
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Zakharia
06 Mei 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Wahyu
13 Mei 20253 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Mikha

Nubuat Mikha adalah nubuat keenam dari dua belas Nabi-Nabi Kecil. Ketiga nubuatnya (Mi. 1:2-2:13; 3:1-5:15; 6:1-7:20) memprediksi penghakiman Tuhan atas Kerajaan Utara/ Israel yang memberontak, mengecam ketidakadilan yang terus berlanjut di Kerajaan Selatan/ Yehuda yang makmur, dan memberitakan pengharapan akan Mesias yang akan datang yang telah dijanjikan.
1. Mikha sezaman dengan Yesaya dan Hosea dan berbagi pesan yang sama dengan mereka dalam memanggil Israel untuk bertobat.
Mikha melayani pada paruh kedua abad kedelapan sebelum Masehi pada masa pemerintahan Yotam, Ahas, dan Hizkia, satu generasi setelah nabi Amos dan Yunus. Masa-masa itu adalah masa yang penuh gejolak. Raja Asyur, Salmaneser, menjarah Samaria, menaklukkan Israel, dan mengancam Yehuda. Orang kaya menindas orang miskin. Kerusakan politik, kemerosotan budaya, dan kemerosotan spiritual merajalela. Seperti nabi-nabi lainnya, Mikha, Yesaya, dan Hosea berbagi pesan yang sama, yaitu menyerukan kepada umat pilihan Allah untuk bertobat. Seperti Zakharia, pesannya adalah untuk menyatakan firman, ketetapan, dan perintah Tuhan agar umat dapat disadarkan dan bertobat (Zak. 1:6). Seperti Yoel, pesannya adalah agar mereka mengenakan kain kabung dan meratap (Yl. 1:13). Seperti Yehezkiel, pesannya adalah agar mereka bertobat dan berbalik dari segala pelanggaran mereka, supaya hal itu tidak menjadi batu sandungan bagi mereka (Yeh. 18:30). Inilah refrain tentang pengharapan yang terus menerus ada dalam kitab nabi-nabi:
“Sion akan dibebaskan melalui keadilan
dan orang-orangnya yang bertobat melalui kebenaran.” (Yes. 1:27)
Tentu saja, pesan pertobatan Mikha bukanlah pesan yang disambut dengan baik—meskipun pesannya adalah suatu refrain tentang pengharapan. Hal itu tidak terjadi pada zaman para nabi, dan masih belum terjadi sampai sekarang.
2. Karena perlawanan umat terhadap pesan pertobatan ini, para nabi sering kali digambarkan berperan sebagai “jaksa penuntut” Allah.
Terkadang, peran sebagai penuntut dari para nabi sangatlah eksplisit, seperti dalam nubuat Mikha (Mi. 6:1-8). Anda akan melihat semua elemen dari adegan ruang sidang yang dramatis, dengan dakwaan diajukan oleh Tuhan terhadap umat pilihan-Nya. Kasus ini diserukan dari ruang takhta surgawi itu sendiri (Mi. 6:1). Seluruh ciptaan yang memadati—dari gunung-gunung dan bukit-bukit sampai ke dasar-dasar bumi—dipanggil untuk mendengarkan bukti-bukti dan memberikan kesaksian dalam proses pengadilan (Mi. 6:2). Jaksa penuntut kemudian menyampaikan bukti-bukti-Nya (Mi. 6:3-5) dan terdakwa mencari kemungkinan untuk mengajukan tawar-menawar dalam pembelaan (Mi. 6:6-7). Umat telah “lelah” terhadap Tuhan (Mi. 6:3). Dengan demikian, dakwaan yang dituduhkan kepada mereka adalah dakwaan yang sangat serius: ketidaksetiaan. Tuduhan ini didasarkan pada empat peristiwa dalam sejarah penebusan umat. Yang pertama adalah penyelamatan dramatis mereka dari perbudakan di Mesir (Mi. 6:4). Yang kedua adalah dibangkitkannya kepemimpinan yang saleh —Musa, Harun, dan Miryam—selama pengembaraan di padang gurun (Mi. 6:4). Yang ketiga adalah pembalikan kutukan Bileam persis saat mereka akan memasuki tanah perjanjian yang berlimpah dengan susu dan madu (Mi. 6:5). Dan yang keempat adalah penyeberangan Sungai Yordan yang telah lama ditunggu-tunggu—Sitim adalah perkemahan di tepi timur yang terakhir, Gilgal adalah perkemahan di tepi barat yang pertama (Mi. 6:5).
Dalam setiap kasus, Allah telah menunjukkan kesetiaan perjanjian-Nya. Dalam providensia-Nya yang baik, Ia telah membawa umat melewati setiap bahaya dan memenuhi setiap kebutuhan mereka. Namun, umat telah gagal untuk meresponsnya dengan baik. Kasih mereka telah menjadi dingin.
Perhatikan bahwa para terdakwa dengan segera menerima kesalahan mereka, tetapi kemudian bertanya-tanya bagaimana penebusan dapat dilakukan. Mungkin kurban bakaran? Mungkin anak lembu berumur setahun? Atau ribuan domba jantan? Atau puluhan ribu curahan minyak? Atau bahkan anak sulung di antara anak-anaknya (Mi. 6:6-7)? Akan tetapi tidak, Raja, Hakim, dan Pemberi Hukum menjawab dengan mengatakan bahwa Dia menuntut sesuatu yang jauh lebih besar dan jauh lebih berharga daripada semuanya itu. Dia tidak menuntut sebuah pemberian. Sebaliknya, Dia menuntut si pemberi:
Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik.
Apakah yang dituntut TUHAN darimu
selain berlaku adil, mencintai kesetiaan,
dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu? (Mi. 6:8)
Panggilan pertobatan di sini sangat jelas. Tidaklah mengherankan jika kemudian Yesus menyimpulkan “yang terpenting dalam hukum Taurat” dengan mengulangi tiga serangkai kebajikan dari sang nabi: keadilan, belas kasihan, dan kerendahan hati (LAI: kesetiaan; Mat. 23:23), memanggil ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk bertobat. Sayangnya, mereka tidak menerima panggilannya, sama seperti nenek moyang mereka. Jadi, “Ia datang kepada milik-Nya, tetapi orang-orang milik-Nya itu tidak menerima-Nya” (Yoh. 1:11). Namun, justru dalam pertobatan yang rendah hati, kita menemukan jalan kembali kepada kesembuhan dan pengharapan. Di dalam pertobatanlah kita dimampukan untuk mendengar pesan anugerah.
3. Pesan anugerah diberitakan sama jelasnya dengan peringatan penghakiman dan panggilan untuk bertobat.
Nubuat Mikha sarat dengan pengharapan akan penebusan dan pemulihan. Baik Yesaya maupun Yeremia mengutip Mikha untuk mengulangi janji kenabiannya bahwa meskipun “Sion akan dibajak seperti ladang” dan “Yerusalem akan menjadi timbunan puing,” namun “pada hari-hari terakhir” “gunung tempat Rumah TUHAN akan tegak” dan “segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana” (Yes. 2:2-4; Yer. 26:17-19; Mi. 3:12-4:3). Matius mengutip Mikha ketika memberitakan kedatangan Mesias dari Betlehem, “kemegahan nama TUHAN,” dan “gembala kawanan domba-Nya” (Mat. 2:6; Mi. 5:1-3). Lukas juga mengutipnya (Luk. 12:53; Mi. 7:6 dan Luk. 11:42-43; Mi. 6:8), sehingga dengan demikian melandasi penyampaian kabar baik itu dalam bahasa sang nabi.
Ketika digabungkan, pesan Mikha adalah pernyataan singkat yang kuat tentang keagungan kedaulatan Allah, karakter dari perjanjian Allah yang tidak dapat diganggu gugat, kepastian keadilan Allah, dan keajaiban anugerah Allah yang berlimpah.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.