang mantan biarawati.

Sekelompok biarawati melarikan diri dari Biara Nimbschen dan berhasil tiba di Wittenberg. Beberapa kembali ke keluarga mereka. Beberapa menikah dengan mahasiswa atau pastor di Wittenberg. Salah satu dari mereka, Katrina Von Bora, menikah dengan Martin Luther pada tahun 1525. Luther menyebutnya “Katie, tulang rusukku.” Mereka adalah pasangan yang tangguh. Sementara Luther memajukan Reformasi tanpa kenal lelah, Katie mengelola rumah tangga yang sibuk, kebun yang luas, tempat penangkaran ikan, dan tempat pembuatan bir yang kecil. Mereka memiliki enam anak kandung dan mengadopsi anak-anak yatim piatu dari kerabat mereka. Mereka pernah kehilangan seorang bayi laki-laki, dan mereka mengalami kepedihan kepergian anak perempuan mereka yang berusia tiga belas tahun, Magdalena.

Setelah Martin Luther meninggal, Katie mengalami masa-masa sulit. Teman-teman dan para pendukung bersatu untuk membantunya. Pada saat-saat sulit itu, ia mengaku, “Aku menemukan diriku berpegang erat pada Kristus seperti biji berserat yang menempel pada gaun.”

 

4. Martin Luther adalah seorang musisi yang hampir sama baiknya dengan ia sebagai seorang teolog.

Luther menyukai musik. Ia memainkan lute. Ia menulis himne pertamanya pada tahun 1524—yang lebih menyerupai lagu rakyat daripada himne—yang berjudul “A New Song Shall Here Be Begun” (“Sebuah Lagu Baru Kini Dimulai”). Lagu ini terdiri dari dua belas bait dan mengenang dua orang biarawan Agustinian di Belanda yang mati martir. Mereka telah mengikuti Luther dan bertobat serta menjadi pengkhotbah doktrin-doktrin Reformasi, berkomitmen untuk membawa Injil ke kampung halaman mereka. Mereka ditangkap dan dibunuh. Ketika berita itu sampai kepada Luther, ia beralih ke musik. Lima tahun kemudian ia menulis himnenya yang paling terkenal dan bisa dikatakan sebagai salah satu himne yang paling dicintai dalam sejarah gereja, “A Mighty Fortress Is Our God” (“Allah Kita Adalah Benteng yang Teguh”). Dia menerbitkan buku himne Protestan pertama pada tahun 1524. Dia juga menginspirasi generasi musisi di masa depan dalam gereja Lutheran dan dalam musik klasik. Untuk waktu yang singkat, Luther belajar di Eisenach, kota kelahiran Johann Sebastian Bach, seorang musisi Lutheran dalam tingkatan yang paling tinggi.

Pada suatu saat Luther pernah berkata, “Setelah teologi, aku memberikan musik tempat tertinggi dan kehormatan terbesar.”

 

5. Martin Luther meninggal di kampung halamannya.

Martin Luther lahir di Eisleben pada tanggal 10 November 1486. Ia pergi ke Wittenberg pada tahun 1511 untuk belajar dan mengajar. Wittenberg akan menjadi kota yang paling diasosiasikan dengannya. Dia adalah seorang biarawan di sana. Dia menempelkan Sembilan Puluh Lima Dalilnya di sana. Ia menikah dan membina keluarganya di sana. Dia berkhotbah di Gereja St. Mary di Wittenberg hampir setiap hari, dan dia mengajar di Universitas Wittenberg. Pada bulan Januari 1546, sebuah sengketa meletus di Eisleben yang mengancam meruntuhkan gereja dan kota di sana. Luther, seorang pria tua yang sudah mulai merasakan umurnya, memulai perjalanan ke kampung halamannya.

Setelah melalui perjalanan yang sulit, Luther tiba dengan sambutan bagaikan pahlawan, menengahi perdamaian di antara pihak-pihak yang bertikai, berkhotbah beberapa kali, dan kemudian jatuh sakit. Ranjang tempat ia berbaring sakit menjadi ranjang kematiannya. Dia menorehkan kata-kata tertulis terakhirnya pada secarik kertas: “Kita adalah pengemis. Hal ini benar adanya.” Luther meninggal pada tanggal 18 Februari 1546. Seperti Katie, ia berpegang erat pada Kristus pada saat-saat terakhirnya.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi 5 Hal yang Perlu Anda Tahu.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Stephen Nichols
Stephen Nichols
Dr. Stephen J. Nichols adalah presiden Reformation Bible College, chief academic officer Pelayanan Ligonier, dan salah satu dewan pengajar Pelayanan Ligonier. Dia adalah pembawa acara potcast 5 Minutes in Church History dan Open Book. Ia telah menulis lebih dari dua puluh buku, termasuk Peace, A Time for Confidence, dan R.C. Sproul: A Life, dan beberapa jilid dalam seri Guided Tour mengenai Jonathan Edwards, Martin Luther, dan J. Gresham Machen. Ia adalah rekan editor dari The Legacy of Luther dan editor umum dari Church History Study Bible.