
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Mikha
08 Mei 20253 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Wahyu

Membingungkan. Kontroversial. Mengganggu. Menakutkan. Jika kitab Wahyu menghadirkan gambaran-gambaran ini dalam pikiran Anda, Anda tidak sendirian. Namun, tujuan Allah melalui kitab Wahyu adalah untuk menyatakan, bukan menyembunyikan – untuk menguatkan, bukan menyusahkan. Kitab Wahyu menjanjikan berkat bagi “ia yang membacakan kata-kata nubuat ini dan mereka yang mendengarkannya, serta yang menuruti apa yang tertulis di dalamnya …” (Why. 1:3, penekanan ditambahkan). Bayangkanlah adegan di jemaat abad pertama yang kepadanya kitab Wahyu pertama kali dikirimkan: seorang pemimpin berdiri untuk membacakan gulungan kitab itu dengan suara keras, sementara yang lainnya mendengarkan. Mereka dapat menangkap pesan kitab Wahyu dan menerima berkat yang dijanjikannya hanya dengan mendengarnya dibacakan dengan suara keras dan mencamkan kebenarannya ke dalam hati. Kita juga dapat melakukannya. Untuk menerima berkatnya, Anda perlu mengetahui tiga hal tentang kitab yang merupakan klimaks dalam Alkitab ini.
1. Kitab Wahyu menyingkapkan kemenangan Sang Anak Domba dalam dunia yang kacau.
Ayat pertama dari kitab Wahyu adalah judul kitab ini: “Wahyu Yesus Kristus” (Why. 1:1). Istilah Yunani yang diwakili oleh kata “wahyu” (apokalipsis) menunjukkan bahwa “penyingkapan” diperlukan agar kita dapat melihat melampaui apa yang tampak dalam permukaan dari pengalaman kita dan sejarah dunia, dan menangkap realitas inti yang ada di baliknya dan menjelaskan sumbernya. Jika kita hanya melihat gejala-gejala yang tampak di permukaan—kekejaman perang, bencana lingkungan hidup, keruntuhan ekonomi, kelangkaan makanan dan kelaparan, penyakit dan kematian—kita tidak akan pernah bisa memahami mengapa dunia kita menjadi kacau. Hanya dengan melihat sekilas ke balik tabir ke dalam dunia spiritual di mana Allah, yang berdaulat atas segala sesuatu, memerangi “naga besar itu, si ular tua, … Iblis atau Satan” (Why. 12:9; 20:2), kita dapat memahami kesengsaraan dan misteri di sekeliling kita.
Kitab ini adalah “ wahyu Yesus Kristus” dalam dua pengertian: Yesus adalah pelaku yang menyingkapkan dan subjek yang disingkapkan. Pertama, wahyu ini “dikaruniakan Allah” kepada Yesus Kristus “supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi” (Why. 1:1). Penyerahan dari Bapa kepada Anak yang berinkarnasi itu didramatisasikan di dalam Wahyu 4 dan 5, ketika Sang Anak Domba menerima gulungan kitab dari Penguasa yang Bertakhta dan kemudian membuka meterai-meterainya, satu demi satu, untuk memulai dan mengendalikan peristiwa-peristiwa yang akan terungkap di dalam sejarah. Hanya Sang Anak Domba yang layak untuk menyingkapkan dan melaksanakan agenda Allah karena Sang Anak Domba telah menang dengan menanggung kematian yang mengerikan untuk menebus “umat bagi Allah dari tiap-tiap suku, bahasa, umat, dan bangsa” (Why. 5:5-10).
Kedua, kitab Wahyu juga menyingkapkan Yesus Kristus. Dia bukan hanya Anak Domba yang telah menang melalui penderitaan yang menebus; Dia juga adalah “seorang serupa Anak Manusia” yang berjalan di antara jemaat-jemaat-Nya di bumi (Why. 1:10-20), memeriksa kesehatan spiritual mereka dan memberkati mereka yang bediri teguh (pasal 2-3). Yesus adalah keturunan dari perempuan yang dijanjikan pada permulaan sejarah (Kej. 3:15), yang pada saat kelahiran-Nya terancam oleh si ular tua namun ditinggikan ke takhta Allah (Why. 12:1-6). Darah-Nya mengusir pendakwa kita dari surga, membungkam tuduhan terhadap kita (Why. 12:7-17). Yesus adalah Panglima bala tentara surga yang akan datang kembali untuk membinasakan si naga, pengikut-pengikutnya yang sangat banyak, dan semua orang yang memercayai kebohongan mereka (Why. 19:15-21). Yesus, bersama Bapa dan Roh Kudus, adalah fokus penyembahan dari para pelayan surgawi Allah, para utusan malaikat-Nya, dan semua makhluk ciptaan di mana-mana (Why. 5:9-14; 11:15-18; 14:2-5; 15:3-4; 19:1-8; 21:2-4, 22-24; 22:3-5).
Karena penglihatan-penglihatan kitab Wahyu menggambarkan realitas yang mengerikan dari efek samping beracun dari dosa di dalam dunia yang kacau, adegan-adegan yang kacau tersebut menarik perhatian kita, seperti tabrakan lalu lintas di tol. Akan tetapi, jika kita terpaku pada “pohon-pohon” (adegan-adegan kejahatan manusia dan murka ilahi yang ditimbulkannya), kita akan melewatkan “hutan” kitab Wahyu: keagungan dan belas kasihan Yesus Kristus.
2. Kitab Wahyu berbicara dengan “kosakata” visual yang berakar pada Perjanjian Lama.
Kitab Wahyu menyampaikan pesannya dalam ungkapan yang sesuai untuk didengarkan ketika dibacakan dengan keras: gambaran-gambaran yang jelas terukir membekas dalam imajinasi kita. Di seluruh Alkitab, Allah (komunikator yang sempurna) melukiskan gambaran-gambaran: gembala, gunung batu, benteng, api, suami, dan seterusnya. Melalui mimpi-mimpi yang sarat dengan gambaran, Tuhan menyatakan rencana-Nya kepada dan melalui Yusuf dan Daniel (Kej. 37, 41; Dan. 2, 7). Kepada para nabi seperti Yesaya, Yehezkiel, dan Zakharia, Tuhan memberikan pandangan sekilas ke balik tabir, ke dalam ruang sidang surgawi-Nya, yang memampukan mereka untuk melihat dalam simbol-simbol yang jelas (dan juga mendengar dalam kata-kata) pesan-Nya bagi umat-Nya. Dalam simbolisme kitab Wahyu, Allah melakukan apa yang selalu Dia lakukan.
Untuk memahami makna simbol-simbol kitab Wahyu, kita membutuhkan sebuah kamus yang memperkenalkan kita pada kosakata visualnya. Kamus itu, yang ditulis oleh Allah selama berabad-abad, adalah Perjanjian Lama. Tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah Perjanjian Lama (penciptaan, ular, keluaran, Musa, Elia, dan lain-lain), serta penglihatan-penglihatan yang diperlihatkan kepada para nabi Israel, merupakan kunci-kunci yang membuka simbolisme kitab Wahyu. Karena Kristus berbicara kepada gereja abad pertama dan gereja abad kedua puluh satu, Ia menggunakan ungkapan-ungkapan visual yang dapat diakses oleh semua umat-Nya, di setiap generasi: peristiwa-peristiwa penebusan dan simbolisme-simbolisme dalam nubuat Perjanjian Lama.
3. Tujuan Kristus melalui kitab Wahyu adalah untuk membentengi orang-orang Kristen yang iman dan kesetiaannya berada di bawah serangan Iblis melalui penganiayaan, pengucilan, penipuan, dan keduniawian yang membuat terlena.
Kitab Wahyu memiliki reputasi sebagai kitab yang memicu kontroversi. Meskipun Yesus memperingatkan agar kita tidak menentukan tanggal, seolah-olah kita dapat menyelidiki rahasia-rahasia ilahi yang “di atas kemampuan kita” (Mrk. 13:32-35; Kis. 1:7), kubu-kubu orang Kristen masih bertikai mengenai bagaimana penglihatan Yohanes “selaras” dengan kejadian-kejadian di masa mereka. Namun, alih-alih menyediakan amunisi untuk perdebatan seputar eskatologis kita, Yesus memberikan kitab Wahyu untuk tujuan yang lebih mendesak dan praktis: Kristus mempersenjatai gereja-Nya, yang sedang diserang oleh kekuatan-kekuatan jahat, untuk berdiri teguh.
Kitab Wahyu memperingatkan kita akan siasat Iblis dan membentengi kita untuk melawan serangan musuh. Penganiayaan yang kejam dan penolakan masyarakat menggoda umat Allah untuk menyangkali kesetiaan kita kepada Kristus. Gereja dapat tertipu oleh guru-guru palsu dan tergoda untuk terlena dan berkompromi melalui kemakmuran duniawi (Wahyu 2-3). Penglihatan-penglihatan Yohanes “menjelmakan” senjata-senjata penyerangan ini sebagai binatang buas, nabi palsu, dan pelacur (Why. 13, 17).
Ketujuh jemaat di Asia adalah sebuah mikrokosmos dari gereja di sepanjang zaman. Kekuatan jahat Iblis berubah bentuk, mengenakan penyamaran yang berbeda di zaman yang berbeda. Apapun bentuk serangannya, Iblis telah dikalahkan (Why. 12:7-13; 20:1-3). Jadi, Anak Domba yang telah menang memberi kita kitab Wahyu untuk menanamkan dalam diri kita pengertian, keberanian, dan kesetiaan untuk berpegang teguh pada Firman-Nya, sementara kita dengan penuh semangat menantikan berkat kehadiran-Nya di langit dan bumi yang baru (Why. 1:3; 22:7, 14).
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.