3 Tipe Legalisme
29 April 2023
Apa yang Kita Maksudkan ketika Kita Berbicara tentang “Kesakralan Hidup Manusia”?
13 Mei 2023
3 Tipe Legalisme
29 April 2023
Apa yang Kita Maksudkan ketika Kita Berbicara tentang “Kesakralan Hidup Manusia”?
13 Mei 2023

Penyebab Instrumental Pembenaran

Doktrin Pembenaran Reformasi sering kali dirangkum dalam slogan sola fide, yang berarti “hanya oleh iman”. Ungkapan sola fide ini mewakili ajaran yang mengatakan bahwa pembenaran hanya oleh iman saja.

Secara historis, Gereja Katolik Roma juga telah mengajarkan bahwa pembenaran adalah oleh iman. Mereka mengatakan bahwa iman adalah tahap inisiasi dari pembenaran. Iman adalah fondasi dan akar dari pembenaran kita. Roma menekankan perlunya iman untuk pembenaran. Maka, kata fide di dalam sola fide jelas ditegaskan oleh Roma. Apa yang tidak ditegaskan oleh Roma adalah kata sola, sebab meski iman adalah inisiasi, fondasi, dan akar dari pembenaran, kehadirannya tidak cukup untuk menghasilkan pembenaran. Harus ada sesuatu selain iman agar kita dibenarkan; sebuah kondisi yang diperlukan. Kondisi yang diperlukan adalah sesuatu yang harus ada supaya ada hasil atau konsekuensinya, tetapi kehadirannya tidak dengan sendirinya menjamin ada hasilnya.

Sebagai contoh, dalam situasi normal, kondisi yang diperlukan untuk membuat api adalah kehadiran oksigen. Namun, untungnya bagi kita, kehadiran oksigen saja tidak cukup untuk menyebabkan adanya api. Seandainya demikian, kita akan terbakar setiap kali menghirup udara. Jadi, kita membedakan antara “kondisi yang diperlukan” dan “kondisi yang mencukupi”. Kondisi yang mencukupi menjamin secara mutlak bahwa hasil akan mengikuti.

Dengan mengingat perbedaan itu, kita dapat melihat perbedaan antara pandangan Katolik Roma dengan pandangan Reformasi berkenaan dengan relasi antara iman dan pembenaran. Menurut pandangan Roma, iman adalah kondisi yang diperlukan untuk pembenaran, bukan kondisi yang mencukupi. Menurut pandangan Protestan, iman bukan hanya kondisi yang diperlukan tetapi juga kondisi yang mencukupi untuk pembenaran. Artinya, ketika kita menaruh iman dan kepercayaan kita kepada Kristus, Allah pasti akan menyatakan kita dibenarkan di hadapan-Nya. Pandangan Reformasi, yang adalah pandangan yang alkitabiah, mengatakan bahwa jika iman hadir, maka pembenaran juga pasti hadir.

Apa yang tidak masuk akal menurut pandangan Reformasi adalah bahwa kita dapat memiliki iman tanpa pembenaran. Kita tidak dapat memiliki pembenaran tanpa iman, dan kita tidak dapat memiliki iman tanpa pembenaran. Roma mengatakan bahwa kita tidak dapat memiliki pembenaran tanpa iman, tetapi kita dapat memiliki iman tanpa pembenaran. Kita bisa saja beriman tetapi melakukan dosa mematikan yang akan menghancurkan anugerah pembenaran, sehingga kita akan dihukum (jika tidak ada pertobatan yang tepat). Namun, bagi para Reformator, yang kita butuhkan hanyalah memiliki iman yang sejati supaya kita dapat menerima anugerah dan mempertahankan status pembenaran.

Pengakuan Iman menyatakan ini: 

Iman, yaitu menerima dan bersandar pada Kristus dan kebenaran-Nya, adalah instrumen pembenaran satu-satunya.

Instrumen adalah alat yang dipakai untuk tujuan tertentu. Ketika para penyusun Pengakuan Iman Westminster menulis bahwa iman adalah instrumen pembenaran satu-satunya, mereka menyadari adanya perdebatan menyangkut penyebab instrumental pembenaran pada abad ke-16. Kita perlu memiliki pemahaman yang jelas akan doktrin ini — penyebab instrumental pembenaran — karena ini menyangkut bagaimana kita diselamatkan.

Istilah “penyebab instrumental” dapat ditelusuri dalam sejarah hingga abad ke-4 sebelum Masehi, dalam filsafat Aristoteles. Ia menaruh perhatian untuk menjelaskan tentang pergerakan dan perubahan. Dalam prosesnya, ia berusaha membedakan berbagai penyebab yang berkontribusi terhadap perubahan keadaan atau status dari sesuatu. Bagaimana hal itu berkaitan dengan pertanyaan kita di sini? Kita, dalam natur kita, tidak dibenarkan. Kita adalah manusia yang tidak benar, dan status kita di hadapan Allah adalah layak mendapatkan murka-Nya yang sepenuhnya. Kita membutuhkan perubahan status, dari keadaan terkutuk menjadi keadaan dibenarkan.

Aristoteles membedakan empat jenis penyebab: penyebab formal, penyebab efisien, penyebab final, dan penyebab material. Ia tidak memasukkan penyebab instrumental. Namun, empat penyebab yang dikemukakannya menjadi dasar bagi ide penyebab instrumental.

Ia memakai ilustrasi sebuah patung yang berasal dari sebongkah batu dari sebuah tambang. Aristoteles mendefinisikan bongkahan batu tersebut sebagai penyebab material, yaitu bahan yang darinya sesuatu dijadikan. Penyebab formal adalah ide dalam pikiran sang pemahat, atau cetak biru, atau sketsa, mengenai produk akhir yang diinginkan. Harus ada ide sebelum ada hasilnya. Penyebab efisien adalah apa yang membawa perubahan dari batu menjadi patung, dan dalam hal ini adalah sang pemahat. Dialah yang membuat perubahan terjadi. Penyebab final adalah tujuan yang untuknya patung itu dibuat, yang dalam hal ini mungkin untuk memperindah sebuah taman.

Terhadap empat penyebab ini kita dapat menambahkan ide tentang penyebab instrumental, yaitu sarana yang olehnya perubahan terjadi. Jika sang pemahat ingin mengubah sebongkah batu menjadi patung, ia harus memahat batu tersebut untuk membentuk dan menghaluskannya. Pahat dan palu adalah instrumen-instrumennya, yaitu sarana yang olehnya perubahan diadakan. Dalam bahasa Indonesia, kita sering kali menunjukkan sarana dengan  kata “oleh” atau “melalui”.

Ketika para Reformator berkata bahwa pembenaran adalah “oleh” iman atau “melalui” iman, mereka menegaskan bahwa sarana atau instrumen yang olehnya kita dibenarkan adalah iman, dan hanya iman semata-mata. Satu-satunya instrumen yang kita perlukan, yaitu satu-satunya alat yang dibutuhkan, untuk memindahkan kita dari keadaan terkutuk menjadi keadaan dibenarkan, adalah iman. Namun, iman bukan satu-satunya yang kita perlukan untuk dibenarkan. Kita juga memerlukan Kristus agar dibenarkan. Artinya, agar kita dibenarkan, kita memerlukan kebenaran-Nya yang sempurna dan karya penebusan-Nya di kayu salib. Segala sesuatu yang dituntut Allah untuk memenuhi standar kebenaran dan keadilan-Nya telah digenapi secara objektif di dalam dan melalui karya Kristus. Ia telah melakukan semuanya. Perdebatan Katolik Roma-Protestan mengenai pembenaran lebih kepada persoalan tentang bagaimana kita menerima manfaat-manfaat dari karya Kristus daripada tentang karya Kristus yang objektif itu sendiri. Bagaimana karya Kristus yang objektif dapat diterapkan secara subjektif? Jawaban yang diberikan oleh para Reformator, berdasarkan ajaran rasul Paulus, adalah “hanya di dalam dan melalui, atau oleh dan melalui, iman”. Namun, bukan iman saja yang menyelamatkan kita. Ketika kita mengatakan bahwa pembenaran hanya oleh iman, kita sedang mengatakan bahwa pembenaran hanya oleh dan melalui iman kita kepada Kristus semata-mata.

Menurut Roma, penyebab instrumental pembenaran adalah baptisan dan pertobatan. Roma mendefinisikan sakramen-sakramen ini sebagai instrumen-instrumen yang oleh dan melaluinya seseorang dibenarkan. Perbedaannya adalah antara keselamatan yang diperoleh secara sacerdotal (yaitu, melalui pelayanan sakramen gereja), dengan keselamatan yang dialami melalui iman kepada Kristus saja. Perbedaan ini sangat besar. Pengakuan Iman mengatakan bahwa iman adalah satu-satunya instrumen pembenaran karena hanya melalui iman saja kita bersandar pada dan menerima kebenaran Kristus. Kebenaran Kristus, manfaat dari karya penebusan-Nya, jasa yang objektif atau dasar bagi pembenaran kita, ditawarkan secara cuma-cuma kepada siapa saja yang percaya. “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rm. 1:17). Kita dibenarkan bukan oleh iman plus perbuatan baik, melainkan hanya oleh iman. Keseluruhan yang diperlukan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah hanyalah iman atau kepercayaan kepada karya Kristus semata-mata.

Iman bukanlah dasar bagi pembenaran kita. Dasar bagi pembenaran kita adalah kebenaran Kristus, yaitu jasa-Nya. Para Reformator mengatakan bahwa penyebab berjasa pembenaran kita hanyalah kebenaran Kristus. Penyebab instrumental pembenaran kita adalah iman. Namun, ketika kita mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman, bukan berarti iman kita adalah perbuatan berjasa yang menambahkan sesuatu kepada dasar pembenaran kita.

Apakah perbedaan yang dihasilkan pernyataan tersebut secara praktis? Ada orang-orang yang berkata bahwa mereka memercayai pembenaran hanya oleh iman, tetapi mereka bersandar pada iman mereka seolah-olah iman mereka adalah perbuatan baik atau berjasa yang akan memenuhi tuntutan keadilan Allah. Kenyataan bahwa seseorang memiliki iman tidak menambahkan jasa apa pun pada dirinya. Iman seseorang menambahkan jasa yang tak terhingga pada dirinya melalui imputasi, tetapi adalah jasa Kristus yang diimputasikan (diperhitungkan) kepadanya. Kita dapat menerima jasa Kristus hanya oleh iman, dan tidak ada jasa untuk itu. Satu-satunya Pribadi yang dapat menyelamatkan kita adalah Kristus, dan satu-satunya cara kita beroleh akses kepada-Nya adalah melalui iman. Kita tidak bersandar pada apa pun yang lain dalam hidup kita untuk memperoleh keselamatan selain dari Kristus dan kebenaran-Nya.

Cuplikan ini diadaptasi dari Truths We Confess oleh R.C. Sproul.


Artikel ini awalnya diterbitkan dalam Blog Pelayanan Ligonier.
R.C. Sproul
R.C. Sproul
Dr. R.C. Sproul mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Allah dan kekudusan-Nya. Sepanjang pelayanannya, Dr. R.C. Sproul membuat teologi dapat diakses dengan menerapkan kebenaran mendalam dari iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Ia terus dikenal di seluruh dunia untuk pembelaannya yang jelas terhadap ineransi Alkitab dan kebutuhan umat Allah untuk berdiri dengan keyakinan atas Firman-Nya.