


3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Habakuk
06 Februari 2025


5 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Menjadi Orang Tua
13 Februari 20253 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Yudas


Banyak orang sekarang ini tergoda untuk menyerah dalam perjuangan mencari kebenaran yang absolut, meninggalkan kepercayaan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, dan menerima pluralitas kepercayaan di seluruh dunia sebagai jalan keselamatan yang sah. Sedihnya, gereja-gereja pun tidak kebal terhadap ajaran-ajaran yang marak seperti itu. Bahkan, beberapa gereja telah menyerah kepada tekanan tersebut, berpaling dari kebenaran untuk menerima ajaran yang salah. Surat Yudas, yang banyak berbicara tentang hal-hal ini, sering kali telah diabaikan. Mungkin sebabnya adalah karena surat ini, meski singkat, sarat dengan majas alusio yang sulit dimengerti dan membingungkan. Namun, pesan yang disampaikan dalam surat Yudas secara khusus diperlukan sekarang ini, sebab mengingatkan “mereka yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa dan dipelihara untuk Yesus Kristus” (Yud. 1) agar memperjuangkan iman dan bertahan di dalamnya.
Yudas, penulis dari surat yang menyandang namanya, adalah adik dari Yesus dan Yakobus. Nama yang terakhir merupakan seorang pemimpin yang penting pada gereja mula-mula, dan penulis dari surat yang menyandang namanya (Mrk. 6:1-6; Kis. 15:13-21; Gal. 2:9; Yak. 1:1). Menariknya, Yudas bukan pengikut Yesus selama kehidupan dan pelayanan-Nya di dunia (Yoh. 7:5), tetapi kemudian memiliki iman yang menyelamatkan setelah kebangkitan Yesus (Kis. 1:12-14). Karena kesamaan dalam isinya, surat Yudas kemungkinan ditulis sekitar waktu yang sama dengan surat 2 Petrus, yaitu pada pertengahan tahun 60-an Masehi.
Surat Yudas mengungkapkan bahwa ia menulis kepada sebuah jemaat, atau kelompok jemaat tertentu, di mana “ada orang tertentu yang telah menyusup di tengah-tengah kamu… Mereka adalah orang-orang fasik yang menyalahgunakan anugerah Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita Yesus Kristus” (Yud. 4). Karena banyaknya majas alusio pada Perjanjian Lama dan karya sastra Yahudi, para pembaca surat Yudas kemungkinan adalah orang-orang Kristen Yahudi, meskipun beberapa ahli meyakini bahwa majas-majas alusio ini lebih mengungkapkan latar belakang Yudas sendiri daripada pembacanya.
Penting untuk diketahui, Yudas mendasarkan panggilannya untuk bertindak dalam kasih perjanjian Allah. Pertama, ia memberitahu orang-orang percaya siapa mereka dalam terang siapa Allah itu. Kemudian, ia mengajak orang-orang percaya untuk memperjuangkan iman dan terus hidup di dalamnya. Yudas memusatkan pikiran pembacanya kepada tema kemuliaan, keagungan, kekuasaan, dan otoritas Allah Tritunggal supaya mereka diperlengkapi untuk memperjuangkan iman dan tetap teguh di dalamnya.
1. Orang-orang percaya dipanggil oleh Allah
Yudas mengalamatkan suratnya kepada “mereka yang terpanggil” (Yud. 1). Ketika Allah memanggil orang-orang kepada diri-Nya, mata mereka dibukakan “supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah” (Kis. 26:18). Karena dipersatukan kepada Kristus oleh iman, orang-orang percaya “dikasihi dalam Allah Bapa” (Yud. 1). Karena dipilih di dalam Kristus “sebelum dunia dijadikan” (Ef. 1:4), mereka “dipelihara untuk Yesus Kristus” (Yud. 1). Orang-orang yang dipanggil Allah juga dibenarkan dan dimuliakan oleh-Nya (Rm. 8:30). Karena itu, Allah sendiri “berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu tanpa noda dan dengan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya” (Yud. 24).
2. Orang-orang percaya harus memperjuangkan iman
Yudas “merasa terdorong untuk menulis” kepada orang-orang percaya yang ia tuju, dan menasihati mereka agar “tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yud. 3). Ia mengingatkan orang-orang percaya bahwa mereka harus berjuang untuk iman yang begitu berharga bagi mereka, khususnya di tengah-tengah ajaran-ajaran sesat tentang anugerah yang menyusup ke dalam jemaat-jemaat tanpa disadari. Untuk mendorong mereka memperjuangkan iman, Yudas mengingatkan para pembacanya tentang hukuman Allah yang menimpa orang-orang fasik, dengan memakai contoh-contoh dari masa lalu untuk memperingatkan tentang hukuman atas orang-orang fasik di masa depan (Yud. 5-16).
3. Orang-orang percaya harus terus hidup dalam iman
Karena orang-orang percaya bisa saja menjadi tumpul terhadap kebenaran, mudah menerima ajaran yang salah, menyelewengkan anugerah Allah yang sejati, dan menyangkali Kristus sebagai Tuan dan Tuhan mereka, Yudas mengajak mereka untuk terus “membangun dirimu di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoa dalam Roh Kudus, peliharalah dirimu dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal” (Yud. 20-21). Selain itu, orang-orang percaya yang kuat harus menunjukkan belas kasihan kepada yang lemah/ ragu, dan menolong mereka menghindari ajaran yang salah dengan mengingatkan mereka tentang kebenaran (Yud. 22-23).
Mungkin Anda telah menyerah dalam perjuangan iman Anda sekarang ini, dengan diam-diam menerima panggilan budaya untuk merangkul pluralisme. Atau, mungkin Anda telah tergelincir dari kepercayaan kepada doktrin-doktrin iman yang utama dan mengikuti jalan yang berbeda. Mungkin Anda telah meninggalkan kegiatan Pendalaman Alkitab karena mengalami musim kehidupan yang sulit dan Anda perlu kembali berkomitmen untuk mempelajari Alkitab dengan tekun. Atau, mungkin Anda perlu diingatkan kembali bahwa ajaran sesat masih menyusup ke dalam gereja-gereja sekarang ini. Mungkin Anda perlu mengingat betapa agungnya Allah Tritunggal di tengah-tengah masyarakat yang pluralistis. Apa pun itu, Yudas memiliki sebuah pesan yang tepat bagi kita semua. Ia memanggil kita untuk memperjuangkan iman dan terus hidup di dalamnya, sembari mendasarkan kita pada jaminan keselamatan serta kebesaran dan kekekalan dari kemuliaan, keagungan, kekuasaan, dan otoritas Allah.
Artikel ini adalah bagian dari kumpulan artikel yang berjudul Every Book of the Bible: 3 Things to Know.