Berbahagialah Orang yang Suci Hatinya, karena Mereka akan Melihat Allah
30 Maret 2023
Apa Itu Kerajaan Allah?
05 April 2023
Berbahagialah Orang yang Suci Hatinya, karena Mereka akan Melihat Allah
30 Maret 2023
Apa Itu Kerajaan Allah?
05 April 2023

Yesus Kristus: Anak Domba Allah

Ide tentang “Anak Domba Allah” merupakan sebuah benang merah yang ada di sepanjang sejarah penebusan. Ide ini dapat ditelusuri balik hingga Kejadian 22, yaitu ketika Allah memanggil Abraham untuk pergi ke gunung Moria dan mempersembahkan Ishak, anaknya. Abraham, dalam ketaatan kepada Allah, bersiap untuk melakukan persis perintah itu. Namun, di saat terakhir, setelah Abraham mengikat Ishak di atas mezbah dan hendak menghunjamkan pisau ke jantungnya, Allah menghentikan Abraham dengan berfirman, “Jangan bunuh anak itu dan jangan lakukan apa-apa kepadanya, sebab sekarang telah Kuketahui bahwa engkau takut akan Allah, dan tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang satu-satunya itu kepada-Ku” (ay. 12). Lalu, terdengarlah keributan di belakang Abraham, ia berbalik dan melihat seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Allah menyediakan seekor anak domba sebagai korban pengganti anak Abraham. Memang tidak dikatakan di dalam Kejadian 22 tersebut bahwa domba jantan yang ditangkap dan dipersembahkan Abraham untuk menggantikan Ishak, merupakan korban ekspiasi. Meski demikian, domba itu adalah sebuah korban pengganti, dan itulah pemikiran yang mendasari penebusan Kristus. Yesus Kristus bertindak sebagai pengganti kita, dan Allah mencurahkan murka-Nya atas dosa-dosa kita kepada Dia, yang menggantikan kita. Jadi, Allah menyediakan Anak Domba kepunyaan-Nya sendiri, dan menerima nyawa pengganti yang dikorbankan itu.

Allah mencurahkan murka-Nya atas dosa-dosa kita kepada Yesus, yang menggantikan kita.

Begitu pula, Anak Domba Allah jelas telah ada bayangannya dalam Paskah. Ketika Allah bersiap untuk menimpakan tulah-Nya yang terakhir kepada bangsa Mesir, yaitu kematian setiap anak laki-laki sulung orang Mesir, termasuk putra mahkota Firaun, Ia memerintahkan umat-Nya Israel untuk menyembelih anak-anak domba yang tidak bercela dan membubuhkan darahnya pada tiang-tiang pintu rumah-rumah mereka. Allah berjanji untuk melewati setiap rumah yang Ia lihat ada darah di tiang-tiang pintunya (Kel. 12:3-13). Sama seperti darah anak-anak domba itu menyebabkan bangsa Israel dilepaskan dari murka Allah, Anak Domba Allah menebus umat-Nya dari hukuman atas dosa-dosa mereka.

Berdasarkan gambaran dalam Kejadian 22,  Keluaran 12, dan perikop-perikop lainnya tersebut di sepanjang Perjanjian Lama, adalah bodoh jika mengatakan bahwa gelar “Anak Domba Allah” merupakan karangan rasul Yohanes. Perkataan Yohanes Pembaptis didapat dari pengetahuannya akan Perjanjian Lama, yaitu Kitab Suci orang Yahudi pada masa Yesus.

Meskipun gelar-gelar Yesus yang penting banyak dicatat di dalam pasal pertama Injil Yohanes—“Anak Domba Allah”, “Anak Allah”, “Anak Manusia”, dan lain-lain —saya tidak percaya bahwa Yohanes Pembaptis, Andreas, Natanael, dan murid-murid Yesus yang lain memiliki pemahaman menyeluruh tentang arti dari gelar-gelar tersebut. Yohanes Pembaptis, yang di sini berkata, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia”, di kemudian hari dijebloskan ke dalam penjara dan mengutus beberapa orang kepada Yesus untuk bertanya, “Engkaukah Dia yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang yang lain?” (Luk. 7:20). Pertanyaan ini mengindikasikan bahwa Yohanes belum sepenuhnya memahami identitas Yesus, meskipun ia pernah memberikan kesaksian yang dramatis tentang identitas Yesus. Masalahnya adalah ia memiliki harapannya sendiri. Sama seperti semua orang lain, ia mengharapkan Anak Domba Allah akan datang dan mengusir semua orang Romawi. Ketika ia melihat Yesus hanya berkhotbah ke sana-sini, ia menjadi bingung.

Anak Domba Allah menebus umat-Nya dari hukuman atas dosa-dosa mereka.

Yesus berkata kepada para utusan Yohanes Pembaptis, “Pergilah, dan beritahukanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, penderita penyakit kulit yang menajiskan ditahirkan, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk. 7:22). Yesus merujuk kepada mukjizat-mukjizat-Nya untuk menegaskan identitas-Nya kepada Yohanes yang sedang ragu. Ia juga merujuk kepada nubuat tentang Mesias yang terdapat di dalam Yesaya 61:1-2a, yang berkata:

“Roh Tuhan ALLAH ada padaku,

karena TUHAN telah mengurapi aku.

Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara,

dan merawat orang-orang yang remuk hati,

untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,

dan kelepasan dari penjara kepada orang-orang yang terkurung,

untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN.”

Seakan-akan Yesus berkata, “Yohanes, jika engkau telah sungguh-sungguh mempelajari Alkitabmu, maka engkau tidak akan bertanya apakah Aku adalah Dia yang akan datang. Engkau tidak perlu mencari yang lain. Engkau sudah benar sejak awal. Akulah Anak Domba Allah itu.”

Petrus juga merasa bingung, bahkan ketika ia menyatakan pengakuan imannya yang agung itu di Kaisarea Filipi. Ketika menjawab pertanyaan Yesus tentang apa pendapat murid-murid-Nya tentang siapa Dia, Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16). Yesus menegaskan bahwa pengakuan tersebut adalah tepat, dan Ia menyatakan bahwa Petrus “berbahagia” karena dapat mengerti siapa Dia. Namun, segera setelah itu, ketika Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem untuk menanggung banyak penderitaan dan dibunuh di sana, Petrus menegur-Nya dan berkata, “Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau” (16:22b). Baru saja Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi menit berikutnya ia menunjukkan bahwa ia tidak benar-benar memahami keseluruhan arti dari Yesus adalah Mesias.

Tentu saja, kita rentan mengalami kebingungan yang sama. Hanya ketika kita melihat keseluruhan gambarannya, memperhitungkan salib, kebangkitan, kenaikan Yesus, dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, barulah kita mulai dapat melihat betapa dalam dan kayanya semua yang Allah sampaikan melalui pernyataan utusan-Nya yang berkata, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”

Postingan ini merupakan cuplikan dari kometari mengenai Injil Yohanes oleh R.C. Sproul.


Artikel ini awalnya diterbitkan dalam Blog Pelayanan Ligonier.
R.C. Sproul
R.C. Sproul
Dr. R.C. Sproul mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Allah dan kekudusan-Nya. Sepanjang pelayanannya, Dr. R.C. Sproul membuat teologi dapat diakses dengan menerapkan kebenaran mendalam dari iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Ia terus dikenal di seluruh dunia untuk pembelaannya yang jelas terhadap ineransi Alkitab dan kebutuhan umat Allah untuk berdiri dengan keyakinan atas Firman-Nya.