
Bagaimana Cara Membaca Literatur Apokaliptik
01 Juli 2025Bagaimana Yesus Adalah “Roti Kehidupan?”

Di dalam Yohanes 6:48 kita mendengar pernyataan yang pertama dari tujuh pernyataan “Akulah” yang dinyatakan Yesus. Enam dari tujuh pernyataan ini memiliki sebuah predikat nominatif—“roti” (Yoh. 6:48), “terang” (Yoh. 8:12; 9:5), “pintu” (Yoh. 10:7, 9), “gembala yang baik” (Yoh. 10:11, 14), “kebangkitan dan hidup” (Yoh. 11:25), dan “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh. 14:6)—yang memberitahu kita sesuatu tentang pribadi dan karya Yesus. Salah satu dari pernyataan ini, yaitu Yohanes 8:58, tidak memiliki predikat nominatif, tetapi mengungkapkan kepemilikan Yesus atas nama ilahi, yaitu “Aku” (LAI: “Aku telah ada”), yang disingkapkan Tuhan kepada Musa ketika nabi tersebut menanyakan nama-Nya (Kel. 3:14). Pernyataan absolut dalam Yohanes 8:58—“Sebelum Abraham ada, Aku (LAI: Aku telah ada)”—menjelaskan bahwa setiap perkataan “Akulah” dari Yesus merupakan penegasan akan keilahian-Nya. Karena para pemimpin agama Yahudi tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, mereka menghakimi perkataan tersebut sebagai penghujatan. Maka, “mereka mengambil batu untuk melempari Dia” (Yoh. 8:59). Mereka memahami kebenaran yang dinyatakan Yesus mengenai natur ilahi-Nya, tetapi mereka tidak memercayai Dia. Sebagaimana yang akan kita lihat ketika meneliti pernyataan “Akulah” yang pertama, ketidakpercayaan ini bukan masalah sepele. Perkataan-perkataan Yesus merupakan persoalan hidup dan mati.
Yesus berkata, “Akulah roti kehidupan”, di dalam salah satu percakapan panjang dengan para pengikut-Nya (Yoh. 6:48). Pengajaran ini terjadi persis setelah Ia memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan (Yoh. 6:5-14) serta terjadi persis sebelum Paskah dan Perayaan Pondok Daud (Yoh. 6:4). Kedua peristiwa tersebut memberi konteks yang penting untuk memahami apa artinya Yesus adalah “Roti Kehidupan”.
Pada Perayaan Pondok Daud, umat merayakan pemeliharaan Allah atas bangsa Israel di padang gurun setelah dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Padang gurun bukan sebuah tempat yang ramah. Ciri khasnya adalah minimnya sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara hidup manusia, seperti makanan, air, perteduhan di kala siang, dan terang di waktu malam. Namun, selama berjalan di tanah yang tandus itu, Tuhan atas seluruh bumi membuktikan diri-Nya adalah tuan rumah yang murah hati, yang memberikan segala kebutuhan mereka dari kekayaan dan kemuliaan-Nya di dalam Kristus Yesus (Flp. 4:19; lihat 1Kor. 10:1-4). Salah satu mukjizat pemeliharaan Allah yang pertama adalah Ia menyediakan roti bagi mereka setiap hari. Ketika umat pertama kali melihat roti tersebut, mereka tidak tahu apa itu sehingga menyebutnya “manna”. Mazmur 78:23-25 mengenang kembali kebaikan Tuhan dalam menyediakan roti di padang gurun:
Ia pun memerintahkan awan-awan dari atas;
membuka pintu-pintu langit,
menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan,
dan memberikan kepada mereka gandum dari langit;
setiap orang telah makan roti malaikat,
Ia mengirim makanan kepada mereka berlimpah-limpah.
Di dalam Yohanes 6, orang-orang Yahudi menuntut agar Yesus membuktikan diri-Nya dengan melakukan sebuah mukjizat seperti yang pernah dilakukan Musa ketika memberi nenek moyang mereka manna. Yesus mengoreksi mereka dengan menjelaskan bahwa bukan Musa, melainkan Bapa-Nyalah yang memberi mereka manna. Ia kemudian menjelaskan bahwa Ia sendiri adalah manna atau roti dari surga yang akan memberi makan kepada jiwa mereka. Manna adalah pemberian yang baik dari Allah yang memberi makan tubuh jasmani orang Israel selama empat puluh tahun sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Namun, semua orang yang dulu makan manna itu telah mati. Yesus berkata, “Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh. 6:54).
Ketika Yesus memberi makan lima ribu orang, Ia melakukan kembali apa yang pernah dilakukan Allah pada zaman Musa untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan yang memelihara. Namun, ketika orang-orang kembali mencari-Nya, Ia memperingatkan mereka bahwa mereka sedang didorong oleh nafsu yang keliru. Mereka bekerja untuk makanan yang akan binasa. Seharusnya mereka bekerja untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Lalu, Yesus menjelaskan bahwa Ia adalah “Roti Kehidupan” itu.
Istilah “roti” dan “makan daging-Ku dan minum darah-Ku” jelas merujuk kepada natur manusia Yesus. Percaya kepada Yesus berarti menerima pengorbanan kehidupan natur manusia-Nya. Namun, pernyataan-pernyataan “Akulah” juga berbicara tentang natur ilahi Yesus. Jadi, Ia tidak hanya diterima oleh iman dalam pengorbanan-Nya, tetapi juga oleh iman dalam kehidupan-Nya yang tak dapat binasa sebagai Allah yang menjadi manusia. Makan adalah cara yang tepat untuk menggambarkan iman yang menyelamatkan sebab apa yang kita makan masuk ke dalam kita untuk memelihara kehidupan dan menguatkan kesehatan kita. Namun, tidak seperti makanan bagi tubuh jasmani, kehidupan Kristus di dalam orang percaya tidak akan terbakar atau berkurang karena pekerjaan-pekerjaan kasih yang kita lakukan. Kehidupan kekal-Nya memelihara kehidupan bagi Allah untuk selama-lamanya.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi The “I Am” Sayings of Jesus.