TUHAN Semesta Alam
06 November 2023Sion
10 November 2023Kesia-siaan
Kita merasa frustrasi ketika segalanya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Anda menggeledah rak pernak-pernik untuk mencari baterai remot, hanya untuk mendapati bahwa baterai itu tidak lagi memiliki daya, meski itu belum kedaluwarsa.
Usaha yang sia-sia ini memberi kita bayangan akan apa yang dimaksud Alkitab ketika berbicara tentang kesia-siaan. Kesia-sian adalah konsep hikmat yang ditemukan di dalam Perjanjian Lama dan Baru, yang menunjuk kepada apa yang akan berhasil dan apa yang tidak akan berhasil. Kata ini menjadi label peringatan dari Allah untuk menolong kita mengenali hal-hal yang nyata, tahan lama, efektif, dan bernilai, yang berlawanan dengan hal-hal yang hampa, sia-sia, tak berarti, dan cepat berlalu. Kitab Pengkhotbah secara khusus membahas kesia-siaan, dan menerapkannya pada hampir segala aspek kehidupan di bawah matahari, di mana kita mencoba menemukan arti di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini. Gambaran yang diberikan kitab tersebut mengenai rasa frustrasi dan ketidakefektifan mengumandang dalam pengalaman kita.
Sebagai konsep hikmat, kesia-siaan dimaksudkan untuk menahan kita dari mencari arti, tujuan, dan nilai dalam hal-hal yang hanya akan mengecewakan. Ini mencerminkan ungkapan, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Ams. 14:12). Namun, hikmat tidak hanya menolong kita untuk mengenali kesia-sian; hikmat juga mengarahkan kita ke tempat di mana kita dapat menemukan kehidupan yang kita cari. Setelah melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap kesia-siaan, Pengkhotbah memberikan prinsip kerja untuk hidup yang memiliki arti: “Akhir kata dari segala yang didengar ialah takutlah akan Allah dan peliharalah perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang” (Pkh. 12:13). Dengan kata lain, alih-alih mengandalkan apa yang kelihatannya benar bagi kita, atau percaya pada nasihat dunia ini, kita seharusnya mengangkat pandangan kita melampaui tatanan ciptaan untuk mengarahkan telinga kepada Pencipta kita. Setelah mendengar-Nya, kita mempraktikkan apa yang Ia katakan, membentuk pemikiran kita, mengarahkan langkah kaki kita, dan menaruh kepercayaan kita kepada Dia dan kehendak-Nya. Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat.
Kita menemukan prinsip kerja ini di dalam panggilan Allah kepada nabi Yesaya, di mana Ia mengkontraskan roti yang tidak mengenyangkan dengan makanan lezat yang Ia sediakan (Yes. 55:2-3). Tanpa rasa takut akan Tuhan, yang mendorong kita mengarahkan telinga kepada-Nya, kita berada dalam bahaya menyerahkan diri kepada kesia-siaan dari apa yang hanya akan mengecewakan. Kontras antara kesia-siaan dengan kebenaran, antara apa yang sia-sia dengan yang bernilai, menunjukkan garis pemisah antara hikmat dan kebodohan di dalam Alkitab. Kita melihatnya dalam hal di mana kita mencari kebenaran, dan apa yang kita andalkan dalam hidup.
Ketika Paulus dan Barnabas membawa Injil ke Listra di dalam Kisah Para Rasul, mereka mendesak agar orang-orang di sana “meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya” (Kis. 14:15). Apakah perbuatan sia-sia ini? Orang-orang itu membuat ilah-ilah mereka sendiri dan mengikuti kecenderungan hati mereka sendiri. Dengan melabelkan bahwa semuanya sia-sia, Paulus dan Barnabas sedang berkata, “Itu tidak akan berhasil.” Sebaliknya, orang-orang itu harus bertobat dari cara mereka dan berbalik untuk mencari dan melayani Allah yang hidup dan benar (lihat Mzm. 31:6-9; 1 Tes. 1:9-10).
Ketika kita mengarahkan telinga kepada Allah Pencipta, kita dijauhkan dari segala jalan kesia-siaan yang tampaknya benar bagi kita dan diarahkan kepada jalan yang produktif yang menghasilkan kehidupan. Pada akhirnya, jalan itu adalah apa yang disediakan Allah di dalam Yesus Kristus, yang pada-Nya kita menemukan hidup yang autentik, berlimpah, dan kekal.
Rasul Paulus mengungkapkan keselamatan Allah di dalam Kristus dalam istilah kesia-siaan. Ketika menjelaskan tentang keefektifan karya Kristus, ia menjelaskan, “Andai kata Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu…. Jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus” (1 Kor. 15:14, 17-18). Namun, Kristus telah dibangkitkan. Iman kita memiliki dasar. Harapan kita bukan harapan yang kosong. Hidup kita di dalam Kristus bukan tidak memiliki arti. Segala usaha kita di dalam Tuhan tidaklah sia-sia.