Keuntungan Terbesar
17 November 2023
Hati dan Pikiran
22 November 2023
Keuntungan Terbesar
17 November 2023
Hati dan Pikiran
22 November 2023

Menggembalakan melalui Doa

Rasul Paulus ingin agar jemaat di Efesus digembalakan dengan benar. Ia bekerja keras di sana; mengajar para penatua, dan menulis surat kepada jemaat dan gembala mereka, Timotius, untuk tujuan itu. Namun, bagaimana Paulus menggembalakan jemaat tersebut ketika ia tidak hadir di sana? Melalui doa.

Bertahun-tahun setelah merintis jemaat ini, surat Paulus dari dalam penjara menggambarkan doa-doanya untuk mereka. “Aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Aku selalu mengingat kamu dalam doaku” (Ef. 1:16). Paulus adalah mata air doa yang terus-menerus meluap bagi jemaat ini. Bagaimana agar para pemimpin gereja dapat terus mengalirkan doa bagi jemaat seperti Paulus?

Ia mengawali catatan doanya dengan mengatakan bahwa ada alasan khusus mengapa ia berdoa demikian (ay. 15). Apa itu? Di dalam ayat-ayat pembuka surat Efesus, ia bersaksi tentang keselamatan dari Allah Tritunggal: orang-orang kudus ini dipilih dalam kasih Bapa, ditebus oleh darah sang Anak, dan dimeteraikan oleh kuasa Roh Kudus (ay. 3-14). Akibatnya, Paulus meluap dalam doa kepada Allah Tritunggal supaya “Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar” (ay. 17).

Sukacita Paulus demi mendengar laporan tentang karya Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus pada jemaat Efesus menggerakkannya untuk berdoa memohon penyingkapan yang lebih besar lagi atas keselamatan itu (ay. 15-16). Para penatua sebaiknya sering merenungkan keajaiban karya keselamatan Allah yang sedang bekerja pada umat-Nya. Praktik ini menggerakkan hati untuk berdoa.

Teolog Puritan, William Gurnall, menulis, “Seorang anak tidak belajar menangis melalui pelajaran atau contoh menangis, tetapi diajarkan oleh alam; ia datang ke dunia dengan menangis.” Jelas, orang tua tidak perlu membawa anaknya ke sekolah untuk diajarkan cara menangis. Gurnall kemudian menggunakan kebenaran ini untuk mengajar tentang doa. “Doa bukanlah pelajaran yang didapatkan dari atau melalui aturan-aturan pengetahuan tetapi mengalir dari prinsip-prinsip kehidupan itu sendiri.”

Melihat prinsip mengenai hidup yang diselamatkan bekerja pada jemaat Efesus membuat Paulus berseru dalam doa. Ia meminta agar Roh Kudus makin menerangi hati mereka kepada segala sesuatu yang mereka miliki di dalam Kristus. Sama seperti anda tidak tahan berdiri di pinggir Grand Canyon, dengan segala keagungan dan keindahannya, dan tidak mengungkapkan kekaguman anda atasnya kepada orang lain, demikian pula kita tidak tahan menatap jemaat yang diciptakan melalui penebusan Kristus tanpa mendoakannya.

Paulus mengarahkan doa-doa tersebut sehingga jemaat dapat mengalami sendiri tiga kebenaran yang ajaib (ay. 18-19). Ia ingin agar mereka mengenal pengharapan yang terkandung dalam panggilan mereka sebagai orang Kristen, supaya hati mereka diyakinkan bahwa “Allah tidak menyesali karunia-karunia dan panggilan-Nya” (Rm. 11:29). Ia juga berdoa supaya mereka memiliki sepenuhnya kekayaan dari warisan mereka yang ajaib supaya mereka hidup setiap hari sebagai warga surgawi. Terakhir, ia ingin supaya mereka mengalami keagungan kuasa kebangkitan Kristus dengan membebaskan diri dari kesalahan dan kuasa dosa.

Allah Tritunggal yang sama, yang menyelamatkan jemaat, akan menggerakkan gembala-gembala-Nya untuk berdoa bagi karya Allah Tritunggal yang terus berlangsung.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Barry J. York
Barry J. York
Dr. Barry J. York adalah presiden dan profesor bidang teologi pastoral di Reformed Presbyterian Theological Seminary di Pittsburgh. Ia adalah penulis dari Hitting the Marks.