3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Amos
20 Maret 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Amsal
27 Maret 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Amos
20 Maret 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Amsal
27 Maret 2025

3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Ayub

1. Kitab Ayub adalah sebuah kitab kuno tentang seorang bapa leluhur non-Yahudi.

Kitab Ayub ditempatkan dalam kanon Perjanjian Lama di antara kitab Ester dan Mazmur. Penempatan ini terkadang menyebabkan kesimpulan yang salah tentang siapa Ayub dan kapan dia hidup.

Pertama, sebagian besar ahli sepakat bahwa Ayub bukanlah orang Israel. Kesimpulan ini berasal dari fakta bahwa dia tinggal di tanah Us dan bukan di tanah Kanaan (Ayb. 1:1). Mungkin Ayub tinggal di tanah Edom karena kitab Ratapan mengasosiasikan Edom dengan Us (Rat. 4:21). Meskipun Ayub bukan orang Israel, tidak diragukan lagi bahwa dia menyembah dan melayani Allah Israel. Kenyataan bahwa Ayub hidup di luar Israel mungkin menunjukkan fakta bahwa hikmat kitab Ayub, seperti halnya Amsal, bersifat universal, berbicara tentang isu-isu (seperti penderitaan) yang merupakan pergumulan semua manusia.

Kesalahpahaman kedua berkaitan dengan garis waktu peristiwa-peristiwa dalam kitab Ayub, yang tidak sama dengan garis waktu peristiwa-peristiwa dalam kitab Ester (486-485 SM). Sebaliknya, peristiwa-peristiwa tersebut lebih selaras dengan kerangka waktu periode Abraham dan bapa-bapa leluhur (sekitar 2100-1800 SM). Sesungguhnya, banyak ahli percaya bahwa Ayub mendahului perjanjian Abraham. Ada beberapa faktor yang mendukung argumen bahwa Ayub hidup pada periode bapa-bapa leluhur. Pertama, nama-nama ilahi yang digunakan untuk Allah dalam kitab Ayub mirip dengan nama-nama yang digunakan dalam kitab-kitab yang berasal dari periode bapa-bapa leluhur. Kedua, deskripsi kekayaan Ayub (yaitu, jumlah ternak, budak, logam mulia) juga konsisten dengan periode bapa-bapa leluhur. Ketiga, masa hidup Ayub adalah 140 tahun (Ayb. 42:16) sesuai dengan masa hidup para bapa leluhur. Keempat, dan yang paling meyakinkan, Ayub berperan sebagai imam bagi keluarganya, menunjukkan bahwa keimaman Lewi belum terbentuk (Ayb. 1:5).

2. Kitab Ayub mengajarkan kita bahwa Allah mengizinkan orang benar untuk menderita sesuai dengan tujuan-Nya yang bijaksana.

Sering kali orang berpikir bahwa kitab Ayub menjelaskan misteri penderitaan manusia; ternyata tidak. Akan tetapi, kitab Ayub memang menjelaskan kepada kita mengapa Ayub menderita (meskipun alasannya tidak pernah diberitahukan kepada Ayub sendiri). Ayub menderita karena Iblis menantang bahwa satu-satunya alasan Ayub menyembah Allah adalah karena Allah telah memberkati Ayub. Apabila Allah mencabut berkat-berkat ini, Iblis memprediksi bahwa Ayub akan mengutuk nama Allah (Ayb. 1:9-11). Allah, dalam kedaulatan-Nya yang mutlak, mengizinkan Iblis menguji hipotesisnya, dan Iblis terbukti salah, sehingga membenarkan baik Allah maupun Ayub. Allah terbukti layak disembah semata-mata karena siapa Dia, dan Ayub terbukti sebagai orang yang berintegritas.

Namun, pelajaran dari kisah Ayub tidak boleh dibatasi hanya pada satu orang kuno yang tinggal di tanah Us. Catatan tentang hubungan misterius antara kedaulatan Allah, penderitaan manusia, dan kebenaran pribadi ini berbicara tentang isu-isu universal yang lebih besar yang berkaitan dengan kondisi manusia dan menawarkan sebuah koreksi terhadap teologi yang buruk. Kisah Ayub melakukan hal ini dengan meneguhkan prinsip bahwa penderitaan tidak selalu terkait dengan keberdosaan. Kitab Ayub mengajarkan kepada kita bahwa orang benar juga akan menderita di dalam dunia yang telah jatuh. Seperti yang dinyatakan dalam Ayub 1:1, Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, dan menjauhi kejahatan. Namun, seperti yang dinyatakan sisa kitab ini, ia sangat menderita.

Dengan memberikan kepada kita teladan tentang orang benar yang menderita, kitab Ayub menyediakan bagi kita koreksi yang berguna terhadap apa yang kadang-kadang disebut sebagai “teologi retribusi.” Teologi retribusi menyatakan bahwa manusia menderita sebagai akibat dari tindakan-tindakan mereka yang tidak benar dan diberi upah atas tindakan-tindakan mereka yang benar. Teman-teman Ayub menganut teologi yang keliru ini, dan kita sebagai orang percaya modern dapat tergoda untuk melakukan hal yang sama. Syukurlah, kitab Ayub menyingkapkan kekeliruan dalam pemikiran seperti itu dengan mengingatkan kita bahwa Allah mengizinkan orang benar untuk menderita demi tujuan-Nya yang baik dan bijaksana, bahkan ketika rincian dari tujuan tersebut sering kali tidak diungkapkan kepada mereka yang menanggung penderitaan tersebut.

3. Kitab Ayub memberikan bayangan akan karya penebusan Yesus Kristus.

Salah satu cara kitab Ayub mengarahkan kita kepada karya Yesus Kristus adalah melalui keinginan Ayub agar ada seseorang yang menjadi perantara antara dirinya dengan Allah. Seiring kisahnya berkembang, Ayub mulai mempertanyakan Allah dan, pada satu titik, menjadi kesal, berseru meminta seorang pengantara untuk mewakilinya di hadapan Allah (Ayb. 9:32-35). Tentu saja, Perjanjian Baru menyatakan kepada kita bahwa Allah telah menyediakan pengantara seperti itu di dalam Yesus Kristus (1 Tim. 2:5-6).

Namun, cara utama kitab Ayub memberikan bayangan akan karya penebusan Kristus adalah dengan mengajarkan kepada kita bahwa seorang yang benar dapat mengalami penderitaan yang besar untuk menggenapi tujuan-tujuan Allah yang bijaksana. Seperti yang telah kita lihat, Ayub yang benar diijinkan untuk menderita untuk membenarkan baik Allah maupun Ayub. Tentu saja, Yesus, yang benar secara sempurna dalam segala hal, diijinkan untuk menanggung murka Allah untuk mencapai tujuan-tujuan bijaksana dari rencana penebusan Allah dan memperoleh keselamatan bagi umat-Nya. Kisah Ayub menjadi bayang-bayang bagi kisah salib, dan di dalam kisah salib inilah kita menemukan makna dan arti penderitaan yang sesungguhnya.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Anthony T. Selvaggio
Anthony T. Selvaggio
Pendeta Anthony T. Selvaggio adalah pendeta senior di Rochester Christian Reformed Church di Rochester, New York. Dia adalah penulis atau editor dari beberapa buku, termasuk From Bondage to Liberty: The Gospel according to Moses dan A Proverbs Driven Life dan Considering Job.