Melawan Keputusasaan
26 September 2023Kata-Kata yang Infalibel
18 Oktober 2023Pelayanan di Gereja yang Kelihatan
Sebuah perbedaan teologis yang bermanfaat ketika kita memikirkan tentang gereja adalah tentang hakikatnya yang kelihatan dan tidak kelihatan. Ini hanya mengatakan bahwa sebuah gereja dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu sudut pandang Allah dan sudut pandang kita. Dari sudut pandang Allah, gereja sinonim dengan orang-orang pilihan-Nya. Gereja seluruhnya terdiri dari orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus, telah dilahirbarukan oleh Roh-Nya, dan hidup dalam persekutuan yang hidup dengan-Nya. Inilah “jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri” (Kis. 20:28). Namun, karena kita tidak dapat menilik hati orang yang duduk di sebelah kita di bangku gereja, kita tidak dapat menilai apakah ia adalah anggota dari realitas yang tidak kelihatan ini. Dari sudut pandang kita, “gereja yang kelihatan terdiri dari semua orang di seluruh dunia yang mengaku percaya pada agama yang benar, beserta anak-anak mereka” (Pengakuan Iman Westminster 25.2). Namun, Tuhan Yesus memperingatkan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mat. 7:21). Dengan kata lain, apa yang kita lihat atau dengar tidak selalu sesuai dengan kenyataan.
Perbedaan antara yang kelihatan/tidak kelihatan ini penting karena ini alkitabiah. Yudas termasuk di antara kedua belas murid; Ananias dan Safira adalah anggota jemaat di Yerusalem; dan ketiganya merupakan bagian dari bangsa Israel. Namun, Paulus menulis, “Tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel” (Rm. 9:6). Perbedaan ini juga penting karena membuat apa yang ditegaskan Alkitab mengenai gereja menjadi masuk akal. Gereja itu kudus (1 Kor. 1:2) karena gereja yang tidak kelihatan—orang-orang pilihan—dipisahkan oleh kesatuannya dengan Yesus Kristus. Pengakuan iman yang palsu dalam gereja yang kelihatan tidak akan dan tidak dapat mengubahkan hal itu.
Terakhir, perbedaan tersebut penting karena memaksa kita untuk memikirkan dengan cermat bagaimana gereja melakukan pelayanan. Tujuan kita adalah supaya gereja yang kelihatan semakin dan semakin mencerminkan gereja yang tidak kelihatan. Artinya, kita ingin agar semua yang mengklaim mengenal Kristus menjadi benar-benar mengenal Dia. Jadi, apa yang harus dilakukan gereja untuk melindungi kemurniannya sekaligus melihat para pengaku iman yang palsu diubahkan menjadi petobat-petobat yang sejati?
Beritakan Kristus
Pelayanan terpenting untuk mencapai tujuan tersebut adalah pemberitaan yang jelas tentang Kristus dan penyaliban-Nya. Jangan lupa bahwa Injil, tentu saja, penting bagi orang Kristen. Injil bukanlah sesuatu yang kita percaya hanya supaya kita bisa “masuk” ke dalam gereja atau kita terima pada momen-momen terakhir sebelum kita meninggal. Injil itu penting di sepanjang keseluruhan kehidupan orang Kristen. Iman dan pertobatan bukanlah tindakan satu kali, melainkan tindakan yang perlu terus dilakukan. Kita harus terus menerus menanggalkan dosa dan kembali kepada Allah yang penuh anugerah di dalam Yesus Kristus. Belas kasihan-Nya baru setiap hari, dan kita perlu mendengarnya setiap hari.
Jika Injil itu penting bagi orang percaya, betapa lebih lagi pentingnya bagi orang yang tidak percaya, yang “tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” (Ef. 2:12)? Khotbah gereja harus mencerminkan kebutuhan mendesak dari setiap jiwa untuk bertemu dengan sang Juruselamat. Tidak boleh ada jemaat yang mengasumsikan bahwa mereka telah mencapai tujuan tersebut (Flp. 3:12) dan bahwa orang-orang yang memerlukan Kabar Baik tersebut hanyalah mereka yang berada di luar gereja. Pemberitaan Injil bukan hanya untuk mereka yang di jalan, kebaktian kebangkitan rohani, konferensi, atau acara khusus. Pemberitaan Injil juga untuk hari Minggu, sebab semua orang yang duduk di bangku gereja memerlukannya. Minggu ini, oleh anugerah Allah, bisa jadi seorang yang telah menjadi anggota gereja seumur hidupnya memercayai Injil untuk pertama kalinya.
Jalankan Disiplin Gereja
Realitas gereja yang kelihatan sebagai campuran antara orang-orang yang percaya dan orang-orang yang tidak percaya menekankan kebutuhan akan disiplin gereja, baik untuk memenangkan kembali saudara-saudari yang telah menyimpang maupun menahirkan “ragi yang mungkin telah mencemari seluruh adonan” (PIW 30.3). Para pemimpin gereja menjaga kawanan domba Kristus dan menegakkan nama-Nya yang murni dengan menjaga gereja-Nya tetap murni. Yesus sendiri berkata tentang anggota gereja yang tidak mau bertobat, “Jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Mat. 18:17). Para pendeta dan penatua yang tidak menjalankan disiplin gereja dengan serius mengambil risiko memperdalam kesenjangan antara gereja yang kelihatan dengan yang tidak kelihatan.
Nantikan Kemuliaan
Meski kehadiran dosa di antara umat Allah mengecewakan, kenyataan tersebut sesungguhnya menyuntikkan harapan dengan menegaskan bahwa gereja lebih dari apa yang terlihat oleh mata. Kata-kata John Newton tentang pengudusan pribadi juga dengan tepat menggambarkan gereja: “Saya tidak seperti yang seharusnya. Saya bukan seperti yang saya inginkan. Saya tidak seperti yang saya harapkan di dunia yang lain. Namun, tetap saja, saya tidak seperti saya yang dulu, dan, oleh anugerah Allah saya adalah saya.”
Ada yang mengatakan bahwa gereja di muka bumi ibarat sebuah gedung megah yang keindahannya tertutupi oleh perancah. Meski perancah tersebut merusak pemandangan struktur gedung tersebut, itu hanya sementara dan untuk sebuah tujuan yang besar, yaitu renovasi. Dengan berdiamnya Roh Kudus, gereja yang kelihatan memiliki dalam dirinya semua unsur yang diperlukan untuk restorasi yang indah, yang akan disingkapkan segera (Rm. 8:23). Karena itu, kita memiliki semua alasan untuk terus melakukan pelayanan, dan melakukannya dengan keyakinan penuh harapan bahwa tidak ada dosa atau kemunduran sebesar apapun yang dapat mengalahkan umat Allah.
Lintasan yang mulia ini berarti bahwa gereja yang kelihatan adalah tempat di mana semua orang seharusnya berada. Jadi, kita dengan antusias menyambut orang-orang yang ada di luar, dan secara aktif menguatkan orang-orang yang ada di dalam. Kita merangkul semua orang yang telah mengaku beriman kepada Kristus, sama seperti Allah merangkul kita, menyingkirkan semua kecurigaan atau praduga, dan menganggap mereka semua sebagai keluarga. Pada saat yang sama kita menyadari bahwa jemaat kita mungkin sekali terdiri juga dari orang-orang yang tidak percaya, sehingga kita memastikan Injil meresapi segala sesuatu yang kita lakukan. Dengan mengandalkan Roh Kudus dan iman yang teguh kepada janji Kristus untuk membangun gereja-Nya, kita sebagai gereja yang kelihatan secara aktif mengajak orang-orang masuk ke dalam gereja yang tidak kelihatan.