Apakah Tujuan Allah di Kayu Salib?
19 April 2023
3 Tipe Legalisme
29 April 2023
Apakah Tujuan Allah di Kayu Salib?
19 April 2023
3 Tipe Legalisme
29 April 2023

Seperti Apakah Pertobatan Itu?

Salah satu mazmur pertobatan, Mazmur 51 ditulis oleh Daud setelah dia dikonfrontasi oleh nabi Natan. Natan menyatakan bahwa Daud telah berdosa besar terhadap Allah dalam mengambil Batsyeba sebagai istrinya dan dalam membunuh suaminya, Uria.

Adalah penting untuk melihat kepedihan dan penyesalan sepenuh hati yang diungkapkan oleh Daud, tetapi kita juga harus memahami bahwa pertobatan hati adalah karya Allah Roh Kudus. Daud bertobat karena pengaruh Roh Kudus pada dirinya. Bukan hanya itu, tetapi ketika ia menuliskan doa ini, ia menuliskannya di bawah inspirasi Roh Kudus. Roh Kudus menunjukkan dalam Mazmur 51 bagaimana Dia menghasilkan pertobatan di dalam hati kita. Ingatlah hal ini ketika kita melihat mazmur ini.

Mazmur 51 dimulai dengan, “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” (Mzm. 51:3). Di sini kita melihat sebuah elemen yang mendasar untuk pertobatan. Biasanya, ketika seseorang menyadari dosanya dan berbalik dari dosa tersebut, ia menyerahkan dirinya pada belas kasihan Allah. Buah pertama dari pertobatan yang sejati adalah kesadaran akan kebutuhan kita yang sangat mendalam akan belas kasihan. Daud tidak meminta keadilan kepada Allah. Ia tahu bahwa jika Allah memperlakukannya sesuai dengan keadilan, ia akan segera dibinasakan. Oleh karena itu, Daud memulai pengakuannya dengan sebuah permohonan akan belas kasihan.

Ketika Daud memohon kepada Allah untuk menghapuskan pelanggarannya, dia meminta Allah untuk menghapus noda dari jiwanya, untuk menutupi ketidakbenarannya, dan untuk membersihkannya dari dosa yang sekarang menjadi bagian permanen dari hidupnya. Maka ia berkata, “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan dari dosaku tahirkanlah aku!” (Mzm. 51:4).

Ide tentang pengampunan dan pentahiran/penyucian saling berkaitan, tetapi keduanya bukanlah hal yang sama. Dalam Perjanjian Baru, rasul Yohanes menulis, “Jika kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Dalam semangat pertobatan, kita menghadap Allah dan mengakui dosa-dosa kita, meminta bukan hanya pengampunan, tetapi juga kekuatan untuk menahan diri untuk tidak lagi melakukan dosa tersebut. Seperti yang Daud lakukan dalam mazmur ini, kita memohon agar kecenderungan kita melakukan kejahatan dilenyapkan.

Daud melanjutkan, “Sebab aku sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku” (Mzm. 51:5). Ini bukan sekadar pengakuan dosa yang santai. Ia adalah seorang yang dihantui; ia berkata, “Aku tahu aku bersalah.” Tidak ada upaya untuk mengecilkan dosanya. Tidak ada upaya pembenaran diri. Kita, sayangnya, sering kali menjadi ahli dalam rasionalisasi dan cepat memaafkan diri kita sendiri dengan memberikan berbagai macam alasan atas perilaku kita yang berdosa. Namun dalam teks ini, oleh kuasa Roh Kudus, Daud dibawa ke titik di mana ia jujur di hadapan Allah. Dia mengakui kesalahannya, menyadari bahwa dosanya selalu ada. Dia tidak dapat menyingkirkannya, dan hal ini menghantuinya.

Kemudian ia berseru, “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat” (Mzm. 51:6). Di satu arti, Daud menggunakan bahasa hiperbola di sini. Dia telah berdosa besar terhadap Uria, keluarga dan teman-teman Uria, Batsyeba, dan seluruh bangsa umat Allah. Namun Daud memahami bahwa dosa pada akhirnya adalah sebuah pelanggaran terhadap Allah, karena Allah adalah satu-satunya keberadaan yang sempurna di alam semesta. Karena Allah adalah hakim atas langit dan bumi, semua dosa didefinisikan dalam kaitannya dengan pelanggaran hukum Allah dan adalah pelanggaran terhadap kekudusan-Nya. Daud mengetahui hal ini dan mengakuinya. Dia tidak mengecilkan realita dari dosanya kepada manusia, tetapi dia menyadari keutamaan dosanya adalah terhadap Allah.

Dia kemudian membuat pernyataan yang sering diabaikan. Pernyataan ini ditemukan di bagian kedua dari ayat 6 dan merupakan salah satu ungkapan pertobatan sejati yang paling kuat yang kita temukan di dalam Alkitab: “Maka Engkau benar dalam keputusan-Mu, bersih dalam penghakiman-Mu” (Mzm. 51:6). Daud pada dasarnya mengatakan, “Ya Allah, Engkau memiliki segala hak untuk menghakimiku, dan jelas bahwa aku hanya layak menerima penghakiman-Mu dan murka-Mu.” Daud mengakui bahwa Allah tidak bersalah dan memiliki segala hak untuk menghakiminya. Tidak ada tawar-menawar atau negosiasi dengan Allah.

“Sesungguhnya, dalam kesalahan aku dilahirkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan ketulusan hati, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku” (Mzm. 51:7-8). Allah tidak hanya menginginkan kebenaran dari kita, Dia menginginkannya dari lubuk hati kita yang terdalam. Daud mengakui bahwa ia telah gagal melakukan apa yang Allah telah perintahkan, dan bahwa ketaatannya sering kali hanya berupa upacara eksternal ketimbang tindakan yang mengalir dari pusat keberadaannya.

Kemudian Daud berseru lagi untuk pentahiran: “Bersihkanlah aku dari dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih daripada salju!” (Mzm. 51:9). Kita dapat mendengar ketidakberdayaan secara total dalam suara Daud. Daud tidak berkata, “Allah, tunggu sebentar. Sebelum aku melanjutkan percakapan ini dalam doa, aku perlu membersihkan tanganku. Aku perlu membersihkan diri.” Daud tahu bahwa ia tidak mampu menghapus noda dosanya dari dirinya. Dia tidak dapat menebusnya. Kita harus bergabung dengan Daud dalam mengakui bahwa kita tidak dapat menebus dosa-dosa kita sendiri.

Melalui nabi Yesaya, Allah di kemudian hari memberi janji ini,

Marilah, baiklah kita berperkara! – firman TUHAN – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yes. 1:18). Allah berkenan untuk membersihkan kita ketika Ia mendapati kita dalam keadaan kotor.

Daud kemudian berkata, “Biarlah aku mendengar kegembiraan dan sukacita” (Mzm. 51:10a). Pertobatan adalah hal yang menyakitkan. Siapa yang senang menjalani proses pengakuan dosa dan pengakuan akan kesalahan? Rasa bersalah adalah penghancur sukacita terkuat yang pernah ada. Meskipun Daud tidak terlalu senang pada momen ini, dia meminta Allah untuk memulihkan jiwanya dan membuatnya merasakan sukacita dan kegembiraan lagi. Ia menyatakan hal ini ketika ia berkata, “Biarlah tulang-tulang yang telah Kauremukkan bersorak-sorai kembali!” (Mzm. 51:10b). Bukankah itu ungkapan yang menarik? Dia berkata,

Allah, Engkau telah meremukkan aku. Tulang-tulangku remuk; bukan Iblis atau Natan yang meremukkan tulangku, tetapi Engkau meremukkan tulangku saat Engkau menyatakan aku bersalah atas kesalahanku. Jadi, aku berdiri di hadapan-Mu sebagai orang yang remuk, dan satu-satunya cara agar aku dapat melanjutkan hidup adalah jika Engkau menyembuhkanku dan mengembalikan sukacita dan kegembiraan kepadaku.

Selanjutnya ia berkata, “Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Ciptakanlah hati yang murni padaku, ya Allah, dan perbaruilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mzm. 51:11–12). Satu-satunya cara untuk memiliki hati yang bersih adalah melalui karya penciptaan kembali yang ilahi. Saya tidak mampu menciptakan hal itu dalam diri saya sendiri. Hanya Allah yang dapat menciptakan hati yang bersih, dan Dia menciptakan hati yang bersih dengan menghapuskan dosa kita.

Daud kemudian berseru, “Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dariku!” (Mzm. 51:13). Daud menyadari bahwa ini adalah hal terburuk yang dapat terjadi pada orang berdosa manapun. Dia tahu bahwa Allah, sesungguhnya, akan membuang kita dari hadapan-Nya jika kita bersikeras tidak bertobat. Yesus memperingatkan bahwa mereka yang menolak Dia akan terputus dari Allah untuk selama-lamanya. Namun doa pertobatan adalah perlindungan bagi orang percaya. Itu adalah respons yang saleh dari orang yang tahu bahwa ia berada dalam dosa. Jenis respons seperti ini seharusnya menandai kehidupan semua orang yang bertobat.

Daud melanjutkan, “Kembalikanlah kepadaku kegembiraan karena karya keselamatan-Mu, dan topanglah aku dengan roh yang teguh! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu” (Mzm. 51:14–15). Kita sering mendengar bahwa orang-orang tidak suka berada di dekat orang Kristen karena orang Kristen menunjukkan sikap sombong, merasa benar sendiri, atau sikap sok suci. Namun seharusnya tidak demikian. Orang Kristen tidak punya apapun untuk disombongkan; kita bukanlah orang benar yang mencoba mengoreksi orang yang tidak benar. Seperti yang dikatakan oleh seorang pengkhotbah, “Penginjilan hanyalah seorang pengemis yang memberi tahu pengemis lain di mana dapat menemukan roti.” Perbedaan utama antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya adalah pengampunan. Satu-satunya hal yang membuat seseorang memenuhi syarat untuk menjadi seorang pelayan dalam nama Kristus adalah bahwa orang tersebut telah mengalami pengampunan dan ingin memberitahukannya kepada orang lain.

Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepada-Mu! Sebab Engkau tidak berkenan pada kurban sembelihan; sekiranya kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Kurban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam dan penuh penyesalan tidak akan Kaupandang hina, ya Allah (Mzm. 51:17–19). Di sinilah tempat kita menemukan jantung dan jiwa dari nubuat pertobatan seperti yang terlihat di bagian yang terakhir. Natur sejati dari pertobatan yang saleh ditemukan dalam ungkapan “hati yang remuk redam dan penuh penyesalan tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Daud sedang mengatakan bahwa jika ia dapat menebus dosa-dosanya sendiri, ia akan melakukannya; tetapi kenyataannya, satu-satunya harapannya adalah agar Allah menerimanya menurut belas kasihan-Nya.

Alkitab memberi tahu kita secara jelas dan menunjukkan kepada kita secara tersirat bahwa Allah menolak orang yang sombong dan memberikan anugerah kepada orang yang rendah hati. Daud mengetahui hal ini benar adanya. Betapapun hancurnya dia, dia mengenal Allah dan bagaimana Allah berelasi dengan orang-orang yang bertobat. Dia mengerti bahwa Allah tidak pernah membenci atau memandang hina hati yang remuk redam dan penuh penyesalan. Inilah yang Allah inginkan dari kita. Inilah yang Yesus maksudkan dalam Ucapan Bahagia ketika Dia berkata, Berbahagialah orang yang berdukacita, karena “mereka akan dihibur” (Mat. 5:4). Ayat ini bukan hanya tentang berduka karena kehilangan orang yang dikasihi, tetapi juga duka yang kita alami ketika kita diinsafkan akan dosa kita. Yesus meyakinkan kita bahwa ketika kita berduka atas dosa kita, Allah melalui Roh Kudus-Nya akan menghibur kita.

Saya hendak merekomendasikan agar semua orang Kristen menghafalkan Mazmur 51. Mazmur ini adalah model yang sempurna dari pertobatan yang saleh. Berkali-kali dalam hidup saya, saya datang kepada Tuhan dan berkata, “Ciptakanlah hati yang murni padaku, ya Allah,” atau, “Hapuskanlah segala kesalahanku. Bersihkanlah aku dari dosaku dengan hisop. Basuhlah aku dan tahirkanlah aku.” Banyak kali saya telah berdoa, “Ya Tuhan, kembalikanlah kepadaku kegembiraan karena karya keselamatan-Mu,” dan berseru, “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa.” Ketika kita merasa kewalahan dengan realita kesalahan kita, kita tidak tahu apa yang harus kita ucapkan ketika kita hendak mengungkapkan diri kita dalam pertobatan di hadapan Allah. Sungguh merupakan suatu berkat ketika kita memiliki kata-kata dari Alkitab sendiri untuk kita ucapkan di saat-saat seperti itu.

Cuplikan ini berasal dari buklet Crucial Questions oleh R.C. Sproul What Is Repentance?.


Artikel ini awalnya diterbitkan dalam Blog Pelayanan Ligonier.
R.C. Sproul
R.C. Sproul
Dr. R.C. Sproul mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Allah dan kekudusan-Nya. Sepanjang pelayanannya, Dr. R.C. Sproul membuat teologi dapat diakses dengan menerapkan kebenaran mendalam dari iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Ia terus dikenal di seluruh dunia untuk pembelaannya yang jelas terhadap ineransi Alkitab dan kebutuhan umat Allah untuk berdiri dengan keyakinan atas Firman-Nya.