


3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat Roma
12 Juni 2024


3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat 2 Korintus
17 Juni 20243 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Surat 1 Korintus


1. Jemaat Korintus penuh dengan tantangan
Rasul Paulus adalah pendiri jemaat Korintus. Artinya, ia adalah alat manusia yang dipakai Allah untuk melahirkan jemaat tersebut. Dalam perjalanan misinya yang kedua, di awal tahun 50-an, ia tiba di kota ini, yang terletak pada bentang jembatan alami yang menghubungkan dataran Akhaya dan Peloponesia di sebelah selatan. Itu adalah kota yang dianugerahi dua pelabuhan (Lekhaeum dan Kengkrea), dan merupakan kota kosmopolitan dengan populasi yang diperkirakan sekitar 150.000 jiwa. Kota itu padat penduduknya, masyarakatnya pada umumnya menyembah berhala, dan tidak bermoral secara ekstrim.
Pelayanan Paulus dimulai di rumah ibadat Yahudi, tetapi ketika penolakan menjadi terlalu kuat, ia melanjutkan pelayanannya di rumah Titius Yustus, seorang yang menyembah Allah. Tidak diragukan, ia juga melayani di alun-alun dan tempat-tempat lain. “Banyak dari orang-orang Korintus yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan dibaptis” (Kis. 18:8). Allah menguatkan Paulus dalam sebuah penglihatan malam untuk terus melayani dengan berani, sebab masih banyak orang di kota tersebut yang nantinya akan percaya. Ia terus melayani di sana selama satu setengah tahun. Maka, jemaat di sana pastilah lumayan besar, yang terutama terdiri dari para penyembah berhala yang telah bertobat, dengan lebih sedikit orang Yahudi. Paulus menyebut dirinya bapa rohani mereka (1Kor. 4:15).
Akan tetapi, jemaat ini tidak mudah untuk dilayani. Beberapa dari mereka dahulu terlibat dalam penyimpangan-penyimpangan seksual yang dengannya kota itu terkenal; yang lain adalah penyembah berhala, pencuri, dan pemabuk (1Kor. 6:9-11). Selain itu, Paulus menyebut mereka terpesona dengan hikmat Yunani (1Kor. 2:4-5), tidak dewasa (1Kor. 3:1), menyombongkan diri (1Kor. 4:6), sombong (1Kor. 5:2), memegahkan diri (1Kor. 5:6), tidak pengertian (1Kor. 6:1; 11:21-22), dan daftar tersebut dapat terus dilanjutkan. Bagaimana Paulus melayani orang-orang dalam situasi demikian?
Patut diperhatikan bahwa sejak awal suratnya, Paulus bersyukur atas mereka, memuji mereka, dan mengakui bahwa mereka tidak kekurangan karunia rohani apa pun (1Kor. 1:4-7). Nantinya, ia menjelaskan bahwa ia tidak sedang menulis untuk mempermalukan mereka, melainkan menegur mereka sebagai anak-anaknya yang Ia kasihi (1Kor. 4:14). Kasihnya sebagai gembala kepada mereka nyata di sepanjang suratnya. Kata-kata terakhirnya di dalam surat tersebut adalah “Kasihku menyertai kamu sekalian dalam Kristus Yesus” (1Kor. 16:24).
2. Isi 1 Korintus lebih beragam daripada semua surat Paulus yang lain
J. Gresham Machen menulis: “Surat Korintus yang pertama menyediakan lebih banyak informasi tentang perihal-perihal internal jemaat apostolik daripada kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru. Hanya surat 1 Korintus yang menyajikan masalah-masalah praktis jemaat mula-mula dalam kepenuhan keragaman mereka yang membingungkan.”1 Pembacaan surat ini menyingkapkan cakupan topik yang luas. Paulus mengetahui masalah-masalah tersebut melalui dua komunikasi yang ia terima: sebuah laporan dari Kloe yang disampaikan oleh “orang-orang dari keluarganya”—mungkin mereka adalah hamba-hambanya (1Kor. 1:11)—dan sebuah laporan lain dari Stefanas, Fortunatus, dan Akhaikus, mungkin dalam bentuk sebuah surat dari jemaat tersebut (1Kor. 16:17).
Ada kelompok-kelompok yang berselisih (1Kor. 1:11-12); sebuah kasus inses yang mengejutkan bahkan bagi orang-orang pagan (1Kor. 5:1); kasus gugatan sepele yang dibukakan kepada publik (1Kor. 6:1); kebutuhan akan pengajaran menyangkut pernikahan dan perceraian (1Kor. 7); perbedaan pendapat terkait memakan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala-berhala pagan (1Kor. 8:1-11:1); berbagai persoalan terkait ibadah dan penggunaan karunia-karunia rohani (1Kor. 12-14); dan penyangkalan beberapa orang di dalam jemaat terhadap realita kebangkitan Kristus (1Kor. 15:12). Ini sebuah daftar kesulitan yang memusingkan, dan ini bahkan belum mencakup semuanya. Korintus adalah sebuah jemaat yang memiliki segudang pertanyaan dan permasalahan.
3. Meski jemaat Korintus dan masalah-masalah mereka pada umumnya jauh terpisah dari kita secara kronologis dan budaya, namun cara Paulus membahasnya sangat relevan dengan kita
Sekali lagi, pengamatan Machen patut diperhatikan:
Surat 1 Korintus membahas masalah konkret tertentu pada jemaat kuno. Masalah-masalah tersebut bukanlah masalah-masalah kita … [Namun,] Paulus memiliki mata yang tajam dalam mengamati bahkan masalah-masalah yang sepele dalam terang prinsip-prinsip yang kekal. Inilah hal yang luar biasa dari 1 Korintus: setiap pertanyaan yang dibahas di dalamnya diuji oleh api kebenaran injili. Inilah yang menjadikan surat tersebut memiliki nilai yang permanen. Bagaimana cara menerapkan prinsip-prinsip Injil yang mulia pada rutinitas sehari-hari merupakan masalah yang mendasar bagi sikap dan perilaku orang-orang Kristen. Masalah tersebut tidak dapat diselesaikan secara detail untuk siapa pun, sebab detail dalam kehidupan tidak terbatas ragamnya, tetapi metode solusinya telah diberikan di dalam 1 Korintus.2
Ini adalah sebuah pengingat yang baik bahwa setiap orang Kristen di segala zaman harus berusaha menerapkan Alkitab dalam konteks hidupnya masing-masing. Untuk itu, kita membutuhkan pertolongan. Dimulai dengan menggunakan Alkitab studi yang baik, seperti Reformation Study Bible. Komentari-komentari yang lebih lengkap banyak tersedia, dari yang relatif sederhana sampai yang bersifat sangat teknis. Daftar komentari terbaik yang bermanfaat telah disusun oleh Keith Mathison, Tim Challies, dan lain-lain. Ingatlah selalu bahwa pertolongan terbesar kita akan berasal dari Allah. Mazmur 119:18 adalah sebuah doa yang baik untuk diucapkan tiap kali kita membaca atau mempelajari Alkitab: “Singkapkanlah mataku supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.”
- J. Gresham Machen, The New Testament: An Introduction to its Literature and History (Edinburgh: Banner of Truth, 1976), 131.↩
- Ibid., 134.↩