Apa Kehendak Allah bagi Hidup Saya?
11 Juli 2024
Apa Artinya Allah itu Baik?
18 Juli 2024
Apa Kehendak Allah bagi Hidup Saya?
11 Juli 2024
Apa Artinya Allah itu Baik?
18 Juli 2024

Mengapa Saya Mencintai Kitab Mazmur

Pada sebuah konferensi baru-baru ini, saya ditanya tentang kitab favorit saya dalam Alkitab. Reaksi awal saya adalah bertanya-tanya apakah itu pertanyaan yang buruk. Bukankah seharusnya kita menyukai semua Firman Allah dengan sama rata? Kemudian saya berpikir bahwa saya perlu bekerja sama, dan saya bertanya pada diri saya sendiri kitab apa yang paling sering saya buka dan nikmati. Saya menyadari bahwa jawabannya mudah. Dalam beberapa tahun terakhir, kitab itu adalah kitab Mazmur.

Saya menjadi percaya pada Kristus saat masih duduk di bangku SMP melalui pelayanan sebuah gereja yang terutama menyanyikan kitab Mazmur. Jadi, selama bertahun-tahun, saya telah hidup bersama kitab Mazmur dan mengetahui beberapa hal tentangnya. Namun, baru dalam beberapa tahun terakhir ini saya menemukan bahwa kitab Mazmur sangat relevan dan menarik.

Beberapa fitur dari kitab Mazmur secara khusus menarik bagi saya. Pertama adalah keindahan bahasa dan ungkapan puitisnya dari kebenaran-kebenaran agung yang keluar dari iman. Perhatikanlah kata-kata sederhana ini, “TUHANlah gembalaku” (Mzm. 23:1). Betapa besar penghiburan yang telah diberikan oleh kata-kata tersebut kepada begitu banyak jiwa yang dalam kesusahan. Atau renungkanlah janji penebusan Allah dalam Mazmur 103: “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menyelamatkan nyawamu dari lubang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti rajawali” (ayat 2-5). Atau renungkanlah gambaran yang menyentuh tentang ingatan Allah akan penderitaan kita: “Taruhlah air mataku ke dalam kirbat-Mu” (Mzm. 56:9).

Daya tarik kedua adalah penemuan bahwa semakin Anda menggali ke dalam kitab Mazmur, semakin banyak yang Anda temukan. Seperti semua puisi yang agung, kitab Mazmur ibarat sebuah tambang dengan begitu banyak kedalaman baru untuk dijangkau dan begitu banyak emas untuk ditemukan. Kitab Mazmur memberikan imbalan yang berlimpah atas usaha apa pun yang kita lakukan untuk mengenalnya dengan lebih baik.

Ketiga, ada mazmur untuk setiap peristiwa. Kitab Mazmur tentunya tidak membuat rujukan eksplisit pada semua peristiwa yang untuknya tersedia kartu ucapan Hallmark. Namun, kitab Mazmur menandai semua momen dan emosi spiritual yang penting dalam kehidupan umat Allah. Seperti yang dikatakan oleh John Calvin, “Saya telah terbiasa menyebut kitab ini, menurut saya bukan dengan tidak tepat, ‘Anatomi dari Semua Bagian Jiwa,’ karena tidak ada emosi yang dapat disadari oleh seseorang yang tidak terwakili di sini seperti di dalam cermin.” Kitab Mazmur mengajarkan kita bagaimana mengekspresikan emosi kita kepada Allah dalam segala situasi dalam hidup kita. Keempat, kitab Mazmur penuh dengan Kristus. Kitab Mazmur bukan hanya secara eksplisit menubuatkan kedatangan Kristus (misalnya, Mzm. 2; 22; 110), tetapi pesan Mazmur juga selalu menarik jiwa kepada Kristus dan karya penyelamatan-Nya yang agung. Seperti yang dikatakan dalam gereja kuno, “Selalu mazmur di mulut, selalu Kristus di dalam hati” (semper in ore psalmus, semper in corde Christus). Kitab Mazmur memperdalam persekutuan kita dengan Kristus.

Apa yang saya temukan dalam kitab Mazmur telah dikenal oleh banyak orang dalam sejarah gereja. Sepanjang sejarah, kitab Mazmur telah dicintai oleh banyak orang Kristen di banyak tempat. Pada periode kuno dan Abad Pertengahan, kitab Mazmur sangat sering dipelajari dan dinyanyikan, terutama dalam biara. Athanasius agung (296-373) berkata, “Saya percaya bahwa manusia tidak dapat menemukan sesuatu yang lebih mulia daripada kitab Mazmur ini, karena kitab ini merangkul seluruh kehidupan manusia, afeksi pikirannya, dan pergerakan jiwanya. Untuk memuji dan memuliakan Allah, seseorang dapat memilih sebuah mazmur yang sesuai untuk setiap kesempatan, dan dengan demikian akan menemukan bahwa mazmur-mazmur itu ditulis untuknya.” Pada masa Reformasi, penemuan kembali Alkitab bagi semua orang di dalam gereja berarti juga penemuan kembali kitab Mazmur. Luther telah mempelajari kitab Mazmur sejak awal sebagai seorang biarawan dan terus mencintainya. Ia menyebut kitab Mazmur sebagai “Alkitab kecil,” dengan mengatakan, “Kitab Mazmur seharusnya menjadi sebuah kitab yang berharga dan dicintai, jika bukan karena alasan lain selain ini: kitab Mazmur menjanjikan kematian dan kebangkitan Kristus dengan sangat jelas—dan menggambarkan kerajaan-Nya serta kondisi dan natur dari seluruh kekristenan—sehingga ia dapat disebut sebagai Alkitab kecil. Di dalamnya terangkum dengan sangat indah dan singkat segala sesuatu yang ada di dalam keseluruhan Alkitab.” 

Di antara kalangan Reformed, kitab Mazmur disusun dalam bentuk syair dan dinyanyikan sebagai buku nyanyian gereja. Kalangan Calvinis mula-mula sangat senang karena dapat menggunakan firman Allah di bibir mereka untuk memuji Dia. John Calvin, yang mengawasi penyusunan seluruh kitab Mazmur ke dalam bentuk syair untuk dinyanyikan, mengungkapkan antusiasmenya terhadap kitab Mazmur dengan kata-kata ini: “Karena berseru kepada Allah adalah salah satu sarana utama untuk memastikan keamanan kita, dan karena aturan yang lebih baik dan lebih tepat untuk membimbing kita dalam praktik ini [doa] tidak dapat ditemukan di tempat lain selain di dalam kitab Mazmur, maka konsekuensinya adalah, kemahiran yang akan dicapai oleh seseorang dalam memahami kitab Mazmur, akan selaras dengan pengetahuannya tentang bagian terpenting dari doktrin surgawi tersebut.”

Para pengikut Calvin berbagi keyakinan yang sama dengan Calvin tentang nilai tersebut. Kita dapat melihatnya dengan jelas, misalnya, dalam pengalaman para Calvinis Prancis yang dikenal sebagai Hugenot. Seperti yang ditulis oleh Bernard Cottret, “Kitab Mazmur adalah Reformasi Prancis.” Kaum Protestan Prancis pada pertengahan abad keenam belas mencintai kitab Mazmur dan menyanyikannya dengan penuh semangat, bahkan dalam perjalanan mereka untuk mati sebagai martir. Kaum Hugenot Prancis menemukan dalam lagu-lagu Kitab Mazmur versi syair mereka, pujian-pujian yang “meminjamkan kekuatan puitis kesalehan Calvin.” Terjemahan puitis dari kitab Mazmur untuk dinyanyikan pada abad keenam belas ini menolong gereja untuk kembali melihat kuasa dan relevansi dari kitab Mazmur.

Akan tetapi, kitab Mazmur lebih dari sekadar inspirasi dan penghiburan bagi orang-orang Kristen Reformed. Kitab Mazmur bahkan lebih dari sekadar cara untuk mengekspresikan sukacita dan kepedihan mereka kepada Allah dalam kata-kata Allah sendiri. Kitab Mazmur menjelaskan kehidupan yang mereka jalani dalam hubungannya baik dengan orang fasik yang menentang mereka maupun dengan Allah yang menopang mereka. Sebagai umat Allah, mereka hidup dalam kitab Mazmur.

Cuplikan ini diadaptasi dari Learning to Love the Psalms oleh W. Robert Godfrey.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
W. Robert Godfrey
W. Robert Godfrey
Dr. W. Robert Godfrey adalah salah satu dewan pengajar di Pelayanan Ligonier dan chairman Pelayanan Ligonier. Ia adalah presiden emeritus dan profesor emeritus bidang sejarah gereja di Westminster Seminary California. Ia adalah pengajar utama untuk banyak seri pengajaran Ligonier, termasuk seri yang terdiri dari enam bagian A Survey of Church History. Ia adalah penulis dari banyak buku, termasuk God’s Pattern for Creation, Reformation Sketches, dan An Unexpected Journey.