Juruselamat Kita yang Maha Pemurah
15 November 2023
Menggembalakan melalui Doa
20 November 2023
Juruselamat Kita yang Maha Pemurah
15 November 2023
Menggembalakan melalui Doa
20 November 2023

Keuntungan Terbesar

Ketika Paulus menasihati Timotius agar setia mengajarkan Firman yang baik dari Tuhan, ia menyingkapkan sebuah aspek dari kekristenan palsu. Guru-guru palsu didorong oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi (1 Tim. 6). Karena hidup dengan “menindas” kebenaran Allah dengan ketidakbenaran, guru-guru palsu itu tidak pernah benar-benar “memperoleh” Injil atau kesalehan. Ditandai oleh keinginan egois dan semangat perdebatan, guru palsu itu meyakini bahwa entah bagaimana upaya kesalehan akan memampukannya mendapatkan keuntungan pribadi dalam bentuk prestise atau kekayaan (1 Tim. 6:4-5). Inilah yang mendorong ajarannya dan perilaku kesalehan lahiriahnya. Analisis Paulus yang serius menantang kita untuk menyelidiki hati kita masing-masing. Keuntungan apa yang kita kejar? Manfaat apa yang mendorong kita?

Orang Kristen sejati yang mengasihi Tuhan Yesus Kristus melihat berkat keselamatan yang luar biasa di dalam Dia dan mendambakan kesalehan, karena menjadi saleh berarti kita hidup dalam persekutuan dengan Allah yang hidup (1 Tim. 6:3). Ia menggemakan kata-kata dari himne, “Mungkinkah Aku mendapatkan keuntungan dari darah Juruselamat?” dan dibuat takjub oleh kasih Allah. Inilah yang mendorong kita bila hati kita benar di hadapan Tuhan. Matthew Henry menjelaskannya dengan baik ketika ia berkata bahwa guru-guru palsu itu mengira bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan pribadi dengan berperilaku saleh, sedangkan orang Kristen takjub atas keuntungan yang telah ia peroleh di dalam Kristus dan memahami bahwa kesalehan itu sendiri merupakan sebuah keuntungan. Paulus bersikap tegas dan bersemangat ketika ia berkata, “Kesalehan itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (1 Tim. 6:6). Apa lagi yang lebih besar daripada hidup dalam persekutuan dengan Allah? Apa lagi yang lebih baik daripada bertumbuh menjadi semakin serupa dengan Dia?

Di sini di dalam suratnya kepada Timotius Paulus memberi satu lagi alasan mengapa keuntungan besar didapatkan dalam kesalehan. “Sebab, kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia, dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim. 6:7-8). Keuntungan di bumi paling-paling akan bertahan selama hidup ini, dan Allah akan menyediakan segala kebutuhan kita. Namun, keuntungan dari kesalehan akan meningkat dalam kekekalan. Inilah keuntungan yang besar.

Rasul Paulus telah mengalami sendiri ketenangan yang berasal dari kepuasan di dalam Kristus. Setelah hidup di dalam dan bersama Kristus, ia memilikinya dalam hidup ini dan dalam kekekalan. Di dalam suratnya kepada jemaat Filipi, yang ditulis dari dalam penjara, Paulus bersukacita atas kemurahan hati para pembacanya dan mendorong mereka untuk bersandar pada kebaikan Tuhan sebagaimana yang ia lakukan: “Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Flp. 4:11). Makin kita bertumbuh dalam kesalehan dan persekutuan dengan Allah, makin segalanya akan jatuh ke dalam perspektif yang tepat. “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama Dia?” (Rm. 8:31-32). Hidup bersama Allah adalah permulaan dari warisan kekal yang “tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu” (1 Pet. 1:4; lihat Why. 22:3-5). Tidak ada keuntungan lain yang lebih besar.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
William VanDoodewaard
William VanDoodewaard
Dr. William VanDoodewaard adalah profesor bidang sejarah gereja di Greenville Presbyterian Theological Seminary di South Carolina. Ia adalah penulis atau editor dari beberapa buku, termasuk The Quest for the Historical Adam dan Charles Hodge’s Exegetical Lectures and Sermons on Hebrews.