Bukan dari Dunia Ini
31 Agustus 2023
Bukan dalam Perkataan tetapi dalam Kekuatan
07 September 2023
Bukan dari Dunia Ini
31 Agustus 2023
Bukan dalam Perkataan tetapi dalam Kekuatan
07 September 2023

Kebenaran, Damai Sejahtera, dan Sukacita dalam Roh Kudus

Di seluruh tulisan-tulisannya, Paulus memakai kata “kerajaan” hanya 14 kali. Kebanyakan rujukan ini menggambarkan kerajaan tersebut sebagai sebuah realitas yang akan dialami di masa depan. Hanya di dalam Roma 14:17 Paulus menggambarkan Kerajaan itu sebagai realitas saat ini. “Sebab, Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus.” 

Sepintas sepertinya Paulus mengatakan bahwa Kerajaan Allah tidak ada hubungannya sama sekali dengan perihal makan dan minum. Namun, dalam konteks ini ia sebenarnya berkata bahwa perihal makan dan minum adalah perihal yang tidak perlu dipermasalahkan. Dalam hal-hal yang tidak perlu dipermasalahkan ini, seperti makan daging atau minum anggur, orang-orang percaya yang imannya lebih kuat seharusnya mengalah kepada orang-orang percaya yang imannya lebih lemah, bukan memamerkan kebebasannya untuk makan dan minum apa saja yang dikehendakinya.

Pada saat yang sama, Paulus jelas tidak menyangkali hubungan erat yang ada dalam Alkitab antara Kerajaan Allah dengan perihal makan dan minum. Ia memahami bahwa Kerajaan Allah terlibat secara detail dalam perihal makan dan minum dalam semua fasenya.

Bahkan, gereja-gereja rumah yang dituju oleh surat Paulus berpusat di sekitar jamuan persekutuan. Perjamuan ini tidak hanya terdiri dari perihal makan dan minum, tetapi adalah sebuah model organisasi sosial yang dibangun di atas konstelasi nilai bersama seperti nilai-nilai yang disebutkan Paulus di dalam Roma 17. Perihal makan dan minum adalah bagian kecil dari apa yang membentuk sebuah jamuan dalam pengertian yang lengkap. Kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dianggap sebagai unsur-unsur utama karena merupakan ide-ide ideal bersama yang dimiliki oleh tubuh yang berkumpul bersama, yang dilambangkan dalam jamuan persekutuan tersebut. Perwujudan dari ide-ide ideal oleh Roh Kudus ini membentuk kehadiran Kerajaan Allah dalam gereja-gereja rumah. Maka, gereja rumah tersebut merupakan paradigma dari Kerajaan Allah.

Perhatikan konotasi ekaristi (ucapan syukur dalam Perjamuan Kudus) ini dalam Roma 14. Baik orang yang makan maupun yang tidak makan makanan tertentu dikatakan “melakukannya untuk Tuhan, dan dia juga mengucap syukur [eukhariste] kepada Allah” (lihat Rm. 14:6). Meja biasa yang ada di rumah dilihat sebagai perpanjangan dari Meja Perjamuan Tuhan. Jadi, kita harus mendengar gema suara Kristus di dalam tulisan Paulus ini: “Aku menganugerahkan kerajaan kepada kamu … supaya kelak kamu makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku” (Luk. 22:29-30).

Terakhir, perhatikan bagaimana Kerajaan tersebut dan Roh Kudus terkait begitu eratnya sehingga keduanya hampir dapat saling menggantikan. Dalam satu arti kita dapat mengatakan bahwa Kerajaan Allah adalah Kerajaan Roh Kudus. Kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita itu sendiri tidak dapat membentuk Kerajaan tersebut. Hanya Roh Kudus yang dapat membentuk Kerajaan tersebut. Roh Kuduslah yang menjadikan Kerajaan itu hadir dalam kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita.

Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa perihal makan dan minum tidak pernah secara murni dan praktis merupakan perihal fisik saja. Bahkan pada zaman kita sekarang ini, jamuan makan yang biasa mengandung aura ritual. Hanya oleh Roh Kuduslah sebuah jamuan makan menjadi apa yang seharusnya, yaitu sebuah cicipan awal akan Kerajaan Allah dalam kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Jim Fitzgerald
Jim Fitzgerald
Rev. Jim Fitzgerald adalah penatua pengajar di Presbyterian Church in America dan seorang misionaris ke Afrika Utara dan Timur Tengah.