3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Efesus
21 Juni 2024
Sumber-Sumber Teologi Sistematika
27 Juni 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Efesus
21 Juni 2024
Sumber-Sumber Teologi Sistematika
27 Juni 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Filipi

1. Surat Filipi memberi kerangka teologis yang bermanfaat bagi persekutuan orang Kristen

Istilah koinōnia, yang kerap diterjemahkan menjadi “persekutuan” atau “peran serta” atau “solidaritas”, membuka dan menutup surat Paulus kepada jemaat Filipi. Paulus dan jemaat memiliki koinōnia dalam “pengabaran Injil” (Flp. 1:5, 7), dalam “kesusahan” (Flp. 4:14), dan dalam “memberi dan menerima” (Flp. 4:15). Namun, koinōnia horizontal ini berakar pada koinōnia vertikal dalam pengabaran Injil bersama Bapa (Flp. 1:3, 5), dalam “koinōnia Roh” (Flp. 2:1) dan “koinonia dalam penderitaan” Kristus (Flp. 3:10). Konsep koinōnia ini sepenuhnya bersifat tritunggal. Allah—Bapa, Anak, dan Roh Kudus—adalah Dia yang meneruskan sampai selesai pekerjaan yang Ia mulai (Flp. 1:6), dan yang menghendaki dan bekerja di dalam dan melalui umat-Nya (Flp. 2:12-13).

Allah menyebabkan kemajuan Injil melalui Paulus yang dipenjara, maka Paulus menyoroti perannya yang penting dengan memakai kata kerja pasif ketika menggambarkan “apa yang terjadi” melalui pemenjaraannya (Flp. 1:12). Allah menyebabkan kemajuan Injil yang diberitakan oleh Paulus (Flp. 1:12, 25). Allah juga berfungsi sebagai Pemberi utama dalam mereka memberi dan menerima, sehingga Paulus bersukacita di dalam Tuhan atas pemberian yang dikirim jemaat Filipi kepada Paulus di penjara. Pemberian itu membuatnya berkelimpahan: “Aku telah menerima semua yang perlu dari kamu … Aku berkelimpahan” (Flp. 4:18). Namun, Paulus baru saja menulis bahwa ia mengalami kelimpahan dan tahu bagaimana hidup berkelimpahan karena Dia yang memberi kekuatan kepadanya (Flp. 4:12-13). Allah memberi melalui manusia yang memberi. Pemberian-pemberian tersebut disamakan dengan “persembahan yang harum” dan “kurban yang disukai dan berkenan kepada Allah” (Flp. 4:18). Bagi Paulus, pemberian itu adalah persembahan kepada Allah “sebab, segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Rm. 11:36).

Terakhir, Allah mengaruniakan penderitaan kepada orang-orang percaya untuk menjadikan mereka lebih bergantung kepada-Nya dan kepada orang-orang percaya yang lain; atau, dapat dikatakan, supaya mereka bergantung kepada Dia melalui orang percaya yang lain, seperti Epafroditus. Ia hampir mati dalam usaha meringankan penderitaan Paulus dengan kehadirannya di penjara dan pemberiannya dari Allah melalui jemaat Filipi (Flp. 1:29; 2:25-30; 4:14). Ketika lain kali Anda merenungkan tentang misi, khotbah, penderitaan, dan semua relasi Anda, ingatlah keterlibatan Allah dan kuasa-Nya yang memampukan. Itu akan mengubah segalanya, termasuk pemahaman kita akan persekutuan orang Kristen.

2. Surat Filipi tidak hanya menguraikan cara berpikir tetapi juga cara hidup

“Himne Kristus” di dalam Filipi 2:5-11—pusat terpenting di dalam surat ini—bukan sekadar teologi untuk pemikiran, tetapi juga teologi untuk kehidupan. Kabar baik tentang penghinaan Kristus dan peninggian-Nya demi kita dan keselamatan kita adalah berita Injil yang harus kita percaya dengan hati kita, kita sampaikan dengan mulut kita, dan kita tunjukkan melalui kehidupan kita. Hal ini nyata dari penggunaan kata “pikiran” di dalam Filipi 2:1-11. Di dalam empat ayat pertama, jemaat didorong agar “sehati sepikir” dan “satu pikiran/tujuan” (Flp. 2:2). Lalu, di dalam ayat kelima, jemaat diperintahkan untuk “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”.

Paulus kemudian menunjukkan kepada jemaat seperti apa “pikiran” itu—Kristus tidak memaksakan hak-hak-Nya tetapi merendahkan diri-Nya agar orang lain ditinggikan (Flp. 2:6-8). Kita harus memiliki pikiran yang seperti Kristus ini, yang bukan sekadar sebuah pola pikir—meski itu penting—tetapi juga merupakan perasaan dan tindakan satu sama lain. Dengan kata lain, Paulus ingin agar Kristus terdengar dan terlihat pada kita. Ketika “dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri”, orang-orang akan melihat Kristus yang merendahkan diri-Nya tanpa memikirkan diri-Nya (Flp. 2:3, 8). Atau, ketika kita, seperti Epafroditus, “nyaris mati karena pekerjaan Kristus”, mereka melihat Kristus yang “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp. 2:30, 8). Paulus dengan sengaja menerapkan kata-kata kunci dari pasal 2 untuk menggambarkan teladan seperti Kristus di dalam surat Filipi. Semua ini menerangkan bagian Filipi 1:21 yang sering diabaikan, yaitu “hidup adalah Kristus”, meskipun kita tidak bisa hidup seperti Kristus kecuali kita hidup di dalam Kristus. Sebagaimana dikatakan oleh Martin Luther, kita harus menerima Kristus sebagai hadiah sebelum kita menerima-Nya sebagai teladan.

3. Surat Filipi mendorong kepentingan-bersama dan kewajiban-bersama sebagai kebajikan orang Kristen

Apakah poin ini membuat Anda merasa tidak nyaman? Istilah “kepentingan” dan “kewajiban” mungkin membangkitkan kenangan lama menyangkut dunia bisnis yang keras, di mana “orang makan orang”. Namun, Paulus merujuk kepada Injil. Di dalam Filipi 2:3-4, ia berkata, “Jangan melakukan apa pun demi ambisi pribadi … Biarlah masing-masing dari kita tidak hanya mencari kepentingannya sendiri tetapi juga kepentingan orang lain.” Hubungan “tidak hanya … tetapi juga” adalah kuncinya. Kekristenan tidak pernah semata-mata mementingkan diri sendiri atau mementingkan orang lain. Kekristenan adalah tentang kepentingan diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, kepentingan-bersama, dimengerti secara benar, adalah alkitabiah.

Kewajiban-bersama juga alkitabiah, yang terlihat dalam persekutuan orang Kristen dalam hal “memberi dan menerima” (Flp. 4:15). Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang Filipi. Ia memberi mereka hadiah yang mulia ini. Menurut budaya saat itu, setelah menerima hadiah tersebut, mereka menjadi berkewajiban kepadanya. Itu sebabnya ia menjelaskan bahwa Epafroditus merisikokan nyawanya “untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayanan [leitourgias] [jemaat Filipi] kepadaku” (Flp. 2:30). Istilah leitourgia menggambarkan tugas-tugas yang wajib (pelayanan publik) dari keimaman Yahudi (2Taw. 31:2). Di dalam Injil Kristus, bedanya adalah Allah yang penuh anugerah memampukan kita memenuhi kewajiban-kewajiban kita (Flp. 1:6; 2:12-13).

Selain itu, kepentingan-bersama dan kewajiban-bersama diikatkan menjadi simpul tiga cara di dalam jemaat Filipi. Kepentingan-bersama didefinisikan sebagai “kepentingan Kristus” dan kewajiban-bersama pada akhirnya adalah kewajiban kita kepada Allah, sama seperti kewajiban jemaat Filipi kepada Paulus merupakan kewajiban mereka memberi kurban kepada Allah (Flp. 2:21, 30; 4:18).

Mengingat tiga hal ini ketika membaca surat Filipi dapat menolong kita membentuk cara berpikir, merasa, dan bertindak seperti Kristus ketika kita menikmati persekutuan orang Kristen bersama Allah dan satu sama lain, jika Tuhan mengizinkan.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
David E. Briones
David E. Briones
Dr. David E. Briones adalah associate professor bidang Perjanjian Baru di Westminster Theological Seminary dan seorang penatua pengajar di Orthodox Presbyterian Church. Ia adalah penulis buku Paul’s Financial Policy: A Socio-Theological Approach.