5 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang John Calvin
05 Agustus 20245 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Marthin Luther
09 Agustus 20245 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Pengudusan
Jika Anda mencari definisi yang ringkas tentang doktrin pengudusan alkitabiah, Anda akan sulit menemukan definisi yang lebih baik daripada yang ditemukan dalam Katekismus Singkat Westminster. Dalam jawaban untuk Pertanyaan 35, para teolog Westminster menulis, “Pengudusan adalah karya anugerah Allah yang cuma-cuma, di mana kita diperbarui di dalam seluruh diri kita menurut gambar Allah, dan dimampukan untuk semakin lama semakin mati terhadap dosa, dan hidup untuk kebenaran.” Meskipun ini adalah definisi yang akurat tentang natur progresif dari pengudusan, Alkitab menyatakan beberapa aspek penting lainnya dari pengudusan yang kita perlukan untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang manfaat penebusan ini. Perhatikanlah lima hal berikut ini:
1. Kristus merupakan sumber pengudusan.
Orang-orang percaya dikuduskan melalui kesatuan mereka dengan Kristus. Dia adalah sumber pengudusan satu-satunya dalam arti Dia menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan umat-Nya untuk bertumbuh secara rohani ketika mereka tinggal di dalam Dia dengan iman. Seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus, “kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan, menguduskan, dan menebus kita” (1Kor. 1:30, penekanan ditambahkan). Untuk menjadi sumber pengudusan bagi umat-Nya, Yesus harus menguduskan diri-Nya sendiri dalam karya penebusan tersebut (Yoh. 17:19). Meskipun Dia tidak memiliki dosa (2Kor. 5:21), Dia menguduskan diri-Nya bagi umat-Nya dengan secara sempurna menaati hukum Allah serta perintah-perintah Allah sebagai pengantara (Yoh. 10:17-18). Geerhardus Vos menjelaskan, “Hal ini … tidak boleh dipahami sebagai perubahan dalam diri Juru Selamat, seolah-olah pengudusan ini mengandaikan adanya kekudusan yang tidak sempurna sebelumnya, melainkan sebagai pengudusan hidup-Nya dalam ketaatan sebagai pengantara (pasif dan aktif) kepada Allah.” Selain kehidupan-Nya yang taat, Kristus juga dikuduskan bagi kita ketika Ia mati di kayu salib. Karena dosa-dosa orang percaya telah diimputasikan kepada Kristus, dan Dia menanggungnya di dalam tubuh-Nya di atas kayu salib, dosa-dosa itu secara yuridis dihapuskan ketika Dia menanggung murka Allah yang berapi-api.
2. Kelahiran baru merupakan mata air pengudusan.
Karena pembenaran adalah manfaat legal dari penebusan (yaitu, tindakan sekali untuk selamanya), pengudusan lebih tepat mengalir dari berkat transformatif kelahiran baru. Penerapan natur yang baru (yaitu kelahiran baru) ke dalam kehidupan orang percaya pada awal kehidupan kekristenan mereka memulai proses pengudusan. Sebagaimana Pengakuan Iman Westminster nyatakan, “Mereka yang … telah dilahirkan kembali, setelah memiliki hati yang baru dan roh yang baru yang diciptakan di dalam diri mereka, semakin dikuduskan … [dan] melalui penyediaan kekuatan yang terus-menerus dari Roh Kristus yang menguduskan, bagian yang dilahirkan kembali itu menang: dan dengan demikian orang kudus bertumbuh di dalam anugerah, menyempurnakan kekudusan di dalam takut akan Allah” (PIW 13:1, 3).
3. Pengudusan memiliki aspek yang definitif.
John Murray, mendiang profesor teologi sistematika di Westminster Theological Seminary di Philadelphia, dengan tepat membedakan antara pengudusan definitif dan pengudusan progresif. Mengenai bagian-bagian Perjanjian Baru yang berbicara tentang orang percaya yang telah dikuduskan (misalnya, 1Kor. 1:2; 6:11; Ibr. 10:10), Murray menulis, “Di dalam Perjanjian Baru, istilah-istilah yang paling khas yang digunakan dalam kaitannya dengan pengudusan tidak digunakan untuk sebuah proses melainkan untuk sebuah tindakan yang definitif sekali untuk selamanya … oleh karena itu, adalah hal yang menyimpang dari pola bahasa alkitabiah … jika kita memikirkan pengudusan hanya dalam konteks sebuah karya yang progresif.”
Pengudusan yang definitif melibatkan sebuah pemisahan radikal dengan kuasa dosa dalam kehidupan orang percaya. Pemisahan dengan kuasa dosa ini terjadi ketika Yesus mati terhadap dosa di kayu salib (Rm. 6:10). Seperti yang Murray jelaskan:
Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya telah mematahkan kuasa dosa, menang atas ilah dunia ini, penguasa kegelapan, menjatuhkan penghakiman atas dunia dan penguasanya, dan, oleh kemenangan itu, membebaskan semua orang yang disatukan dengan-Nya dari kuasa kegelapan dan membawa mereka masuk ke dalam kerajaan-Nya sendiri. Begitu intimnya kesatuan antara Kristus dan umat-Nya sehingga mereka mengambil bagian bersama-Nya dalam semua pencapaian kemenangan ini dan karenanya mereka mati terhadap dosa, bangkit bersama Kristus di dalam kuasa kebangkitan-Nya.
Ketika seorang percaya disatukan secara menyelamatkan dengan Kristus pada waktunya, aspek karya penebusan ini direalisasikan dalam kehidupan kekristenannya.
4. Iman dan kasih adalah dua instrumen dari pengudusan.
Jika pembenaran orang percaya (yaitu, diterima sebagai orang benar di hadapan Allah) adalah oleh iman semata, proses pengudusan terjadi dalam kehidupan orang percaya oleh “iman yang bekerja oleh kasih” (Gal. 5:6). Orang percaya dikuduskan oleh iman yang sama di dalam Kristus, yaitu iman yang olehnya mereka dibenarkan. Namun, dalam pengalaman orang percaya, iman secara aktif bekerja sama dengan kasih untuk menghasilkan pertumbuhan dalam anugerah. Ada keselarasan antara apa yang Allah kerjakan dalam kehidupan umat-Nya dan apa yang mereka harus lakukan sebagai respons. Rasul Paulus menangkap usaha bersama ini ketika ia menulis, “Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Sebab, Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Fil. 2:12-13).
5. Allah telah menetapkan sarana-sarana tertentu untuk menolong orang percaya bertumbuh dalam pengudusan yang progresif.
Meskipun pengudusan didasarkan pada apa yang telah Kristus capai dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan dialami dalam kehidupan orang percaya melalui kuasa Roh Kudus, Allah telah menetapkan sarana-sarana tertentu untuk membantu orang percaya dalam mengejar pertumbuhan di dalam anugerah. Pengudusan progresif orang percaya akan sebanding dengan penggunaan sarana-sarana anugerah tersebut. Sarana-sarana utama yang telah Allah tetapkan untuk pengudusan umat-Nya adalah Firman, sakramen, dan doa. Dalam Doa-Nya sebagai Imam Besar, Yesus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; Firman-Mu itulah kebenaran” (Yoh. 17:17). Rasul Paulus merujuk pada anugerah Perjamuan Kudus ketika ia berbicara tentang “cawan pengucapan syukur” (1Kor. 10:16). Pelayanan Firman, sakramen, dan doa adalah elemen-elemen inti dari ibadah korporat. Oleh karena itu, berkumpul dalam ibadah Hari Tuhan bersama orang-orang kudus sangat penting bagi pengudusan progresif kita.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi 5 Hal yang Perlu Anda Tahu.