


Apakah TULIP Itu?
27 Juli 2023


Raja Kerajaan Allah
10 Agustus 2023Kerajaan Allah dan Alkitab


Kristus serta para rasul dan nabi-Nya mengajarkan bahwa setiap bagian Alkitab menyetujui atau menyepakati setiap bagian Alkitab yang lain. Seluruh Alkitab menyingkapkan satu iman yang sejati, yaitu sebuah sistem kepercayaan yang koheren, satu kisah tunggal, satu jalan hidup untuk diikuti hamba-hamba-Nya yang setia. Namun, memahami bagaimana segala sesuatu di dalam Alkitab disusun bukanlah hal yang mudah.
Masalahnya adalah bahwa Alkitab tidak menjelaskan sistem kepercayaannya yang koheren topik per topik. Kita tidak dapat melihat kesatuan kisahnya dari pasal ke pasal. Panduan moralnya tidak dinyatakan dalam seperangkat aturan yang tersusun rapi. Sebaliknya, Alkitab merupakan sebuah antologi yang terdiri dari 66 kitab, yang ditulis dalam banyak genre dalam kurun waktu 1.500 tahun oleh sekitar 40 penulis manusia. Para penulis ini dituntun oleh Roh Kudus untuk membahas beragam topik dalam aneka cara untuk menuntun umat Allah melalui situasi-situasi hidup yang berbeda.
Jadi, bagaimana seluruh keragaman ini dapat saling berkaitan?
Sistem kepercayaan Alkitab yang koheren, yang memiliki satu kisah dan satu jalan yang terpadu untuk hidup yang setia, mencerminkan seperangkat keyakinan yang ditanamkan oleh Roh Kudus dalam hati dan pikiran setiap penulis Alkitab, yaitu keyakinan tentang Kerajaan Allah. Jangan salah paham: Kerajaan Allah bukanlah sekadar salah satu dari banyak tema yang menyebar di sepanjang Alkitab. Konsep Kerajaan Allah berada tepat di bawah permukaan setiap perikop Alkitab, mendukung dan menghubungkan segala sesuatu di dalam Alkitab.
Konsep Alkitab tentang Kerajaan Allah itu rumit, tetapi izinkan saya menyinggung sedikit tentang tiga aspek penting Kerajaan yang menyebar di sepanjang Alkitab: (1) Allah adalah Raja Kerajaan; (2) Ciptaan adalah tempat Kerajaan, dan (3) umat manusia adalah hamba-hamba Kerajaan.
Sang Raja Kerajaan
Tidak diragukan, Firman Allah menyingkapkan banyak hal yang berbeda tentang Allah, tetapi yang pertama dan terutama Alkitab berbicara tentang Allah sebagai Raja atas segala ciptaan. Para penulis Alkitab secara aklamsi menegaskan bahwa Allah telah dan akan selalu memerintah atas segala sesuatu. Sebagaimana dikatakan oleh pemazmur, “takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada” (Mzm. 93:2).
Setiap orang yang mengenal Alkitab tahu bahwa Perjanjian Lama dan Baru dengan eksplisit menyebut Allah “sang Raja”. Ratusan kali kedua Perjanjian tersebut berbicara tentang “takhta” Allah, “pemerintahan” atau “peraturan” Allah, dan “Kerajaan” Allah.
Akan tetapi, Alkitab juga menyatakan Allah sebagai Raja dalam banyak cara. Pada zaman Alkitab, raja-raja manusia sering kali dipuji sebagai arsitek dan pembangun yang agung, pemimpin tentara yang kuat, pahlawan yang menghancurkan musuh-musuhnya, penyelamat umatnya, seorang yang sangat bijaksana, pembuat hukum yang baik hati, pelaksana perjanjian, gembala yang baik, dan bapa yang mengasihi rakyatnya. Raja-raja manusia dipuji sebagai sumber terang dan harapan kehidupan di dalam kerajaan mereka. Apakah gambaran kuno tentang raja-raja manusia ini terdengar akrab bagi Anda? Berulang kali Alkitab berbicara tentang Allah dengan cara-cara ini ketika mengagungkan Dia sebagai Raja atas segala sesuatu.
Jika kita berharap dapat melihat bagaimana segala sesuatu yang dikatakan Alkitab saling berkaitan, maka kita harus selalu kembali kepada keyakinan teguh yang mengikat segala sesuatu yang dituliskan oleh para penulis Alkitab: Allah adalah Yang berdaulat atas alam semesta dan “segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Rm. 11:36).
Tempat Kerajaan Allah
Aspek penting yang kedua dari Kerajaan Allah adalah bahwa ciptaan merupakan tempat Kerajaan Allah. Yesus merangkum ajaran Alkitab yang tersebar di mana-mana ini ketika Ia mengajar kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10). Perhatikan di mana Yesus rindu untuk melihat kehendak Allah terjadi: di bumi seperti di surga.
Di ruang takhta Allah di surga, setiap makhluk menaati perintah-perintah Allah (2 Taw. 18:18; Ayb. 1:6; Yes. 6:1-3; Why. 4:2-11). Anda juga akan taat jika Anda berada di hadapan takhta Allah yang mulia di surga. Dengan satu atau lain cara, setiap perikop Alkitab menyingkapkan bagaimana Allah menggenapi rencana kerajaan-Nya yang tidak mungkin gagal untuk sejarah, serta bagaimana Ia akan dimuliakan ketika ketaatan kepada perintah-perintah-Nya juga menyebar luas ke seluruh bumi.
Pada pasal-pasal awal Kitab Kejadian, Allah membuat sebuah taman kudus dengan tujuan bahwa suatu hari nanti Kerajaan-Nya akan memenuhi seluruh bumi dengan hamba-hamba-Nya yang taat. Dosa menyebabkan manusia diusir dari Eden dan kerusakan dunia fisik. Namun, pada zaman Musa, Allah menuntun bangsa Israel kembali ke tempat yang mungkin merupakan lokasi Eden sebelumnya, ke tempat yang kita sebut tanah perjanjian. Kerajaan Allah berkembang di tanah perjanjian itu, bahkan melampaui batasan-batasannya, terutama pada zaman Daud dan Salomo. Namun, seiring waktu, Israel memberontak terhadap Allah, dan Ia mengusir mereka ke tempat pembuangan. Selama berabad-abad, Kerajaan Allah di bumi melemah. Namun, sekalipun telah mengantisipasi masa-masa sukar dalam sejarah ini, para nabi Allah dengan berani memproklamirkan bahwa suatu hari nanti “segala ujung bumi melihat keselamatan dari Allah kita” (Yes. 52:10).
Perjanjian Baru menjelaskan bagaimana Kristus menggenapi pengharapan nubuat ini. Ia memulainya dengan keyakinan teguh ketika Ia melayani di tanah perjanjian dan mengutus murid-murid-Nya untuk menyebarkan Kerajaan Allah ke segala bangsa di bumi. Yesus terus memperluas Kerajaan-Nya di seluruh dunia saat ini melalui pemberitaan Injil, dan Kerajaan Allah akan mencapai ujung bumi ketika Ia kembali dalam kemuliaan. Pada hari itu setiap pengikut Kristus akan melihat bahwa “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya” (Why. 11:15).
Hampir setiap halaman Alkitab berbicara tentang sejarah peristiwa-peristiwa di planet kita. Jika kita berharap dapat memahami bagaimana peristiwa yang tak terhitung jumlahnya tersebut saling berkaitan, kita harus selalu ingat bahwa semua peristiwa di masa lalu, masa kini, dan masa depan akan terjadi sesuai dengan satu rencana agung Raja ilahi kita. Peristiwa-peristiwa itu menyingkapkan bagaimana Allah dimuliakan ketika Kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di surga.
Hamba-Hamba Kerajaan Allah
Ini membawa kita kepada aspek ketiga yang dipercaya setiap penulis Alkitab. Umat manusia adalah hamba-hamba Kerajaan Allah. Segala macam manusia, melakukan segala macam hal, muncul di sepanjang Alkitab. Namun, di atas semua itu, Alkitab mengajarkan bahwa umat manusia, dengan satu atau lain cara, akan dipakai untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah di seluruh bumi.
Allah bisa saja menggenapi rencana ini sendirian secara instan, tetapi Ia memilih untuk memakai manusia di sepanjang sejarah. Pastinya, dosa telah begitu merusak manusia sehingga kita semua membutuhkan pengampunan dosa dan ketergantungan pada kuasa Allah. Namun, meski para malaikat juga mempunyai peran mereka, setiap bagian Alkitab menyingkapkan bahwa manusia yang telah ditebus, dan setia, adalah sarana-sarana utama yang melaluinya Kerajaan Allah akan datang.
Tuhan pertama-tama menyebut umat manusia sebagai gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26). Pada zaman Alkitab, banyak bangsa di sekeliling Israel menganggap raja-raja mereka sebagai gambar dari ilah-ilah bangsa mereka. Raja-raja ini seharusnya mewakili kepentingan ilah-ilah mereka dengan mempelajari apa yang ilah-ilah mereka inginkan dan memastikan terlaksananya kehendak mereka di bumi. Namun, dari sudut pandang Alkitab yang benar, setiap manusia seharusnya mewakili Allah yang sejati dan melaksanakan kehendak-Nya di bumi.
Pada mulanya, Allah memanggil orang tua dari seluruh umat manusia untuk beranak cucu dan menaklukkan seluruh bumi sebagai pelayanan bagi-Nya (Kej. 1:28). Ketika bangsa-bangsa lain melayani tujuan para ilah palsu, yang adalah roh-roh jahat, Raja alam semesta yang sejati memanggil bangsa Israel, dan sekarang gereja Kristen, untuk melayani Dia sebagai “kerajaan imam/imamat yang rajani dan bangsa yang kudus” (Kel. 19:6; 1 Pet. 2:9). Seperti bangsa Israel, Anda dan saya seharusnya “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Pet. 2:9). Semua gambar Allah yang telah ditebus telah dipanggil untuk menyebarluaskan terang Kerajaan Allah ke semua tempat di dunia.
Akan tetapi, bagaimana rencana ilahi ini bisa berhasil? Pastinya, umat manusia yang berdosa akan selalu gagal. Di sepanjang Perjanjian Lama, umat Allah yang setia merindukan dan berdoa mengharapkan seorang yang akan datang dan menggenapi tujuan-tujuan Kerajaan Allah. Sebagai orang percaya di Perjanjian Baru, kita tahu siapa nama orang tersebut, yaitu Yesus dari Nazaret. Sang Anak yang kekal dari Bapa, yang menjadi manusia dan menjadi sama dengan kita. Sebagai Anak Daud yang benar secara sempurna, Ia tidak hanya menebus dosa hamba-hamba Kerajaan-Nya di kayu salib, tetapi Ia juga bangkit dari kematian dan sekarang duduk di takhta surgawi Daud bapa-Nya. Dari situ Ia memerintah atas segala bangsa, mencurahkan Roh-Nya ke atas umat-Nya, dan mengumpulkan semakin dan semakin banyak orang ke dalam Kerajaan-Nya melalui pemberitaan Injil kita. Ketika Ia kembali dalam kemuliaan, Yesus akan menyelesaikan tugas tersebut. Ia akan menyebarluaskan Kerajaan Allah ke segala penjuru bumi.
Jika kita ingin dapat memahami bagaimana segala sesuatu yang diajarkan dalam Alkitab saling berkaitan, kita harus membuang apa yang dikatakan dunia tentang umat manusia. Mengapa dosa begitu merusak? Mengapa keselamatan di dalam Kristus begitu penting? Mengapa Alkitab sangat berfokus pada bagaimana manusia menjalani hidupnya setiap hari? Itu karena kita adalah gambar Allah yang dipanggil untuk melayani Kerajaan-Nya. Bukankah itu menakjubkan? Sang Raja memutuskan menyebarluaskan Kerajaan-Nya sampai ke ujung bumi melalui orang-orang seperti Anda dan saya. Sebagaimana dikatakan oleh dua puluh empat tua-tua yang memuji Yesus di surga, “Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku, bahasa, umat dan bangsa … dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi” (Why. 5:9-10).