Pentateukh
23 Agustus 2024
Kristologi Perjanjian Baru
28 Agustus 2024
Pentateukh
23 Agustus 2024
Kristologi Perjanjian Baru
28 Agustus 2024

Kitab-Kitab Sejarah dan Kitab Mazmur

Dalam pembelajaran kita tentang doktrin Kristus, kita telah melihat Pentateukh. Sekarang kita beralih kepada beberapa teks penting yang ditemukan dalam Kitab-Kitab sejarah dan Kitab Mazmur. Kitab-Kitab Sejarah menarasikan kisah kebangkitan dan kejatuhan Israel serta perkembangan kerajaan Israel. Daud menjadi tipe rajanya dan perjanjian Allah dengannya menunjuk ke depan kepada kedatangan seorang raja yang bahkan lebih besar. Dalam Mazmur Israel, kita berulang kali mendengar pengharapan Israel yang diinspirasikan mengenai raja Mesianik yang akan datang.

2 Samuel 7 

Salah satu pasal yang paling penting dalam Kitab-Kitab Sejarah untuk memahami Kristologi alkitabiah adalah 2 Samuel 7. Pasal ini mencatat peristiwa-peristiwa seputar pembentukan perjanjian Daud. Daud telah merebut Yerusalem dan membawa tabut ke dalam kota, dan Allah telah mengaruniakan keamanan kepadanya dari semua musuhnya (2Sam. 7:1). Di titik ini, Daud memanggil Nabi Natan dan mengungkapkan keinginannya untuk membangun sebuah “rumah” (bayit dalam bahasa Ibrani) di hadapan Allah, sebuah bait yang permanen menggantikan kemah. Tanggapan Allah kepada Daud dapat ditemukan dalam 2 Samuel 7:4-16.

Allah mengingatkan Daud bahwa sejak Ia membawa Israel keluar dari Mesir, Ia ikut mengembara bersama umat-Nya dalam kemah (2Sam. 7:4-7). Dia mengingatkan Daud bahwa Dia telah menyertainya ke mana pun dia pergi dan telah melenyapkan musuh-musuh Daud (ayat 8-9a). Dia kemudian berjanji kepada Daud bahwa Dia akan membuat Daud memiliki nama yang besar (ay. 9b). Allah menyatakan bahwa Ia akan memberikan keamanan kepada Israel dari musuh-musuhnya dan bahwa Ia akan mendirikan sebuah rumah bagi Daud (ayat 10-11). Allah berjanji bahwa Ia akan mengokohkan kerajaan keturunan Daud (ay. 12). Ia berjanji bahwa keturunan Daud akan membangun rumah bagi Allah, dan bahwa Ia akan mengokohkan kerajaan Daud untuk selama-lamanya (ay. 13).

Allah berjanji, “Aku akan menjadi Bapanya dan ia akan menjadi anak-Ku” (2Sam. 7:14a). Allah memperingatkan bahwa Ia akan mendisiplin keturunan Daud jika ia melakukan kesalahan, tetapi Allah juga berjanji bahwa kasih setia-Nya tidak akan menjauh dari Daud seperti Ia telah jauhkan dari Saul (ayat 14b-15). Akhirnya, Allah berjanji kepada Daud, “Dinastimu dan kerajaanmu akan teguh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya” (2Sam. 7:16). Doa syukur Daud dapat ditemukan dalam 2 Samuel 7:18-29. Dalam doa ini, ia menyebut janji Allah sebagai “petunjuk bagi manusia,” yang mengindikasikan bahwa perjanjian ini akan melibatkan tujuan seluruh umat manusia (ayat 19).

Perjanjian Daud telah diantisipasi dalam perjanjian Allah dengan Abraham (bdk. Kej. 17:6). Adalah melalui raja keturunan Daud, janji Allah untuk memberkati bangsa-bangsa akan digenapi (bdk. 2Sam. 7:19; Mzm. 72:8-11, 17). Perjanjian Daud juga telah diantisipasi dalam perjanjian Musa (bdk. Ul. 17:14-20). Raja keturunan Daud akan menjadi ekspresi dari pemerintahan teokratis Allah di Israel. Ia akan mencerminkan pemerintahan yang benar dari sang Raja Ilahi. Dia juga akan memimpin Israel dalam melakukan hukum Musa dengan setia. Perjanjian Abraham telah menjanjikan sebuah wilayah dan suatu umat bagi kerajaan Allah. Perjanjian Musa menyediakan hukum kerajaan tersebut. Perjanjian Daud sekarang menyediakan seorang raja manusia untuk kerajaan tersebut.

Dalam Kejadian 49:10, Yakub telah menubuatkan bahwa tongkat kerajaan akan menjadi milik suku Yehuda hingga kedatangan seseorang yang benar-benar pantas memiliki status raja tersebut. Nubuat ini menemukan penggenapan awalnya dalam Daud menjadi raja. Akan tetapi, perjanjian Daud tidak hanya melihat kepada penggenapan nubuat-nubuat di masa lampau, tetapi juga melihat ke depan, meletakkan fondasi bagi pengharapan eskatologis Israel. Perjanjian Daud menjadi fondasi bagi nubuat-nubuat mesianik dari nabi-nabi kemudian (Lih. Am. 9:11; Yes. 9:6-7). Janji-janji yang belum digenapi akan digenapi di masa depan (bdk. Yes. 7:13-25; 16:5; 55:3; Yer. 30:8; 33:14-26; Yeh. 34:20-24; 37:24-25; Hos. 3:5; Zak. 6:12-13; 12:7-8). Pada akhirnya, pengharapan-pengharapan mesianik ini akan digenapi di dalam Yesus, Anak Daud yang sejati (bdk. Mat. 1:1; Kis. 13:22-23). Yesus adalah Anak Daud yang akan membangun “rumah” bagi Allah, sebuah bait yang baru yang dibuat tanpa tangan manusia. Dia adalah Anak Daud yang kerajaan-Nya akan kokoh untuk selama-lamanya.

Mazmur 2

Mazmur 2 adalah salah satu mazmur tentang raja. Sebagai salah satu mazmur Mesianik, mazmur ini mengantisipasi berdirinya kerajaan Anak Allah secara penuh. Mazmur ini mendorong umat untuk percaya kepada Allah dan menantikan saat ketika semua musuh Allah akan dihakimi dan kebenaran ditegakkan. Mazmur ini terdiri dari empat bagian: pemberontakan bangsa-bangsa (ayat 1-3); tanggapan Allah (ayat 4-6); ketetapan Allah (ayat 7-9); dan pemerintahan sang raja (ayat 10-12).

Ayat 7-9 dibangun di atas janji-janji yang ditemukan dalam perjanjian Daud, yaitu janji Allah kepada Daud: “Aku akan menjadi Bapanya dan ia akan menjadi anak-Ku” (2Sam. 7:14). Ayat-ayat ini mengantisipasi perluasan kerajaan Mesias sampai ke ujung bumi. Dalam Perjanjian Baru, Allah Bapa menggunakan kata-kata yang diambil dari bagian Mazmur 2 ini (dan Yes. 42:1) untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak-Nya (bdk. Mat. 3:17; 17:5). Mazmur ini mengajarkan kita tentang Mesias. Mazmur ini mengajarkan kita tentang Yesus.

Mazmur 45

Mazmur 45 adalah salah satu pujian lain tentang raja. Mazmur ini dikaitkan dengan kaum Korah dan ditujukan kepada raja keturunan Daud. Ayat 2-6 merupakan ungkapan gamblang tentang penghormatan dan pujian kepada raja. Namun, dalam ayat 7-8, pemazmur tampaknya melihat melampaui raja keturunan Daud saat itu.

Takhta-Mu ya Allah (LAI: Takhtamu kepunyaan Allah), untuk seterusnya dan selamanya,

dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.

Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan;

sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau

dengan minyak sukacita melebihi teman-teman sejawatmu.

Kata-kata Ibrani yang diterjemahkan “Takhta-Mu ya Allah” telah diterjemahkan dalam beberapa cara. Kata-kata tersebut telah diterjemahkan: “Takhta-Mu, ya Allah” (misalnya, KJV, NIV, NASB, NRSV, ESV). Kata-kata tersebut juga telah diterjemahkan: “Takhtamu seperti takhta Allah” (misalnya, NEB). Juga telah diterjemahkan: “Takhta ilahi-Mu” (misalnya, RSV). Septuaginta mendukung terjemahan ini: “Takhta-Mu, ya Allah.” Kutipan Perjanjian Baru akan ayat ini dari Septuaginta juga mendukung terjemahan ini (lih. Ibr. 1:8).

Terjemahan ini berarti bahwa sang raja di sini disebut sebagai “Allah”, dan takhtanya diidentikkan dengan takhta Allah. Namun, dalam ayat 8, raja keturunan Daud dibedakan dari Allah: “Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau.” Seperti yang dijelaskan oleh Derek Kidner, bahasa paradoks seperti ini hanya dapat dipahami dalam terang inkarnasi Kristus: “Ini adalah contoh dari bahasa Perjanjian Lama yang melampaui batasannya, yang menuntut lebih dari sekadar penggenapan oleh manusia …”

Mazmur 110

Mazmur 110 adalah salah satu mazmur lain tentang raja. Mazmur ini merupakan salah satu mazmur yang paling sering dikutip dalam keseluruhan Perjanjian Baru (lih., Mat. 22:44; 26:64; Mrk. 12:36; 14:62; 16:19; Luk. 20:42-44; 22:69; Kis. 2:34-35; Rm. 8:34; 1Kor. 15:25; Ef. 1:20; Kol. 3:1; Ibr. 1:3, 13; 5:6; 7:17, 21; 8:1; 10:12-13; 12:2). Menurut judulnya, Daud adalah penulis mazmur ini, sebuah fakta yang sangat penting bagi penafsirannya dalam Perjanjian Baru.

Firman TUHAN kepada tuanku,
“Duduklah di sebelah kanan-Ku,
sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” (Mzm. 110:1)

Kalimat-kalimat pengantar ini penting karena apa yang mereka katakan tentang raja Mesianik. Kata-kata pertama dari ayat yang mengikuti judulnya adalah: ne’um yhwh yang mengindikasikan bahwa ini adalah nubuat dari TUHAN. Kata-kata la’doni diterjemahkan “kepada tuanku”. Sangatlah penting bahwa Daud menyebut sang raja dalam mazmur ini sebagai “tuanku”. Terjemahan lain dari kata-kata ini adalah: “majikanku.” Singkatnya, Daud sendiri mengungkapkan ketundukannya kepada raja yang akan duduk di sebelah kanan Allah. Otoritas raja ini berasal dari Yahweh yang berjanji untuk memperluas pemerintahan-Nya dengan meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya (bdk. Mzm. 2:8-9). Metafora “tumpuan kaki” mengindikasikan kendali mutlak.

Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion:
memerintahlah di antara musuhmu!
Tentaramu siap sedia untuk maju pada hari pertempuranmu,
berhiaskan kekudusan,
ketika fajar masih dalam kandungan,
embun kemudaanmu sudah menjadi milikmu. (ay. 2-3)

Otoritas sang raja Mesianik akan diperluas hingga ke titik di mana semua musuh-Nya akan dipaksa untuk mengakui pemerintahan-Nya. Penafsiran ayat 3 sulit, tetapi tampaknya mengindikasikan bahwa umat raja akan secara sukarela menguduskan diri mereka untuk melayani Dia dalam peperangan.

TUHAN telah bersumpah,
dan Ia tidak akan menyesal,
“Engkaulah imam untuk selama-lamanya,
menurut aturan Melkisedek.” (ay. 4)

Mengatakan bahwa Yahweh telah “bersumpah” menunjukkan adanya sumpah yang sakral. Dalam hal ini, sumpah tersebut mengacu pada janji-janji perjanjian yang telah Dia buat kepada Daud (bdk. 2Sam. 7:13). Ia menyatakan, “Engkaulah imam untuk selama-lamanya menurut aturan Melkisedek.” Melkisedek adalah seorang raja-imam yang memerintah atas kota Salem (bdk. Kej. 14:18). Seperti dia, raja keturunan Daud adalah seorang raja-imam (bdk. 2Sam. 6:14, 17-18; 1Raj. 8:14, 55, 62-64). Kesatuan yang sempurna antara keimaman dan jabatan raja pada akhirnya hanya ditemukan di dalam Yesus (bdk. Ibr. 5:1-10; 7:1-28).

TUHAN ada di sebelah kananmu;
Ia meremukkan raja-raja pada hari murka-Nya,
Ia menghukum bangsa-bangsa, sehingga mayat-mayat bergelimpangan;
Ia meremukkan kepala-kepala di atas bumi yang luas.
Dari sungai di tepi jalan ia minum,
oleh sebab itu, ia mengangkat kepala. (ay. 5-7)

Ayat-ayat terakhir dari Mazmur 110 menyatakan kemenangan yang akan datang dari raja Mesianik. Hans-Joachim Kraus dengan sangat menolong meringkas signifikansi dari pernyataan-pernyataan mazmur ini tentang raja yang diurapi: “Sebagai kesimpulan, ada empat hal yang secara khusus harus ditekankan: (1) Yahweh sendiri meninggikan sang raja dan menempatkannya di sebelah kanan-Nya, Dia menobatkan dan memberinya kuasa sebagai raja yang memerintah bersama; (2) raja yang dinobatkan dinyatakan berasal dari keturunan surgawi; (3) dia dinyatakan sebagai seorang imam (menurut aturan Melkisedek); (4) melalui dia dan kehadirannya, Yahweh, sang hakim dunia dan pahlawan perang, mengalahkan semua musuh.” Para penulis Perjanjian Baru hanya mengenal satu tokoh yang menggenapi semua yang digambarkan dalam mazmur ini, yaitu Yesus dari Nazaret. Mazmur ini akan menjadi inti pemberitaan mereka tentang peninggian-Nya.

Kesimpulan

Teks-teks ini hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak teks dalam Kitab-Kitab Sejarah dan Kitab Mazmur yang menjelaskan tentang pribadi dan karya Sang Mesias. Dalam tulisan berikutnya, kita akan melanjutkan dengan membahas beberapa teks mesianik yang paling kaya di dalam Perjanjian Lama yang ditemukan di dalam tulisan-tulisan para nabi.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Pengantar Kristologi Ortodoks.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Keith A. Mathison
Keith A. Mathison
Dr. Keith A. Mathison adalah profesor teologi sistematika di Reformation Bible College di Sanford, Florida. Ia adalah penulis dari banyak buku, termasuk The Lord’s Supper: Answers to Common Questions.