Via, Veritas, Vita (Jalan, Kebenaran, Hidup)
01 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Keluaran
19 April 2024
Via, Veritas, Vita (Jalan, Kebenaran, Hidup)
01 April 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Keluaran
19 April 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Kejadian

Sebagian besar pembaca modern tidak melihat kitab Kejadian sebagai karya literatur yang ditulis dengan cermat. Kita sangat terbiasa membacanya sedikit demi sedikit. Kebiasaan orang Kristen membacanya di publik maupun waktu pribadi melemahkan pemikiran bahwa kitab Kejadian harus dipahami sebagai satu kitab yang koheren. Akibatnya, aspek-aspek yang penting terlewatkan. Izinkan saya menyebutkan tiga fitur penting dari kitab Kejadian yang harus kita cermati.

1. Kitab Kejadian ditulis untuk menelusuri sejarah dari satu garis keturunan keluarga yang unik

Pertama, kitab Kejadian ditulis untuk menelusuri sejarah dari satu garis keturunan keluarga yang unik yang menyoroti satu anggota laki-laki di setiap generasi (patrilineal). Istilah genesis (bahasa Inggris untuk kitab Kejadian) dalam bahasa Yunani sebenarnya berarti “silsilah”. Patrilinieal ini dimulai dari Adam dan diteruskan melalui anak ketiganya, Set, kepada Nuh (lihat Kej. 5:1-32). Dari Nuh, patrilineal tersebut berlanjut melalui Sem kepada Abraham (Kej. 11:10-26). Setelah itu, tempo kisahnya melambat, tetapi perhatian pada garis keturunan keluarga yang unik tersebut berlanjut. Kemandulan Sara adalah sebuah hambatan utama terhadap kelanjutannya, tetapi Allah memampukan Sara melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ishak. Setelah Ishak, patrilineal berlanjut kepada Yakub (di kemudian hari diberi nama “Israel”), saudara kembar Esau yang lebih muda. Esau seharusnya meneruskan patrilineal tersebut, tetapi ia menyepelekan hak kesulungannya, dan menjualnya kepada adiknya, Yakub—yang ingin menjadi bagian dari patrilineal tersebut—demi semangkuk kacang merah (Kej. 25:29-34). Setelah Yakub, partrilineal tersebut dikaitkan dengan Yusuf (lihat 1Taw. 5:1-2) dan anaknya yang lebih muda, Efraim, yang ditempatkan Yakub mendahului kakaknya, Manasye (Kej. 48:13-20). Menariknya, kitab Kejadian kerap memberi petunjuk tentang mengapa anak laki-laki yang sulung dilewatkan dalam patrilineal tersebut (misalnya, hubungan tidak pantas antara Ruben dengan Bilha; lihat Kej. 35:22).

Meski Yusuf menikmati prioritas lebih dari kakak-kakaknya, kitab Kejadian memperkenalkan sebuah kejutan dalam sejarah patrilineal tersebut. Di dalam Kejadian 38, sebuah pasal yang kerap dilewatkan sebagai menginterupsi kisah tentang kehidupan Yusuf, perhatian diarahkan kepada Yehuda. Bila dibaca dengan mengamati patrilineal tersebut, Kejadian 38 adalah tentang menelusuri garis keturunan Yehuda, yang sepertinya berada dalam bahaya ketika anak-anak laki-lakinya yang tertua dimatikan Allah. Intervensi Tamar yang tidak lazim membuat suatu perubahan radikal dalam kehidupan Yehuda dan membuahkan kelahiran anak kembar. Melalui kelahiran tersebut, prinsip primogeniture (hak warisan anak laki-laki pertama) sekali lagi dibalikkan ketika Peres menerobos keluar di depan Zerah. Di kemudian hari Yakub akan mengumumkan berkat atas Yehuda yang menunjukkan bahwa posisi raja akan terkait dengan keturunannya (Kej. 49:8-12). Berkat ini terwujud berabad-abad kemudian pada zaman Samuel (lihat Mzm. 78:67-72).

Mengapa patrilineal ini begitu penting? Dimulai dari Kejadian 3:15, garis tersebut diberikan sebagai petunjuk yang mengarah kepada keturunan Hawa di masa depan yang akan menghancurkan si ular, musuh utama Allah. Seiring kelanjutan kisah dalam kitab Kejadian, kita menemukan bahwa keturunan yang dijanjikan tersebut akan menjadi raja yang akan menjadi saluran berkat Allah kepada bangsa-bangsa di bumi dan, sebagai wakil Allah yang sempurna, Ia akan mendirikan Kerajaan Allah. Dengan semua harapan ini, kitab Kejadian menantikan kedatangan Yesus Kristus.

2. Allah mengikat perjanjian kekal dengan Abraham, menjadikannya bapa bagi banyak bangsa

Kedua, membangun di atas patrilineal dalam kitab Kejadian, Allah mengikat sebuah perjanjian yang kekal dengan Abraham, menyatakan bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa (Kej. 17:4-5). Sebagian besar pembaca kitab Kejadian, dan banyak ahli Alkitab, berfokus pada perjanjian di dalam Kejadian 15, yaitu tentang Abraham menjadi bapa dari satu bangsa Israel. Namun, perjanjian di dalam Kejadian 17 adalah jauh lebih penting dan, dengan memasukkan perjanjian sebelumnya, memperluas Abraham sebagai bapa bangsa-bangsa. Abraham sebagai bapa ini tidak bersifat biologis, melainkan rohani. Perjanjian sunat menjamin bahwa salah satu keturunan Abraham akan membawa berkat Allah kepada orang-orang yang mengakui Dia sebagai Raja. Karena itu, harapan bangsa-bangsa melayani seorang raja di masa depan tercermin dalam berkat-berkat bapa leluhur yang diberikan oleh Ishak kepada Yakub (Kej. 27:29), dan Yakub kepada Yehuda (Kej. 49:10). Ketika kita melompat ke Perjanjian Baru, kita akan melihat bahwa Rasul Petrus melihat Yesus Kristus sebagai Dia yang menggenapi janji-janji yang diberikan kepada Abraham tersebut (Kis. 3:25-26). Serupa dengan itu, menurut Rasul Paulus, janji-janji yang terkait dengan perjanjian sunat merupakan dasar bagi orang-orang non-Yahudi untuk dimasukkan ke dalam umat Allah (Gal. 3:15-29).

3. Tema berkat dikaitkan dengan patrilineal yang akhirnya mengarah pada Yesus Kristus

Fitur ketiga kitab Kejadian yang sering kali tidak dihargai adalah bagaimana tema berkat dikaitkan dengan patrilineal yang akhirnya mengarah pada Yesus Kristus. Di Taman Eden, perbuatan Adam dan Hawa menyebabkan kutuk ilahi yang berdampak negatif terhadap umat manusia. Dalam kontras yang jelas, panggilan Allah kepada Abraham menawarkan potensi berkat ilahi bagi semua kaum di muka bumi (Kej. 12:1-3). Tema berkat ini nantinya dikaitkan dengan keturunan Abraham (Kej. 22:18). Meski orang-orang sering mengira bahwa berkat tersebut akan mengalir melalui bangsa Israel secara keseluruhan, kitab Kejadian membatasi sumber berkat tersebut pada anggota-anggota patrilineal berikutnya. Berkat (berakah) ini dikaitkan dengan pribadi yang memiliki hak sulung (bekorah). Hal ini terutama tampak di dalam kisah tentang Esau dan Yakub, di mana Yakub adalah orang yang membawa berkat bagi orang lain, sebuah fakta yang diakui oleh pamannya, Laban (Kej. 30:27-30). Serupa dengan itu, Yusuf adalah sumber berkat bagi orang lain. Hal ini ditegaskan di dalam Kejadian 39:5, yaitu atas segala yang dimiliki Potifar “baik yang di rumah maupun yang di ladang”. Meski sempat dipenjara, selanjutnya Yusuf ditinggikan menjadi “bapa bagi Firaun” (Kej. 45:8) dan sumber berkat kepada berbagai bangsa dalam masa kelaparan yang parah.

Pembacaan kitab Kejadian secara menyeluruh mengungkapkan bahwa kitab tersebut ditulis dengan canggih. Sebagai sebuah kolase literatur, kitab Kejadian menarik dari berbagai jenis materi untuk menyampaikan satu kesatuan pesan yang secara penting menunjuk kepada Yesus Kristus, sumber berkat ilahi bagi kita semua.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
T. Desmond Alexander
T. Desmond Alexander
Dr. T. Desmond Alexander adalah dosen senior di bidang Studi Biblika dan direktur studi pascasarjana di Union Theological College di Belfast, Irlandia Utara. Ia adalah ko-editor The New Dictionary of Biblical Theology, dan penulis beberapa buku, termasuk From Paradise to the Promised Land dan From Eden to the New Jerusalem.