
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Wahyu
13 Mei 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Zefanya
20 Mei 20253 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Ester

Kitab Ester tidak secara langsung menyebutkan nama Allah. Bahkan, kisahnya kurang berbicara tentang unsur agama maupun kesalehan. Tokoh-tokoh utamanya tampaknya bukan orang Yahudi yang taat dan setia yang sangat peduli dengan pemeliharaan perjanjian Allah. Apa yang dapat kita pelajari tentang Allah dan cara kerja-Nya dari kitab seperti itu?
Terlepas dari kecintaan saya pada Ester dan kisahnya (salah satu putri saya bernama Hadasa, nama Yahudi Ester), saya harus mengakui bahwa ada saat ketika membaca kisah ini saya bertanya-tanya di mana letak pengharapan Ester dan Mordekhai yang sebenarnya dan apakah tindakan mereka mencerminkan iman yang digambarkan dalam Ibrani 11. Terlepas dari kesan awal tersebut, setelah ditelaah lebih dalam, kitab Ester mengajarkan kita kebenaran teologis yang mendalam yang dapat menyegarkan kehidupan Kristen. Berikut adalah tiga hal yang perlu diketahui tentang kitab Ester.
1. Kesetiaan Allah dalam Perjanjian: Kitab Ester adalah sebuah narasi yang menegangkan tentang hampir lenyapnya janji-janji dalam perjanjian Allah.
Kitab Ester terjadi jauh dari tanah perjanjian. Beberapa orang Israel telah kembali ke Yerusalem dari pembuangan setelah dekrit Kores pada tahun 539 SM (lihat Ezr. 1:1-4). Namun, sebagian lagi memutuskan untuk tetap tinggal di Persia. Pembaca dengan cepat diperkenalkan dengan salah satu orang Yahudi yang tetap tinggal. Dia dengan cepat terhanyut ke dalam kehidupan Persia kelas atas, menjadi ratu setelah raja Persia dipermalukan oleh kelancangan ratu sebelumnya.
Melalui penuturan kisah yang sangat ahli yang menjalin ketegangan, ironi, dan satire, penulis menceritakan bagaimana sebuah gerakan nonverbal yang sepele menyulut perselisihan pribadi antara dua orang (Haman orang Amalek, dan Mordekhai orang Yahudi). Perselisihan ini hampir saja mengakibatkan pemusnahan umat perjanjian Allah (dan dengan demikian, janji-janji-Nya) melalui genosida yang direstui pemerintah. Hanya melalui gangguan insomnia seorang raja yang bodoh dan kecerdikan sesaat dari ratu yang berkompromi dalam moralnya, keadaan berbalik pada saat-saat terakhir. Pemimpin genosida, Haman, berakhir di tiang gantungan yang dibangunnya untuk musuhnya, Mordekhai, dan orang Yahudi terhindar dari pemusnahan.
Kitab ini ditulis seperti sebuah novel yang menegangkan, dan jika Anda belum pernah membaca seluruh kisahnya sekaligus dalam sekali pembacaan, saya anjurkan Anda untuk melakukannya. Lekukan-lekukan alurnya mengajarkan kita sesuatu yang sangat penting: Allah berkomitmen untuk menepati janji-janji dalam perjanjian-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, dan tidak ada satu pun boneka Iblis—baik Firaun, Ahab, Absalom, Nebukadnezar, maupun Haman—yang dapat menggagalkan komitmen perjanjian Allah untuk memelihara suatu umat bagi diri-Nya.
2. Providensia Allah yang Tidak Terlihat: Kitab Ester senyap tentang Allah untuk mengajarkan kita dengan lantang tentang Allah.
Satire-satire hampir saja dalam kitab Ester secara naratif menunjukkan karya providensia Allah, yang dijelaskan oleh Katekismus Heidelberg:
Providensia adalah kekuatan Allah yang penuh kuasa dan selalu hadir yang dengannya Allah menopang, seolah dengan tangan-Nya sendiri, langit dan bumi dan segala makhluk ciptaan, dan dengan demikian mengatur semuanya sehingga daun dan rumput, hujan dan kemarau, masa kelimpahan dan kekurangan, makanan dan minuman, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan—segala hal, sesungguhnya, datang pada kita bukan karena kebetulan melainkan dari tangan kebapaan-Nya. (T&J 27)
Mungkin terlihat bahwa segala sesuatu dalam kitab Ester terjadi secara kebetulan, tetapi pembaca yang berpikiran secara teologis akan memahami bahwa ada seorang Penulis Drama yang mahir yang mengatur segala sesuatu untuk kebaikan umat perjanjian-Nya—mereka yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (Rm. 8:28). Tidak ada kebetulan dalam pemeliharaan providensia Allah. Setiap dan semua kebetulan dalam kitab Ester meneriakkan providensia Allah yang senyap dan tak terlihat, yang mengatur semua ciptaan-Nya dan semua tindakan mereka (WSC 11). Kesenyapan Allah dalam kitab ini mengajarkan sebuah pelajaran yang sangat penting: pengaturan dan pemeliharaan Allah yang penuh kuasa akan semua mahluk ciptaan-Nya terlalu senyap untuk diabaikan. Tidak ada yang berada di luar jangkauan providensia-Nya, bahkan ketika kita tidak dapat melihat Sang Penulis Drama mengarahkan drama-Nya.
3. Kegigihan Allah dalam Memilih Umat yang Lemah: Kitab Ester menyisakan banyak pertanyaan moral yang tidak terjawab tentang tokoh-tokoh utamanya, yang adalah umat perjanjian Allah.
Sesuai dengan gaya narasi Ibrani, penulis kitab Ester menarasikan tindakan tanpa memberikan evaluasi terhadap setiap tindakan. Hal ini sering kali membuat dua tokoh utama dalam kitab ini—Ester dan Mordekhai—dipuji sebagai teladan moral dan pahlawan iman. Namun, kisah ini dikeruhkan dengan campuran yang membingungkan akan rasa takut dan iman, dan pembaca tidak selalu dapat menentukan mana yang mana. Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab yang ditinggalkan bagi pembaca mengenai karakter dan tindakan Ester dan Mordekhai. Beberapa dari ketidak-jelasan yang tidak terjawab ini mencakupi pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Mengapa Mordekhai dan Ester tidak kembali ke tanah air mereka (Est. 2:5)?
- Apakah Ester tidak peduli dengan hukum tentang makanan yang ditetapkan oleh Tuhan, atau apakah ia hanya menjadi korban yang tak berdaya dari keadaannya (Est. 2:9)?
- Mengapa Mordekhai menasihati Ester untuk tidak mengungkapkan latar belakang agamanya (Est. 2:10, 20)?
- Mengapa Mordekhai, alih-alih memprotes, mengizinkan keponakannya dibawa ke istana raja (Est. 2:8) dan masuk ke dalam kamar tidur raja yang baru saja bercerai dengan istrinya (Est. 2:15-18)?
- Apakah penolakan Mordekhai untuk sujud kepada Haman, yang menyebabkan konsekuensi yang sangat besar, merupakan tindakan yang sepele atau sikap yang setia (Est. 3:2)?
- Apakah Ester bertindak atas dasar keegoisan atau dengan bijak ketika awalnya menolak untuk memohon kepada raja atas nama bangsanya (Est. 4:10-11)?
- Apakah Mordekhai, setelah Ester pada awalnya menolak permintaannya untuk memohon kepada raja untuk menyelamatkan orang Yahudi, mengancam untuk membukakan rahasia keponakannya atau apakah ia menyampaikan peringatan yang penuh anugerah (Est. 4:12-14)?
- Apakah Ester bersikap cerdik secara licik atau benar dalam permintaan makan malamnya kepada raja dan Haman (Est. 5:4-8)?
- Apakah Ester bersikap kejam dan penuh dendam atau mengambil kesempatan dengan cara yang dapat dibenarkan dalam permintaannya untuk mengijinkan orang-orang Yahudi membunuh tiga ratus orang lagi dan menggantung kesepuluh anak Haman di tiang gantungan (Est. 9:13-15)?
Meskipun pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tampak seperti masalah yang tidak dapat diatasi—karena bagaimana mungkin umat Allah, yang berperan penting dalam sejarah penebusan, menunjukkan ketidakjelasan moral yang mengkhawatirkan seperti itu—ini lebih menyoroti kabar baik bahwa keselamatan dari Allah pada akhirnya tidak bergantung pada kesetiaan atau ketidaksetiaan umat-Nya. Dia setia pada janji-janji dalam perjanjian-Nya demi nama-Nya (lihat Yes. 48:9-11; Yeh. 20:44). Ester dan Mordekhai—baik melalui tindakan mereka yang berdosa dan takut, maupun tindakan mereka yang benar dan setia—menjalankan cetak biru rencana Allah yang tidak dapat digagalkan dan tegas untuk “menunjukkan kebaikan kepada Sion” (Mzm. 51:20). Inilah makna sebenarnya dari kisah indah Hadasa. Meskipun hanya “pohon murad” (arti Ibrani dari “Hadasa”) yang tidak selalu melakukan segala sesuatu dengan benar, Ratu Ester adalah alat Tuhan untuk memelihara berkat-berkat perjanjian-Nya dan untuk menjalankan tujuan-tujuan providensia-Nya. Hal ini sangat jelas dalam kisah Ester.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.