Kebenaran, Damai Sejahtera, dan Sukacita dalam Roh Kudus
05 September 2023
Jadilah Pribadi yang Dilupakan
12 September 2023
Kebenaran, Damai Sejahtera, dan Sukacita dalam Roh Kudus
05 September 2023
Jadilah Pribadi yang Dilupakan
12 September 2023

Bukan dalam Perkataan tetapi dalam Kekuatan

Musim Panas 2021 menarik perhatian dunia ketika banyak orang menatap ke arah Tokyo untuk menyaksikan Olimpiade. Kompetisi tersebut bukan hanya waktu untuk kebanggaan nasional tetapi juga merupakan upah untuk kerja keras selama bertahun-tahun sebelum kamera dinyalakan. Kisah-kisah tentang hal-hal yang hampir mustahil telah didokumentasikan dari tahun ke tahun oleh individu-individu yang berhasil mengatasi rintangan-rintangan yang sepertinya mustahil untuk memenangkan medali emas.

Akan tetapi, meski kisah-kisah tersebut, dan kisah-kisah sejenis lainnya yang tidak terhitung banyaknya, begitu menakjubkan, tidak ada yang dapat menandingi realitas kehidupan dari orang-orang Kristen yang telah bertobat. Pada waktu mereka belum lahir baru, pikiran mereka buta (Mat. 15:14), telinga mereka tuli (Yoh. 8:47), hati mereka bodoh (Rm. 1:21), hasrat mereka ingin memberontak (ay. 32), mereka mati di dalam dosa-dosa mereka (Ef. 2:1), dan secara rohani mereka merupakan keturunan Iblis (Yoh. 8:44). Namun, setelah menjadi Kristen, mereka dinyatakan benar (Flp. 3:9), diberikan hakikat manusia baru (Ef. 4:24), dinyatakan sebagai ciptaan baru (2 Kor. 5:17), dikasihi Allah (Yoh. 14:21), dimerdekakan (Gal. 5:13), disebut sebagai anak-anak Allah (Yoh. 1:12), dan menjadi ahli waris bersama Kristus (Rm. 8:17). Bagaimana ini dapat terjadi? Bagaimana mungkin seseorang beralih dari mati menjadi hidup, dari melayani Iblis menjadi menyembah Juru Selamat? Ini bukan hanya kemungkinan yang hampir mustahil, tetapi benar-benar mustahil. Namun, perkataan Yesus terbukti benar: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Mat. 19:26).

Pemahaman inilah yang persis dibicarakan Paulus di dalam 1 Korintus 4:20. “Sebab, Kerajaan Allah tidak datang dalam perkataan, tetapi dalam kekuatan.” Paulus sedang membahas tentang kebohongan yang telah disebarkan setelah ia meninggalkan jemaat Korintus, khususnya tentang pelayanan yang sejati versus pelayanan yang palsu. Pembicara-pembicara yang suka memegahkan diri telah masuk ke dalam kota itu dan menyesatkan jemaat Korintus yang baru terbentuk. Namun, alih-alih menyuruh mereka untuk melakukan apa yang mereka ajarkan, ia menyerukan sebuah pemeriksaan terhadap kekuatan yang sejati. Ingat, Paulus tidak sedang memuji dirinya atau kekuatannya sendiri. Sebaliknya, ia menyebut dirinya hamba (1 Kor. 4:1) dan orang bodoh (ay. 10). Ia menunjuk dengan jari apostoliknya dan mengarahkan perhatian jemaat ke tempat di mana sumber kekuatan yang sejati ditemukan: dalam Injil. Ia mengatakan kepada jemaat yang lain bahwa Injil adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16).

Jadi, semua guru yang “bijak” pada abad pertama, dan “orang-orang berpengaruh” pada abad 21, tidak usah berikan kami citra dirimu yang telah dipoles dan kalimat-kalimat pendek yang berkesan yang diposting di Twitter tetapi tidak ditemukan di dalam Alkitab. Mari kita berbicara tentang kekuatan yang sejati. Mari bicara tentang kekuatan yang mengubah hidup. Pemberontak yang menjadi penyembah. Pelarian yang menjadi anak. Orang mati yang dihidupkan. Itulah kekuatan sejati. Semua yang lain hanyalah perkataan saja; perkataan kamu, bukan perkataan Allah.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Eric Bancroft
Eric Bancroft
Rev. Eric Bancroft adalah pendeta di Grace Church di Miami, Florida.