Sheol
25 Oktober 2023
Sayap Rajawali
30 Oktober 2023
Sheol
25 Oktober 2023
Sayap Rajawali
30 Oktober 2023

Hisop

Sepintas tidak ada yang istimewa tentang hisop. Raja Salomo berbicara tentang pohon aras yang tinggi di Lebanon, dan hisop yang tumbuh pada dinding batu (1 Raj. 4:33, Ibr. 9:19). Pohon aras dan hisop adalah dua jenis tumbuhan yang berada di ujung-ujung spektrum: dari yang besar dan indah sampai yang kecil dan biasa. Hisop adalah jenis tumbuhan kecil dan lebat, yang biasanya tumbuh di tempat-tempat yang kering dan berbatu-batu seperti dinding. Ciri utamanya adalah mirip dengan batang-batang yang seperti spons yang mengumpulkan kelembaban dan mengalihkannya kepada benda-benda lain, terutama ketika tumbuhan itu diguncang. Kemampuannya yang sederhana dalam mengumpulkan dan menyebarkan cairan membuatnya cocok untuk melakukan fungsinya yang paling penting dalam ritual-ritual seremonial Perjanjian Lama, di mana semuanya adalah nubuatan gambar yang menunjuk kepada karya pengorbanan Kristus.

Rujukan-rujukan kepada hisop di dalam Perjanjian Baru menekankan kebenaran bahwa Kristus adalah penggenapan dari seremoni-seremoni Perjanjian Lama, yang menghentikan keberlanjutannya tetapi tidak menghapuskan arti penting dari pesannya. Ibrani 9:19 secara khusus menyebut ketidakmampuan hisop dan unsur-unsur persembahan kurban Perjanjian Lama lainnya untuk menunjuk kepada superioritas pengorbanan Kristus, yang menggenapi semua yang hanya merupakan bayang-bayang dalam Perjanjian Lama. Meski tidak dalam konteks seremoni Musa, rujukan kepada hisop di dalam Yohanes 19:29 secara ironis mengaitkannya dengan pengorbanan tertinggi yang dikerjakan Yesus. Hisop yang telah direndam dalam anggur asam menyentuh bibir Yesus yang kering persis sebelum pernyataan menjelang kematian-Nya “Sudah selesai” (Yoh. 19:30). Dengan pernyataan tersebut, segala pemakaian hisop dalam seremoni menjadi tidak perlu lagi. Meski demikian, penggunaan hisop dalam gambaran-gambaran Perjanjian Lama menekankan empat kenyataan yang dicapai dalam pengorbanan Kristus.

Kelepasan dari Perbudakan

Paskah menandai penggunaan hisop yang pertama. Bangsa Israel menderita perbudakan keras yang tidak dapat mereka kendalikan, dan yang darinya mereka tidak dapat membebaskan diri. Sesuai dengan janji-Nya, Allah melepaskan mereka dengan pertunjukan kuasa-Nya yang tak dapat dilawan. Namun, pusat dari perayaan Paskah adalah persembahan kurban anak domba tak bercela yang dipilih untuk menggantikan anak sulung. Domba tersebut disembelih untuk melaksanakan keadilan Allah, dan darahnya ditumpahkan sebagai propisiasi (pendamaian) bagi murka Allah. Berliter-liter darah tertumpah pada malam itu, tetapi bukan sekadar fakta darah itu yang membawa kelepasan, melainkan penerapan dari darah tersebut. Di sinilah hisop masuk dalam gambaran. Bangsa Israel harus mencelupkan hisop ke dalam darah kurban dan membubuhkannya pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu (Kel. 12:22). Di mana saja darah itu diterapkan, di situ terdapat kelepasan. Ini secara langsung menunjuk kepada Kristus, Anak Domba Paskah kita, yang telah disembelih bagi kita (1 Kor. 5:7). Secara khusus, hisop mengingatkan kita bahwa bukan hanya fakta historis tentang kematian Kristus yang melepaskan kita dari kuasa dan perbudakan dosa, tetapi penerapan dari darah-Nya.

Dibersihkan dari Dosa

Catatan berikutnya tentang penggunaan hisop berkaitan dengan penahiran dari kusta (Im. 14). Kusta ini adalah semacam kelainan yang muncul di permukaan kulit dan di dinding-dinding bangunan. Ini adalah gambaran yang jelas akan sifat dosa yang menajiskan yang memisahkan manusia dari Allah (Yes. 59:2). Penderita kusta harus di karantina, dipisahkan dari komunitas umat perjanjian. Namun, kusta dapat diobati, dan dosa dapat disembuhkan. Di sinilah diperlukan hisop dan seremoni tentang dua ekor burung. Seekor burung disembelih dengan darahnya dicurahkan ke dalam air dan burung lain yang hidup dilepaskan setelah dicelupkan dalam air yang bercampur darah itu. Imam kemudian mencelupkan hisop ke dalam campuran itu dan memercikkannya kepada penderita kusta yang telah sembuh, menyatakan ia telah tahir dan boleh beribadah di Kemah Suci, di mana Allah berjumpa dengan umat-Nya (Im. 14:11). Seremoni yang melibatkan hisop dan dua ekor burung ini secara langsung menunjuk kepada Yesus, yang darah-Nya menyucikan kita dari segala dosa (1 Yoh. 1:7).

Pembalikan dari Kutuk

Kematian adalah konsekuensi dosa yang ultima, manifestasi klimaks dari kutuk. Kehadiran kematian di dalam ranah kehidupan adalah pengingat terus menerus akan musuh besar yang terakhir itu. Penggunaan hisop selanjutnya menunjuk kepada solusi terhadap masalah itu. Bilangan 19 mencatat prosedur untuk menangani kutuk kematian. Seekor lembu merah harus disembelih dan dibakar seluruhnya di luar perkemahan. Abunya disimpan, dan ketika diperlukan abu tersebut akan dicampur dengan air untuk dipercikkan dengan hisop kepada apa pun atau siapa pun yang tercemar melalui sentuhan dengan orang mati. Ritual penyucian dengan hisop ini menunjuk kepada kekalahan kutukan dosa secara nyata dan sepenuhnya oleh Yesus (lihat Ibr. 9).

Pemulihan

Doa pengakuan dosa Daud di dalam Mazmur 51:9 (harfiah: “hapuskan dosaku dengan hisop”) secara figuratif merangkum signifikansi teologis dari hisop. Dosanya memutuskan persekutuannya dengan Allah. Mengetahui bahwa satu-satunya hal yang dapat memulihkan persekutuan itu adalah hisop, ia menunjukkan imannya pada penahiran dengan darah kurban persembahan. Demikian pula, kita harus bergantung pada darah Yesus untuk mengalami pengampunan dosa dan menikmati persekutuan yang dipulihkan dengan-Nya (1 Yoh. 1:7, 9). Pemahaman tentang hisop lebih dalam dari yang terlihat oleh mata.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Michael P.V. Barrett
Michael P.V. Barrett
Dr. Michael P.V. Barrett adalah vice president of academic affairs, dekan akademik, dan profesor Perjanjian Lama di Puritan Reformed Theological Seminary, di Grand Rapids, Michigan. Ia adalah penulis dari beberapa buku, termasuk Beginning with Moses: A Guide to Finding Christ in the Old Testament dan Wisdom for Life: 52 Old Testament Meditations.