3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat 2 Korintus
17 Juni 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Efesus
21 Juni 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat 2 Korintus
17 Juni 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Efesus
21 Juni 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Galatia

1. Surat Galatia membela Injil Paulus sebagai Injil yang berasal dari Kristus

Beberapa pembaca mungkin tidak tahu bahwa keabsahan kerasulan Paulus diserang oleh musuh-musuhnya di kota Galatia. Mereka mengklaim bahwa Paulus bukanlah benar-benar seorang rasul. Bagaimanapun juga, ia bukan pengikut Yesus waktu Ia melayani di bumi. Selain itu, mereka menekankan bahwa Injil Paulus bertentangan dengan Injil yang diajarkan di Yerusalem oleh Petrus, Yohanes, dan Yakobus. Dengan kata lain, para penghasut itu berkata bahwa Injil Paulus bergantung pada para Rasul di Yerusalem tetapi ada lagi: mereka juga menuduh Paulus menyelewengkan Injil yang diajarkan para Rasul di Yerusalem.

Karena itu, di dalam dua pasal yang pertama, Paulus membela keabsahan Injil yang ia beritakan. Ia menekankan bahwa Injil yang ia beritakan diwahyukan kepadanya secara supranatural dalam perjalanan ke Damsyik oleh Yesus Kristus sendiri. Injil Paulus tidak dapat dikatakan berasal dari pemikirannya sendiri, melainkan diberikan kepadanya secara independen oleh Yesus. Bukan hanya itu—ketika Paulus pergi ke Yerusalem empat belas tahun kemudian, Rasul Petrus, Yakobus, dan Yohanes menyetujui Injil yang diberitakan Paulus. Mereka mengakui bahwa  Injil Paulus adalah Injil yang sejati, Injil yang sama yang mereka beritakan. Sesungguhnya, Paulus bahkan menegur Petrus ketika ia mengompromikan Injil di Antiokhia (Gal. 2:11-14). Maka, di dalam dua pasal pertama surat Galatia, Paulus menunjukkan bahwa ia menerima Injil-nya langsung dari Yesus dan bahwa ia tidak menyelewengkan pesan yang diajarkan oleh para Rasul di Yerusalem. Mereka semua mengajarkan Injil yang sama.

2. Surat Galatia mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman, bukan karena perbuatan baik

Surat Galatia adalah surat pertama yang di dalamnya Paulus menyerukan kebenaran bahwa orang percaya dibenarkan bukan karena melakukan Taurat, melainkan melalui iman dalam Yesus Kristus. Musuh-musuhnya bersikeras mengatakan bahwa seseorang harus memelihara Taurat dan disunat untuk memperoleh keselamatan (Gal. 5:2-4; 6:12-13; lihat juga Kej. 17:9-14; Kis. 15:1-15). Apa yang tidak dipahami oleh musuh-musuhnya adalah bahwa perjanjian baru telah tiba dengan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Orang percaya tidak lagi berada di bawah ketentuan-ketentuan perjanjian Musa, termasuk sunat. Tentu saja, orang percaya selalu diselamatkan oleh iman, sebagaimana ditunjukkan Paulus dengan menggunakan contoh Abraham (Gal. 3:6-9). Sekarang setelah Mesias datang, menjadi jelas bahwa seseorang diselamatkan bukan karena melakukan hukum Taurat, melainkan melalui iman dalam Yesus.

Kabar baiknya adalah bahwa kita dibenarkan—artinya, dinyatakan benar di hadapan Allah—bukan dengan mencapai sesuatu tetapi dengan percaya, bukan dengan melakukan melainkan dengan bergantung pada anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Sekiranya ada pembenaran melalui Hukum Taurat, sia-sialah kematian Kristus (Gal. 2:21). Kebenaran tidak pernah didapatkan melalui ketaatan manusia sebab Allah menuntut ketaatan yang sempurna, sedangkan kutuk menimpa semua orang yang gagal memenuhi segala sesuatu yang diperintah Allah (Gal. 3:10). Kutuk tersebut hanya dapat disingkirkan melalui kematian Yesus yang menanggung kutuk tersebut bagi kita ketika Ia digantung pada tiang kayu (Gal. 3:13). Maka, surat Galatia menonjol sebagai surat pertama yang menyatakan bahwa orang percaya diselamatkan hanya oleh anugerah, hanya melalui iman, hanya dalam Kristus, dan hanya demi kemuliaan Allah saja.

3. Surat Galatia menekankan ketaatan yang diarahkan oleh Roh Kudus

Paulus juga menekankan pentingnya ketaatan di dalam surat Galatia. Ketaatan yang demikian bukanlah dasar bagi pembenaran kita atau hubungan kita yang benar dengan Allah. Satu-satunya dasar atas hal-hal ini adalah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, yang mengampuni dosa-dosa kita dan mengimputasikan kebenaran-Nya kepada kita. Namun, adalah sebuah kesalahan jika kita menyimpulkan bahwa ketaatan itu tidak ada konsekuensinya.

Paulus dengan sangat tegas menekankan bahwa orang yang mempraktikkan perbuatan-perbuatan daging tidak akan mewarisi Kerajaan Allah (Gal. 5:19-21). Begitu juga, siapa yang menabur dalam dagingnya ia akan menuai kebinasaan, tetapi siapa yang menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal (Gal. 6:8). Namun, hidup baru orang percaya tidak dihasilkan oleh dirinya sendiri, ataupun bertentangan dengan Injil kasih karunia. Orang percaya memerlukan kuasa supranatural, dan kuasa itu berasal dari Roh Kudus. Maka, Paulus menasihati orang percaya untuk hidup di dalam Roh (Gal. 5:16), dipimpin dan diarahkan oleh Roh Kudus (Gal. 5:18), untuk menghasilkan buah yang berasal dari Roh (Gal. 5:22-23), hidup berjalan seiring (LAI: dipimpin oleh) Roh (Gal. 5:25), dan menuai dari Roh (Gal. 6:8). Paulus tidak jatuh ke dalam legalisme sebab ketaatan orang percaya sepenuhnya karena anugerah.

Kesimpulan

Ada tiga hal yang menonjol di dalam surat Galatia. Pertama, oleh kasih karunia Kristus, Paulus dipanggil dalam perjalanan ke Damsyik untuk menjadi seorang rasul. Kedua, Injil mengajarkan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman, bukan oleh perbuatan, dan bahwa pembenaran kita bersandar pada kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, yang telah mati menggantikan kita dan menanggung kutuk yang seharusnya kita terima. Ketiga, orang percaya menjalani hidup baru bukan dengan kekuatannya sendiri tetapi dengan kuasa Roh Kudus, bukan untuk memperoleh imbalan dari Allah tetapi karena karya anugerah Allah di dalam hidupnya.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Thomas Schreiner
Thomas Schreiner
Dr. Thomas L. Schreiner adalah James Buchanan Harrison Professor bidang Penafsiran Perjanjian Baru dan associate dean di Southern Baptist Theological Seminary di Louisville, Kentucky. Ia adalah penulis The King in His Beauty: A Biblical Theology of the Old and New Testaments.