3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Galatia
19 Juni 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Filipi
24 Juni 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Galatia
19 Juni 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Filipi
24 Juni 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Efesus

Bersama surat Roma, surat Paulus kepada jemaat di Efesus merupakan contoh klasik yang mengungkapkan pemikirannya. Kitab Efesus berisi hal-hal surgawi dan memberitakan kebenaran-kebenaran yang luas, namun tetap dapat dipahami dan bersifat pragmatis dalam ajaran-ajarannya. Berikut ini adalah tiga hal yang perlu Anda tahu ketika membaca surat Paulus kepada jemaat di Efesus.

1. Surat Efesus bersifat luas dan umum secara disengaja

Tidak seperti surat Kolose, di mana Paulus belum pernah berjumpa dengan orang-orang yang kepadanya ia menuliskan surat, ia telah menggembalakan jemaat Efesus selama tiga tahun (Kis. 20:31). Dalam masa itu, ia rutin mengajar di aula pengajaran publik, meletakkan dasar ajaran kristiani yang luas di kota Efesus sebelum surat ini ia tulis (Kis. 19:9-10). Maka, apa yang ditulis oleh Paulus bukanlah sebuah reaksi terhadap ajaran sesat (seperti surat Kolose) atau terhadap skandal publik (seperti surat 1-2 Korintus), melainkan Injil yang penting. Surat Efesus adalah surat umum yang mulia dan agung. Surat ini adalah kesimpulan, puncak pemahaman dari pengajaran Injil yang telah bertahun-tahun ia berikan sebagai gembala mereka.

Rangkuman Paulus yang seimbang menyajikan dua fungsi utama iman: menerima penebusan yang telah diselesaikan Yesus Kristus dan merespons dengan ketaatan yang baru. Pasal 1-3 meletakkan fakta-fakta Injil dengan menunjukkan rencana kekal Allah untuk memberkati umat-Nya, memberi hidup yang baru kepada orang-orang yang dahulu mati secara rohani, menyatukan orang-orang yang telah terpisah dan jauh menjadi satu Gereja, dan “melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita” (Ef. 1:3-14; 2:1-10, 11-22; 3:20). Tiga pasal pertama pada dasarnya mengajukan pertanyaan, “Maukah engkau percaya?”

Di dalam tiga pasal terakhir, Paulus menjelaskan bagaimana memberikan respons yang setia terhadap penebusan. Cara “hidup” seseorang merupakan motif di dalam surat ini. Istilah tersebut pertama kali muncul ketika ia menggambarkan bagaimana orang-orang yang tidak percaya “hidup” dalam pelanggaran dan dosa (Ef. 2:1-2). Namun, dimulai dari Efesus 4, orang-orang percaya dipanggil untuk “hidup” sebagai respons atas iman. Paulus memanggil umat yang setia untuk hidup yang berpadanan dengan Kristus (Ef. 4:1). Lalu, ada pula panggilan untuk tidak hidup seperti orang-orang yang tidak percaya, tetapi hidup dalam kasih, hidup sebagai anak-anak terang, dan hidup dalam hikmat (Ef. 4:17; 5:2, 8). Pasal 4-6 mengajukan pertanyaan, “Maukah engkau taat?”

2. Orang-orang Kristen di Efesus dikucilkan

Orang-orang Kristen di kota Efesus adalah sebuah kelompok minoritas kecil di kota metropolitan yang besar. Jumlah penduduk Efesus diperkirakan 200.000 – 250.000 jiwa. Hanya kota Atena dan Roma yang lebih besar dari kota itu. Agama yang paling utama di Efesus melibatkan penyembahan kepada Artemis. Namun, ada banyak kepercayaan lain, termasuk penyembahan kaisar. Meski agama-agama lain diterima, agama Kristen tidak, sebab dianggap sebagai ancaman terhadap kehomatan dan keagungan Artemis (lihat Kis. 19:27). Orang-orang Kristen Efesus masih mengingat peristiwa kerusuhan yang dipicu oleh seorang tukang perak, di mana beberapa dari mereka diserang dan diseret ke amfiteater. Beberapa dari mereka ada di sana ketika kumpulan lima puluh ribu orang yang marah berteriak-teriak: “Besarlah Artemis, dewi orang Efesus!” (Kis. 19:23-41). Orang-orang Kristen di Efesus menjalankan hidup mereka dengan  kalah dalam jumlah, dalam bayang-bayang Kuil Artemis, dikelilingi oleh kepercayaan takhayul, dan di bawah ancaman kekerasan yang dapat terulang.

Orang-orang Kristen Efesus ditolak bukan hanya oleh dunia pagan, tetapi juga oleh kalangan sinagoge. Sebelum penduduk Efesus lainnya mendengar berita Injil, sinagoge Yahudi telah menolaknya dan “mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak” (Kis. 19:9). Pengucilan terhadap orang-orang Kristen Efesus melatarbelakangi ajaran Paulus tentang gereja sebagai keluarga Allah dan tubuh Kristus (Ef. 2:11-22; 4:1-16; 5:23-30). Di dalam Kristus, setiap orang percaya diterima. Misteri rencana Allah yang kekal bagi mereka telah disingkapkan. Mereka sekarang aman.

3. Jemaat di Efesus tumbuh di tengah-tengah peperangan rohani

Bahaya-bahaya yang dihadapi oleh orang-orang Kristen Efesus bukan hanya berbentuk ancaman kekerasan fisik atau pengucilan sosial, tetapi juga serangan kuasa-kuasa jahat. Paulus memperingatkan tentang “pemerintah”, “penguasa”, dan “kuasa-kuasa dunia yang gelap” (Ef. 6:12). Kebanyakan orang Kristen tidak asing dengan istilah “perlengkapan senjata Allah” di dalam pasal 6. Mungkin yang kurang diketahui adalah situasi yang melatarbelakangi teks tersebut.

Kota Efesus adalah pusat praktik sihir (Kis. 19:18-19). Kota itu menyambut baik segala ahli sulap dan tukang sihir. Mereka dipercaya dapat menarik kuasa dari penyembahan kepada Artemis dan praktik-praktik kepercayaan yang lain. Kita mungkin tergoda untuk berkata bahwa ilah palsu sesungguhnya “tidak ada apa-apa” dan karenanya, itu bukan ancaman (1Kor. 8:4). Namun, Paulus mengoreksi pendekatan yang meremehkan itu dan memperingatkan bahwa roh-roh jahat berada di balik setiap berhala dan mereka menerima penyembahan manusia (1Kor. 10:20). Karena itu, kota Efesus adalah pusat kegelapan rohani dan serangan roh-roh jahat.

Meskipun terancam, gereja terus bertumbuh. Jemaat Efesus setia (Ef. 1:15; lihat juga Why. 2:1-3). Tuhan menunjukkan melalui mereka apa yang pernah Ia janjikan: jika kita percaya kepada Injil, kita “dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Roh Kudus itulah jaminan warisan kita sampai kita memperoleh penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Ef. 1:13-14; penekanan ditambahkan).


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
David Barry
David Barry
Dr. David P. Barry adalah pendeta senior di First Presbyterian Church di Coral Springs, Florida. Ia adalah penulis The Exile of Adam in Romans.