
Siapakah Para Teolog Westminster Itu?
21 Oktober 2025
Sebuah Katekismus tentang Hati
28 Oktober 2025Doktrin Reformed tentang Allah
Selama bertahun-tahun saya berkesempatan mengajar Teologi Sistematika di berbagai tempat, dari ruang kelas di sekolah tinggi teologi sampai mata kuliah universitas hingga kelas Sekolah Minggu di gereja lokal. Namun, di mana pun saya mengajar Sistematika, topik pertama yang biasanya saya bahas adalah doktrin Allah. Tentu saja, teologi adalah studi tentang Allah, karakter-Nya, dan jalan-jalan-Nya, maka tepatlah bila kita mulai dengan melihat natur dan atribut-Nya sebelum menyelidiki apa yang dikatakan Alkitab mengenai penebusan, gereja, hal-hal terakhir, dan kategori-kategori lain dalam Teologi Sistematika.
Tiap kali saya mengajar doktrin Allah, saya mulai dengan dua pernyataan yang sepertinya membuat banyak murid saya sangat bingung. Saya biasanya memberitahu mereka bahwa di satu sisi tidak ada hal yang secara khusus unik dari doktrin Allah dari teologi Kristen yang diakui dalam tradisi Reformed. Kaum Presbiterian, Baptis Reformed, Reformed Belanda, dan kalangan Kristen Reformed lainnya mengakui atribut Allah yang juga diakui oleh kaum Lutheran, Anglikan, Metodis, Ortodoks Timur, dan Katolik Roma. Tidak ada hal berbeda secara radikal dari doktrin Allah kita.
Akan tetapi, ketika murid-murid yang sama bertanya apa hal yang paling membedakan Teologi Reformed, saya mengatakan doktrin Allah kita. Nah, ini mungkin kedengarannya sangat bertentangan dengan pernyataan pertama saya, tetapi saya katakan bahwa doktrin Reformed tentang Allah memisahkan kita dari tradisi kekristenan lainnya dengan alasan bahwa saya tidak tahu ada teologi lain yang lebih memandang serius doktrin Allah dalam kaitannya dengan semua doktrin yang lain. Dalam kebanyakan buku Teologi Sistematika, Anda akan menemukan pengakuan kedaulatan Allah dibahas pada halaman pertama. Namun, setelah beralih ke pelajaran soteriologi (doktrin keselamatan), eskatologi (doktrin hal-hal terakhir), dan antropologi (doktrin manusia), dan sebagainya, si penulis tampaknya telah melupakan apa yang ia jelaskan tentang kedaulatan Allah pada halaman pertama.
Akan tetapi, para teolog Reformed secara sadar memandang doktrin Allah sebagai yang menjelaskan seluruh cakupan dari Teologi Kristen. Itulah salah satu alasan mengapa kaum Calvinis cenderung sangat memusatkan perhatian pada Perjanjian Lama. Kita menaruh perhatian pada karakter Allah sebagai yang menjelaskan segala sesuatu—pemahaman tentang Kristus, tentang diri sendiri, tentang keselamatan. Kita merujuk kepada Perjanjian Lama karena itu adalah salah satu sumber terpenting yang bisa Anda temukan di seluruh alam semesta menyangkut natur dan karakter Allah. Orang Kristen Reformed cenderung memandang Perjanjian Lama dengan sangat serius karena Perjanjian Lama memberikan penyingkapan yang sangat jelas akan keagungan Allah.
Pikirkan saja penyingkapan-penyingkapan utama tentang Allah di dalam Perjanjian Lama. Di dalam Yesaya 6 kita menemukan salah satu penyingkapan kekudusan Allah yang paling jelas di seluruh Alkitab. Lalu, tentu saja, terdapat penyingkapan Tuhan tentang diri-Nya dan nama perjanjian-Nya kepada Musa melalui semak belukar yang menyala dalam Keluaran 3. Itu sebuah pasal yang wajib dibaca bagi siapa pun yang ingin memahami kemandirian Allah dan keberadaan Allah pada diri-Nya sendiri. Ketika saya mencari sebuah pengingat atas komitmen Pencipta kita terhadap kebenaran dan kesetiaan-Nya memelihara janji-janji-Nya, saya sering kali membuka Kejadian 15, di mana Allah bersumpah atas diri-Nya sendiri untuk menggenapi janji-Nya kepada Abraham untuk memberikannya keturunan yang tak terhitung jumlahnya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kasih Allah yang tidak pernah gagal dan efektif kepada umat-Nya—mempelai-Nya—Anda tidak akan menemukan tempat yang lebih baik di dalam Alkitab daripada kitab Hosea.
Saya dapat memberikan lebih banyak contoh, tetapi apa kesamaan dari semua episode Alkitab tersebut? Semua penyingkapan Allah ini terjadi pada berbagai titik krisis dalam kehidupan umat-Nya. Baik Yesaya maupun Musa akan diutus untuk menjalankan misi agung memberitakan kebesaran Tuhan kepada bangsa yang tegar tengkuk. Apa yang paling mereka butuhkan pada saat seperti itu? Bukan janji kesuksesan—malahan Yesaya telah diberitahu bahwa pesan yang diberitakannya akan mengeraskan hati umat (Yes. 6:8-13). Terutama yang mereka butuhkan adalah pemahaman tentang karakter Tuhan. Ketika Allah ingin memberi keyakinan kepada mereka, Ia memberi diri-Nya sendiri. Hal yang sama juga berlaku bagi Abraham dan Hosea. Dalam perspektif manusia, Abraham hanya memiliki sedikit bukti untuk percaya bahwa Allah akan mengaruniakan kepadanya banyak keturunan. Maka, Tuhan meyakinkan akan kesetiaan-Nya kepada bapa leluhur itu dengan bersumpah akan kebinasaan-Nya sendiri—suatu hal yang mustahil terjadi—jika Ia tidak memegang janji-Nya. Hosea hidup pada masa ketika Allah sepertinya telah benar-benar dan secara final membuang umat-Nya karena ketidaksetiaan mereka. Harapan apa yang dapat Tuhan berikan bahwa Ia mengasihi Israel dengan kasih yang kekal? Jawabannya adalah penyingkapan diri-Nya sebagai Suami yang sempurna dalam kasih dan kesetiaan.
Doktrin Reformed tentang Allah, dan penekanannya pada semua atribut-Nya di setiap titik dalam perjalanan sejarah keselamatan, memisahkannya dari pemahaman kekristenan lainnya tentang Allah. Doktrin Allah kita ditarik dari kitab Kejadian sampai Wahyu, dari Perjanjian Lama sebanyak dari Perjanjian Baru. Lantas, mengapa kita tidak meresapi seluruh pengajaran Allah dan membaca kedua perjanjian tersebut dengan tekun?


